PART 1

3.9K 191 10
                                    

Jam kosong sudah berlangsung kurang lebih dua jam. Suasana kelas sudah seperti bazar berisik luar biasa, di pojok dekat jendela ada sekumpulan murid perempuan berjumlah tujuh orang sedang bergosip ria, sih ketua geng tengah mencantok rambut nya agar tetap lurus dan rapih. Dia sih cantik dengan bulu mata badai lentiknya, bibir gincu semerah cabe, tubuhnya bak gitar spanyol dari segi fisik dia memang idaman tapi dari segi hati dia kutukan.

Sedangkan di bagian paling belakang, tempatnya kumpul para murid laki-laki. Di sebelah kanan sekitar sepuluh orang sedang mengekerumuni satu buah laptop yang di taruh di depan, jangan tanya mereka sedang menonton apa, jika mendengar sayup sayup suara desahan perempuan kalian sudah pasti bisa menebaknya.

Di sebelah kiri ada empat orang sedang memeluk lutut sambil kepalanya di tenggelamkan di tengah tengah lutut mereka. Di tengah tengah mereka ada lem kayu berbentuk kaleng warna kuning ukurannya tidak terlalu besar, tutup nya di buka sehingga baunya menyebar di sekitaran situ. Salah satu dari mereka baru saja ambruk masih dengan posisi yang sama memeluk lutut.

"Ini lem ngapa di umbar umbar udah kaya aib aja."

Laki-laki bertubuh tinggi kisaran seratus tujuh puluh tujuh senti meter dengan wajah tampan dan tubuh tegap - datang, membawa kertas karton warna putih berukaran satu meter di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang beberapa balok kayu yang sudah di potong panjang berukuran kecil.

"Ah kering kan, lo pada kalau mau ngelem beli yang ukurannya kecil mubazir anjer," Jeno nama laki-laki yang baru saja datang tadi, ia menutup rapat kaleng yang di biarkan terbuka.

"Sih Jaemin noh ngelem ampe teler," Mark mendongakan kepalanya, dia mengusap kedua matanya, agar kantuk yang menderanya pergi.

"Gue ngantuk, lo beli kertas karton di mana sih? Zimbabwe? Lama bener," ucap Lucas, dia menguap lebar sampai kereta api pun mungkin bisa masuk ke mulutnya.

"Mba-mba nya ngeselin gue beli nih kertas katanya harganya tujuh rebu, gue kasih lah goceng eh di susukin serebu," jelas Jeno, dia melemparkan kertas karton itu dekat kaki Renjun yang duduk di sebelah Jaemin yang masih juga belum bangun di keadaan kelas seperti sedang di jalur perang.

"Goblog protes kagak lo?" tanya Lucas, dia meraih kayu-kayu di sebelah Jeno, membuka ikatan simpul yang susah sekali di uraikan sampai dia menggeram kesal.

"Yah kagak lah, gue ambil aja duitnya buat beli es," Jeno mengeluarkan duit lembaran seribu rupiah dari saku seragam sekolahnya, dia tersenyum senang seolah mendapatkan uang lima puluh ribu dari chiki Cinta.

"Itu sih Jaemin tidur apa koma?" Jeno mengedikan dagunya ke arah laki-laki bertubuh kurus, yang sedang meringkuk.

"Dibilangin dia mabok lem," jawab Mark. "Jadi kita mau buat apa nih?"

Yah jadi mereka ada tugas kesenian untuk membuat sesuatu dengan bahan utama kertas karton serta kayu untuk membingkai pinggiran kertas. Kelompok di tentukan sendiri, itu sebabnya kelompok yang berjumlahkan lima orang ini, hanya terdiri dari laki-laki. Karena bagi mereka perempuan itu ribet, cerewet sering ngomel-ngomel gak kerja padahal udah bantu banyak, nanti giliran di ngegagsin balik bilangnya kasar sama cewek.

Bukan sedang ngelem seperti yang di lihat, hanya saja Jaemin yang memang punya penciuman sensitif, benar menghirup bau lem yang luar biasa buat pusing kepalanya, jadinya dia setengah pingsan setengah sadar.

Bel istirahat berbunyi, murid alim akhirnya bisa keluar kelas untuk mengisi perutnya. Kalau murid brandal tidak perlu menunggu bel bunyi dia akan keluar dengan sendirinya mengelilingi sekolah tanpa rasa bersalah malah bangga.

Jaemin sudah bangun dari komanya, eh maksudnya pingsannya, tapi kepalanya masih sedikit pusing.

"Aduh kepala gue pusing bener, berasa kek abis minum tuak," Jaemin mendudukan tubuhnya, ia menyandarkan punggung nya ke tembok yang berada di belakangnya.

"Lo kalau abis minum tuak pasti modar," Cibir Renjun, dia memukul kaki Jaemin yang sengaja di tarunya di atas paha Renjun.

"Iya juga yak, kan biasa di oplos pake autan."

"Sebut merek lo anjer," Lucas memukul kepala Jaemin cukup keras menggunakan kayu yang akhirnya bisa ia buka tali simpulnya. Lagian yang ngiket kurang kerjaan banget memang sedang latihan simpul di pramuka apa.

"Sakit Adul," Jaemin meringis dia balas perbuatan Lucas dengan menjitak kuat kepalanya hingga menimbulkan suara.

"Nama gue Lucas, sembarangan lo ganti ganti nama orang."

Jaemin dan Lucas itu di ibaratkan kucing sama anjing selalu ada kesempatan untuk mereka debat atau berantem sampe tonjok tonjokan. Jaemin bilang Lucas itu emang kemusuhan sama dia, sedangkan kata Lucas dia juga bingung kenapa bisa sekesel itu bahkan cuman ngeliat muka Jaemin.

Tapi tenang walaupun mereka suka menghujat tapi mereka tidak saling benci mereka teman baik. Soalnya kalau sering berantem, terus di dasari oleh rasa benci, nanti ujung-ujungnya jadi suka. Lucas mending jomblo seumur hidup daripada harus pacaran sama Jaemin, lagipula dia lurus, normal. Kalaupun sampai belok, dia tidak mau dengan Jaemin. Laki-laki barbar yang jauh dari kata kalem.

"Kantin lah kuy, laper gue," Jeno menepuk pundak Lucas, dia berdiri di ikuti Mark lalu Lucas kemudian Renjun, terakhir Jaemin berjalan paling belakang.

Baru di depan pintu, kelima laki-laki itu di hadang oleh murid perempuan. Rambutnya terurai sampai bahu, kepalanya di hiasi bando berbentuk kepala kelinci. Untung saja adik kelas ini cantik dan lucu jadi bando kelincinya tidak kelihatan norak.

"Kenapa dek?" tanya Jeno, memperhatikan gerak-gerik dari sih adik kelas, matanya menjelajah isi kelas mencari seseorang.

"Cari kak Jaemin," jawab adik kelas, matanya beralih pada tubuh tegap Jeno lalu berhenti ke wajah pemuda itu. Terkesima, itulah yang di rasakan adik kelas ketika melihat wajah tampan dari Jeno.

"Cari gue?" yang terpanggil, memajukan diri.

Adek kelas mengerjapkan matanya, setelah tersadar apa tujuannya ke sini. "Kak Jaemin kan? Dicariin kak Johnny di suruh ke lapangan basket."
Jaemin mengangguk dia langsung saja lari ke lapangan basket menemuin kekasihnya itu.

Jeno, Lucas, Mark dan Renjun hanya bisa geleng-geleng kepala saja melihat kelakuan Jaemin. Pasalnya Laki-laki manis itu selalu gerak cepat jika sudah berurusan dengan namanya Johny, mereka sering mengatainya budak cinta.

Jaemin selalu mengelak kalau di bilang begitu, dia tidak sebudak itu. Dia juga tidak tau, tubuhnya bergerak sendiri. Dan soal Cinta, dia pun tidak tau, apa yang dia lakukan di sebut cinta? Karena akhir-akhir ini perasaan dia hampa untuk Johnny, tidak ada lagi jutaan kupu-kupu yang menggelitik perutnya ketika kekasihnya berucap kata-kata manis. Lalu apakah ini masih bisa di sebut cinta? Tentu bukan.

Perasaan aneh lain malah muncul saat dia tidak sengaja bertatapan dengan Jeno.
.
.
.

Perasaan aneh lain malah muncul saat dia tidak sengaja bertatapan dengan Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HALU | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang