Sepulangnya aku setelah mengantarkan Reza ke rumahnya, kini aku memilih pulang ke rumah orang tuaku. Menenangkan diri, dan mencari tau tempat dimana Tini berada. Jika kemungkinan, Tini tidak jauh dari daerah Jakarta. Pasti aku akan ketemu, tapi sampai saat ini tidak ketemu juga.
Ini adalah hal tersulit dalam hidupku, harus mencari belahan jiwaku yang telah pergi meninggalkanku sendiri di sini.
Melihat dia berjuang agar aku jatuh cinta padanya, usaha yang tak mudah tetap ia lakukan kadang membuatku merasa aneh sendiri atas perlakuannya.
"Ma, aku nggak tau Tini dimana. Bingung sendiri mencari di daerah Jakarta yang sangat luas."
Mamaku duduk di sampingku, dan meletakkan secangkir teh hangat di meja. "Jun, Pak Juned tadi tanya ke Mama. Anaknya sehat nggak, udah ngisi apa belum."
Aku terkejut dan menoleh cepat pada Mamaku. "Loh, terus Mama balas Pak Juned gimana? Jangan bilang kalau—"
"Mama jujur sama Pak Juned, tapi Pak Juned malah tersenyum tipis."
"Tersenyum? Bukannya sedih Pak Juned, beliau tau Ma?"
Tiba-tiba datang seseorang dari pintu depan, dan masuk menghampiriku dan Mamaku yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Seseorang itu adalah Pak Juned. "Begini, sebenarmya Tini itu pulang ke Jawa Timur Mas. Tini kangen sama Emaknya, tapi Bapak nggak boleh bilang sama Mas, apalagi Bu Mariska."
Sontak saja aku terkejut mendengar penjelasan Pak Juned, astaga Tini membuatku hampir serangan jantung saja.
Bisa-bisanya dia tak pamit, lalu pergi begitu saja tanpa adanya diriku menemaninya ke sana."Lalu, Tini pergi ke sana naik apa?" tanyaku.
Pak Juned yang masih setia berdiri membuatku sedikit lupa untuk mempersilakan beliau duduk. "Pak, duduk dulu. Maafin saya, Pak." Pak Juned lalu duduk di kursi sebelah.
"Pak, ijinkan saya menjemput Tini. Saya rindu sekali sama dia Pak," ucapku tulus.
"Silahkan, Mas. Tapi, saya tidak tau Tini mau diajak kembali ke Jakarta atau tidak, kata Tini ada masalah sedikit dengan Mas Juna. Saya juga tidak mengerti Mas, Tini kelihatan marah sama Mas."
"Saya tau kalau ini semua murni kesalahan saya. Jadi, saya akan memperbaiki hubungan saya dengan anak bapak setelah saya bertemu dengannya," jelasku.
Pak Juned hanya tersenyum, begitu juga dengan Mamaku yang turut tersenyum sambil memegang pundakku. "Mama minta kamu besok langsung pergi ke Jawa Timur, Reza akan temani kamu ke sana. Reza asli sana, kan? Nah, pasti dia tau tempat-tempat di Jawa."
"Iya Ma, aku akan pergi besok pagi. Nanti malam aku mau ke rumah Reza untuk menanyakan dia mau apa nggak menemaniku. Syukur kalau dia mau menemani, tapi kalau dia sibuk mungkin aku akan pergi sendiri. Aku ke kamar dulu, ngantuk Ma."
Aku bangkit dari dudukku, dan menuju kamar. Mandi, lalu salat itulah yang aku lakukan. Sembari menunggu balasan Tini yang sudah aku telepon berkali-kali, sampai ratusan panggilan tidak ada respon satu saja. Apa mungkin Tini sudah melupakan aku? Tidak—itu tidak akan terjadi.
Selepas salat, aku merebahkan diriku di ranjang. Aku chat lagi Tini, tapi hanya centang satu saja. Hanya ingin tau bagaimana keadaan dia di sana, mustahil kalau dibalas.
Melihat chat dan pesanku pada Reza, kebetulan sekali dia online. Aku bisa mengabarinya lewat chat saja.
Me :
Za, lo bisa bantu gue?Reza :
Bolehlah, masa nggak boleh. Mau gue bantuin apa? Gue siap kok:vMe :
Lo orang jawa kan? Asli? Besok temani gue ke Jawa Timur, ternyata Tini pulang ke desanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Cewek Ndeso[SUDAH TERBIT]
Humor[SUDAH TERBIT DI SHANA PUBLISHER] Sebagian part sudah dihapus Seorang CEO muda yang sudah lama menjomblo, dan kini dia memilih untuk melajang saja. Namun, ada suatu perkara yang tak mudah baginya. Tanpa sengaja dia telah menabrak seorang gadis desa...