Sebuah Awal

161 36 89
                                    

27.7.20

Selamat siang semua hehe, udah siap untuk baca cerita Adine dan Aksa?

Mau minta maaf dulu atas keplin plan an aku, aku buth dukungan kalian, buat percaya kalo kalian suka, dan buat percaya sama diri aku sendiri.

Siap?
----

Kisah pertemuan kita masih sama,

klasik dan tidak berbobot, menyedihkan, aneh dan menyebalkan.

Pesawat boeing dengan jalur lintas Indonesia-Singapura telah dinyatakan hilang kontak sejak pukul 10.30 wib. Diperkirakan pesawat telah jatuh, proses pencarian masih dilakukan, namun kemungkinan besar tidak ada korban selamat.

"Mama, Papa, dek, hiks, Adine sendiri kan sekarang? Harusnya kalian nggak pergi,"

"Kapan Adine bisa ketemu kalian lagi kalo udah kayak gini? Katanya cuman satu minggu, terus harus gimana sekarang Adine?"

---

Pagi yang cerah, matahari sudah naik setinggi pohon jeruk taman kota. Burung-burung sudah sibuk mencari makan, dan terbang ke sana kemari.

"Adine, bangun!! Ya Tuhann!! Adine!! Udah jam 6 lewat!!" Teriak Reyna di telinga Adine. Adine tersentak.

"Ehh yang bener? Aduhhh," rutuk Adine, segera dia menyambar handuk kemudin masuk kamar mandi. Meninggalkan Reyna yang masih menggerutu.

Adine mandi kilat, kemudian menghampiri Rey yang sudah duduk manis di meja makan sambil melahap setangkup roti. Rey mencibir Adine, kesal. Adine hanya meringis kemudian ikut mengambil roti dan ikut melahapnya.

"Banyak banget kayaknya orang nanti," Rey endengus, iyalah banyak. Hening, hanya ada suara makan dan sesapan minuman.

"Ayo, berangkat sekarang, takut telat," Adine mengangguk kemudian mengambil tasnya. Hari ini adalah hari pertama sekolahnya di sma Wijaya. Seharusnya mereka berangkat sepuluh menit lalu, tapi mau bagaimana lagi? Terlanjur terlambat.

-----

"Tuh kan, udah banyak banget orangnya, udah mau mulai mpls nya," ucap Rey saat sudah sampai di seklah baru mereka. Adine hanya diam, matannya asik menelusur bagian-bagian sekolah. Sekolahnya besar.

"Rey, maaf ya, lo harus repot," celetuk Adine tiba-tiba. Rey menengok dan memandang Adine aneh. Ada apa dengan sepupunya?

"Lo ngomong apa sih? Nggak sama sekali Dine, gue alah seneng lo bisa tinggal bareng gue sekarang, jadi pas ayah sama bunda nggak ada, ada lo yang temenin gue," Adine tersenyum. Orang tuanya beserta adiknya satu-satunya sudah tidak ada, tepat dua minggu yang lalu, mereka dinyatakan meninggal karena kecelakaan pesawat.

"Udah ayok baris," Adine mengangguk dan berjalan bergandengan dengan Rey menuju lapangan, tempat mpls akan segera di laksanakan.

"Cek, adik-adik semua, ayo baris dulu yang bener ya, buat banjar," ucap seseorang dengan mikrofon. Semua langsung berbaris dengan cepat.

"Sudah?"

"Sudah kak,"

"Baik, nama kakak Zayn, kakak wakil ketua osis di sini, salam kenal semua," sapanya ramah. Seluruh anak langsung menyukainya, dia terlihat hangat.

"Nahh, ini ketuanya udah dateng, namanya Aksa, nih gantian lo," ucapnya sambil memberikan mikrofonnya.

"Gue ketua osis di sini, selamat datang di sma Wijaya, di mana tata tertib menjadi hal yang paling utama. Kalian siap?"

Will Go AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang