I

348 31 3
                                    

Goryeo, 719

Suasana begitu kacau ketika semua orang sibuk menyerang satu sama lain. Man Wol terus mengamati dari jauh, menunggu sampai dirinya benar-benar harus ikut turun tangan menyerang para prajurit istana. Hah...orang-orang ini, mengapa mereka marah sekali ketika barang-barang yang Man Weol dan pengikutnya curi hanya beberapa beras serta kain tenun dari Hanyang? Seharusnya, mereka biarkan saja pasukan perampok tidak beradap ini lepas begitu saja. Lagipula yang dicuri bukanlah emas atau perak.

Ketika sebagian dari pasukan Man Wol sudah mendapat karung beras dan beberapa lipatan kain tenun, Man Wol langsung membunyikan pluit kecilnya dua kali. Seluruh pasukan Man Wol langsung berhenti menyerang prajurit istana, dan berlari untuk pergi dengan cepat. Dari jauh, Man Wol melihat sahabatnya Yeon Woo belum bisa pergi karena dia masih beradu pedang dengan salah satu prajurit istana.

"Aigoo, haruskah aku menyerang dari jauh?" ujar Man Wol dengan malas. Demi menyelamatkan Yeon Woo, dengan cepat ia langsung meraih busur dan anak panahnya. Man Wol siap untuk menyerang sosok bertubuh tinggi yang sedang berusaha untuk mengalahkan Yeon Woo.

Dan ketika ia melepas tarikan anak panahnya, dengan cepat sosok tinggi itu langsung menebas serangan Man Wol.

Sial.

--

Man Wol menunggangi kudanya secepat mungkin. Ia tahu, dirinya sedang di kejar oleh sosok bertubuh tinggi yang tadi berusaha untuk menyerang Yeon Woo. Rupanya, prajurit kerajaan yang satu ini tidak semudah itu untuk Man Wol kalahkan.


Ia masih berusaha menunggangi kudanya, namun ketika Man Wol melirik ke arah kanan, ternyata pria itu sudah berhasil menyamakan posisi kudanya dengan kuda yang Man Wol tunggangi.

Semua terjadi begitu cepat. Man Wol terjatuh sesaat setelah pria tinggi itu mendorong dirinya dari kuda dan mereka berdua terjatuh bersama. Tidak ada yang dapat Man Wol rasakan selain perih di sekujur tubuhnya. Ia bahkan tak dapat membalikkan tubuhnya untuk sekedar melihat wajah pria tinggi yang mendorong dirinya sampai terjatuh.

Tiba-tiba pria itu membalikkan tubuh Man Wol dengan kasar. Ia langsung menarik kain yang menutupi wajah Man Wol.

Man Wol tahu, ketika kain di wajahnya terbuka, ia akan ditertawakan karena ia hanyalah seorang perempuan. Ia tahu, apa yang akan pria ini lakukan kepadanya, ia akan dikirimkan ke rumah bordil untuk dijadikan gisaeng.

Namun, ternyata tebakan Man Wol salah. Tidak ada tatapan remeh yang berikan oleh pria tersebut. Kedua matanya menatap mata Man Wol dengan ekspresi yang tak dapat ia artikan. Mereka berdua terdiam karena saling menatap selama tiga detik. Akan tetapi, Man Wol justru memanfaatkan momen diam ini dengan meraih sebuah batu yang berada di dekatnya dan langsung memukul kepala pria di hadapannya.

Dreams, Titled You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang