Jam enam pagi, Jinu sudah berada di sekolahan. Salah satu murid on time di kelasnya selain Yeongue. Hahh, Yeongue lagi. Betapa sakitnya perasaan Jinu mengingat kejadian kemarin. Dohyon kira bekal itu dari Yeongue? Menyebalkan sekali ketika Jinu mengingat itu. Seperti tak dianggap. Tapi bukan salah Dohyon juga, karena Jinu sendiri juga ngga ngasih tau kalau bekal yang dia taruh di loker Dohyon adalah pemberiannya.
Mengingat kejadian kemarin membuat Jinu rasanya malas buat ke sekolah, lebih tepatnya belum siap kalau harus ketemu Dohyon.
Perasaannya belum siap menerima kenyataan, kalau nanti memang nama Yeongue ngga bisa tergantikan buat Dohyon. Entahlah, hati ngga akan ada yang tau kedepannya bagaimana. Jinu hanya berharap Dohyon bisa melihatnya, melihat ketulusan hatinya.
Langkahnya terasa berat sekali hanya untuk menuju ke loker siswa.
Lagi-lagi teringat kejadian kemarin. Rasanya Jinu mau nangis saja.
Betapa kagetnya Jinu ketika membuka lokernya dan menampakan benda yang mengingatkan kekecewaannya kemarin.Kotak makan yang kemarin dia taruh di loker Dohyon. Kenapa bisa berada di lokernya. Jinu mengambil kotak itu dan membaca sticky note yang tertempel di atasnya.
“terimakasih, rasanya enak, tapi jangan lagi. Gue takut ngga bisa balikkin sesuai harapan lo”
Maksudnya apa?! Jinu bingung dengan maksud pesan yang tersampaikan. Balikkin apa maksudnya. Kenapa rasanya Jinu seperti disuruh buat berhenti berharap. Ah sial! Air matanya pakai menggenang segala lagi. Jinu menutup lokernya dan berlalu ke kelasnya. Tanpa memperdulikan seseorang yang berdiri melihatnya dari lobi.Bahkan selama jam pelajaran berlangsung, Jinu benar-benar tidak seperti biasanya. Iya, biasanya Jinu yang selalu ceria di pagi hari, menyambut dan selalu mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan random ke Dohyon adalah aktifitasnya setiap hari. Tapi Yeongue yang melihat itu bukan Jinu yang seperti biasanya ngebuat Yeongue benar-benar diusik rasa penasaran yang teramat dalam. Apa karena Dohyon, pikir Yeongue. Tapi ngga mungkin kalau harus mengajak Jinu ngobrol di saat jam pelajaran berlangsung, mungkin nanti pas jam istirahat.
.
.
.***
.
.
.Pria mungil yang dari tadi seperti tersibukan oleh ponsel yang dipegangnya. Ngebuat dua orang di dekatnya membuat penasaran terhadap pria dengan julukan Jinan di kalangan teman-teman dekatnya itu.
Ya gimana ngga penasaran, dari tadi terlihat fokus ke ponselnya tapi sepertinya pikirannya lagi ngga sama seperti apa yang sedang dilakukannya.
“kak Jinan, lo ngga buka chatnya bang Sehun ya?”
“ada apa?” tanyanya tanpa mengalihkan fokusnya dari ponsel.
“dia nanya gue lagi sama lo apa ngga”
“yaudah tinggal jawab aja iya”
“yaudah buka hp lo aja, di telfon juga ngga lo angkat katanya” Jinhwan menuruti ucapan Hanbin buat ngecek ponselnya. “paling cuma mau ngingetin ntar malam jangan lupa latihan” ucap Bobby yang melihat Jinhwan sepertinya lagi dalam mood buruk.“kak, lo gapapa kan?” tanya Bobby penasaran.
“kenapa? Gue gapapa” Jinhwan buru-buru seperti memperlihatkan ekspresi wajahnya yang baik-baik saja, supaya Hanbin dan Bobby tidak berfikiran yang tidak-tidak.“kalo ada apa-apa cerita aja ke kita” Jinhwan mengangguki ucapan Bobby yang terlihat seperti memberikan tawaran konseling ke Jinhwan.
Jinhwan sangat beruntung bisa kenal dengan dua adik tingkatnya tersebut. Yang dulu Jinhwan berfikir kalau berteman dengan Hanbin dan Bobby malah membuat ketenangannya keganggu, soalnya kesan pertama Jinhwan melihat Hanbin dan Bobby, rasanya dua adik tingkatnya itu sangat rusuh, rame, ngga tau tempat pula kalo lagi becanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
DADDY~ (Younseok 💕 Nam Dohyun) (END)
FanfictionSeorang pria berumur 36 tahun yang harus merelakan waktunya buat ngerawat anak semata wayangnya sendiri. "Adek~!"-Seungyoun "Iyaaaaaa~~"-Dohyun Untuk kepindahannya ke Bandung, ngebuat Wooseok harus merelakan semuanya yg ada di Jakarta. Lembar barun...