Sebuah Usaha

83 30 34
                                    

30.07.20

Aku balik, ada yang kangen? wkwkwk

Aku bawa satu part baru, siap untuk baca?

Oke, voment nya yaa

Siap?

.

.

.

Tidak perlu banyak tau, tidak perlu memaksa.

Semua akan ada waktunya.

"Jadi, tadi Reyna bilang, emm... kakak punya fans garis keras ya?" tanya Adine hati-hati. Aksa melihat Adine, wajahnya berubah sedikit muram. Mampuslah, Adine semakin takut. Bagaimana jika makhluk di hadapannya murka. 

"Kalo gue pilih untuk nggak jawab, bisa kan?"

"Ehh, iya kak, itu kan hak kakak," Makan mereka berdua berlanjut hening. Sesekali Adien mencuri pandang ke arah Aksa. Memastikan tidak ada tanda-tanda akan mengamuk atau semcamnya.

"Lo ngapain?"

"Makan kak,"

"Lo ngelatin gue? Ngapain? Gue tau gue ganteng," Adien kemudian membuat raut orang ingin muntah. Aksa tersenyum tipis.

---

"Makasih kak," ucap Adien ketika sampai. Aksa mengangguk, kemudian menyimpan helm yang Adien gunakan di jok belakang motornya.

"Gue duluan," Adien mengangguk. Kemudian memastikan Aksa sudah hilang di tikungan jalan.

"Sepupu laknat, ditinggalin mulu gue," kutuk Adien pada Reyna. Reyna meringis kemudian melanjutkan makan saladnya. Adien duduk tanpa melepas sepatu, mengeluarkan ponsel yang paling dia sayangi.

"Lo ada apa sama kak Zayn?" tanya Adien tiba-tiba setelah acara duduk-duduk mereka berdua hanya dilatari backsound asmr kunyahan Reyna dan suara keypad Adien. Reyna mengendikkan bahu, bibirnya mengukir senyum tipis.

"Nggak apa-apa,"

"Terus tadi ngapain boncengan pulang bareng?"

"Tadi ya... nggak papa, cuman dia kasian liat gue duduk di deket pos satpam nungguin lo, kayak pengemis katanya," Adine tertawa keras-keras. Kayak pengemis. Ternyata yang mengatai sepupunya itu mirip pengemis tidak cuma dia sekarang. Jahat memang, tapi hanya main-main.

"Yaudah gue mau mandi dulu, terus tidur, bangunin gue jam enam, gue mau ngerjain tugas dari atasan,"

"Yakin jam enam? Ini baru jam dua, lo tidur apa hibernasi?" Adine tidak peduli, kakinya sudah berjalan pergi ke arah kamarnya. Oke, rumah mereka bukan tipe rumah tinggi dengan banyak lantai, tapi sebuah rumah luas dengan sebuah taman dan kolam di tengah rumah mereka. Bagian itu tanpa atap, hanya berbatas pintu kaca untuk masuk rumah di sekelilingnya. Jadi mau makan, nonton tv, ada tamu, pemandangannya taman dan kolam.

----

Adine sudah berbaring dengan badan segarnya. Matanya benar-benar mengantuk, beberapa kali dia menguap. Tapi, tangannya masih asyik dengan benda persegi pipih. Padahal tidak ada notif apapun, miris. Setelah puas scroll-scroll media sosialnya, mata Adien akhirnya mau tertutup sempurna.

"Woyy putri tidur bangun, udah jam enam!" teriakan Reyna dihadiahi sebuah bantal besar yang langsung menyasar tepat di wajah mulusnya. Reyna emosi, rasanya ingin dia mencekik sepupu terkasihnya itu. Sudah dibangunkan, malah dihadiahi banta, mana Adien cukup keras saat melemparnya.

"Lama-lama gue siram air galon juga lo!" Adien mengerjap. Matanya menelusur mencari jam, siapa tau Reyna mengerjainya. Ternyata tidak, sudah benar-benar pukul enam. Tidurnya nyenyak, padahal sebenarnya tidur di sore hari kan tidak baik.

Will Go AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang