Enak-enak lagi mimpi pacaran sama perempuan yang tubuhnya aduhai bahenol seperti gitar spanyol. Cantik mulus tanpa lecet. Eh, malah tergantikan dengan suara seorang emak-emak yang lagi ngamuk.
Brakk!!!
Suara pintu kamar, kamarku dibuka paksa. Mama lagi ngamuk melihatku yang belum bangun dari tidur.
"JUNA! Sudah besar masih aja molor. Enggak malu sama umur! Udah tua, ingat Jun!"
Telingaku rasanya mau pecah, mendengar teriakan beliau yang membuat diriku kesal pagi ini.
Dosa nggak sih hujat dia?
Astaghfirullah nyebut Jun, itu mama kamu nggak boleh hujat nanti dosa. Disumpahin nggak kawin nantinya.
"Eghh, iya Ma. Juna tau sudah besar ngapain juga dibangunin." Aku masih setia dengan selimut tebal yang masih menggelung tubuhku di atas ranjang.
"Sudah besar? Besar kok nggak punya istri." Mamaku nyelekit sekali omongannya, anggap saja itu tadi angin lewat.
"Jodoh itu sudah ada yang mengatur, tinggal usaha dan doa beres, kan ma?"
"Tunggu sebentar, kapan kamu usaha? dari dulu kamu jomblo. Punya pacar juga sehari langsung diputuskan, gila kamu Jun! Cepat bangun dimarahi papamu baru tau rasa, ingat umurmu gak muda lagi." Mamaku berjalan ke arahku dan menjewer telingaku, sakit banget ini telinga.
"Aw, kok Juna dijewer? Salah apa Juna?"
"Buruan bangun." Mamaku keluar dengan kesal tak lupa menutup pintu dengan keras. Untung nggak roboh itu pintunya.
Aku langsung bangun dan duduk di ranjang, mengambil hpku di atas nakas dan melihat screen lock. Sudah jam 06.30 padahal aku tadi sudah bangun untuk sholat shubuh, terus tidur lagi.
Tanpa babibu lagi aku beranjak dari ranjang dan menuju kamar mandi. Waktunya ritual untuk para lelaki yang masih jomblo.
Yang jomblo harap tutup mata, nggak baik lihat-lihat seperti ini.
Dengan waktu yang tidak lama untuk mendekam di kamar mandi, akhirnya bisa selesai juga. Aku berpakaian lengkap dengan jas biru dongker dan kemeja yang senada warnanya, mau pakai setelan jas hitam dan kemeja hitam nanti malah dikira akan melayat.
Meski sudah lama menjomblo begini, penampilan harus tetap oke. Ganteng, rapi juga harus, setelah lama berkaca di cermin depan ranjang aku segera beralih untuk merapikan tempat tidurku. Nanti kalau tetap berkaca, kacanya nggak kuat melihat ketampanan diriku dan akhirnya pecah dengan percuma.
Merapikan tempat tidur dan menyapu sedikit, seorang pria seperti aku ini sangat suka dengan kebersihan, kalau nggak bersih bisa-bisa kamar ini di pakai sarangnya mbak Titi tau itu siapa? Si tikus bangsul yang suka usil.
Aku melihat semuanya sudah beres dan bersih, aku segera turun ke bawah karena kamarku berada di lantai atas.
Melihat semuanya sudah berkumpul di meja makan kecuali si bocah tengil yang belum nongol juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Cewek Ndeso[SUDAH TERBIT]
Humor[SUDAH TERBIT DI SHANA PUBLISHER] Sebagian part sudah dihapus Seorang CEO muda yang sudah lama menjomblo, dan kini dia memilih untuk melajang saja. Namun, ada suatu perkara yang tak mudah baginya. Tanpa sengaja dia telah menabrak seorang gadis desa...