Part 04. Bekal & Makalah

134 16 1
                                    

Aris berjalan santai saat menuruni anak tangga. Pria itu sudah siap dengan seragam sekolahnya dan tas yang bertengger dibahu sebelahnya. Aris berjalan sambil memberantaki rambutnya lalu ia rapikan kembali. Saat telah sampai dibawah, ia melihat keanehan dalam diri adiknya.

Ara memasak makanan bersama Nesa? Sungguh keajaiban yang pernah dilakukan oleh Ara. Padahal Ara itu tipe gadis yang malas malasan. Apalagi disuruh untuk bangun tidur? Dan hari ini adalah momen yang langka.

✔Ara masak
✔Bangun lebih pagi dari Aris
✔Siap dengan seragamnya
✔Parfum yang wangi

Bicara soal parfum, Ara memang tak pernah mengenakan sejumput parfum sama sekali. Tapi khusus untuk hari ini, Ara malah mengenakannya. Padahal Ara tak punya parfum sendiri.

Aris berjalan untuk duduk dimeja makan bergabung dengan ayahnya yang sibuk merapikan dasinya.

"Dek" panggil Aris.

"Iya bang. Kenapa?" Tanya Ara yang masih sibuk menata makanannya dikotak bekal miliknya.

"Tumben lo masak. Emang lo bisa masak?"

"Bisa"

"Sejak kapan?"

"Sejak tadi" jawab Ara dengan gamblangnya. Sedetik kemudian Aris tersadar. Bahwa otak adiknya ini tinggal setengah. Harusnya ia tak perlu susah payah bertanya jika jawabannya seperti itu.

Ara membantu Nesa untuk menyiapkan sarapan dimeja makan. Keempatnya sedang makan bersama dengan lahap. Saat makan pun tak ada percakapan sama sekali diantara mereka. Hanya ada suara sendok dan garpu yang bergesekan.

"Aku berangkat dulu ya sayang" ujar Ivan sambil mengecup singkat kening Nesa.

"Iya sayang. Hati hati" jawab Nesa.

"Haduhhh. Orang tua tiap hari bikin konten dewasa terussss" sindir Aris yang hendak berdiri dari duduknya.

"Makanya cari pacar" ledek Nesa.

"Eleh. Mana ada cewek yang mau sama bang Aris. Yang ada tuh cewek malah kabur mah" sahut Ara.

"Lah. Kenapa gitu?" Tanya Nesa bingung.

"Liat aja tuh muka. Ancur nggak berbentuk gitu" jawab Ara enteng.

"Dosa lo ngatain abang sendiri" cibir Aris.

"Ohh. Jadi bang Aris itu abang Ara? Kok Ara baru nyadar ya?"

"ARA SIALANN. GUE CEBURIN LO KE EMPANH LAMA LAMA" teriak Aris.

¤¤¤¤

Ara berjalan riang sambil bersenandung kecil ditemani oleh Aris. Entah kesambet tuyul apaan, tiba tiba Ara mengekori Aris hingga sampai ke kelas. Aris yang melihat tingkah setres adiknya pun hanya diam dan bergidik ngeri.

"Udah sana lo masuk ke kelas lo aja. Abang kan udah sampek ke kelas abang" ujar Aris.

"Ih. Pede. Siapa juga yang nganterin abang sampek kelas. Abang pikir Ara babu abang apa?"

"La terus? Ngapain ngikut abang kesini?"

"Ya cari jodoh Ara lahhhh"

"Azka maksud lo?"

"Nahhh. Ituuuu. Abang pinter banget deh tumben"

"Adek beneran suka sama Azka?"

"Iya. Suka bangetttt. Eh tapi, Kak Azkanya mana. Kok nggak ada sih?" Tanya Ara sambil clingak clinguk melihat kedalam kelas Aris.

"Heloww. Kinara Zainissa. Lo tuh salah besar kalo nyariin Azka pagi pagi gini"

"Emangnya Kak Azka kemana?"

Kinara ZainissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang