Siapa ?

68 28 41
                                    

8.8.20

Adisa kombek, ada yang kangen ?

Enjoy

.

.

.

Karena semua belum tentu sama,

Yang dilihat belum tentu nyata, yang di dengar juga belum tentu benar

Adine tengah berkutat dengan ratusan nama anak angkatannya. Namanya aneh-aneh, dan.. sulit? Mochiana, Quanza, dan seabrek nama yang membuat kesleo lidah lainnya. Seringkali, dia salah dalam menulis nama nama calon temannya itu.

"Udah?" Bukan Aksa, itu Zayn.

"Udah, baru aja," Adine mendengus, gila. Mulutnya meronta ingin mengeluarkan umpatan-umpatan. Lagian kemana sih guru-guru dan kepala sekolah, kemana pula anak-anak osis yang lain? Jajan takoyaki di kantin depan sekolah? Atau beli es campur di warung bakso? Kenapa hanya dia yang selalu dibebankan tugas?

"Kak Aksa kemana?" tanyanya sambil merenggangkan otot-otot di tubuhnya. Kaku, sudah sekitar satu jam lebih dia menumpukan bokonya di kursi kayu putih itu. Mana sedari tadi dia sedikit menunduk, belum lagi matanya yang rasanya sudah mau copot.

"Bentar lagi juga dateng," Adine ber-ohh-ohh saja. Baguslah, dia tidak akan mendapat tugas tambahan dalam waktu dekat.

"Ada yang nyariin gue kayaknya," sebuah suara menyapu gendang telinga Adien. Panjang umur, baru juga diomongin.

"Nih, gue bawain es, lo udah selesai Zayn?" Zayn menggeleng, matanya sibuk pada layar tipis di tangannya. Sesekali, jari-jarinya mengusap pelan layar ke atas ke bawah.

"Ini maksudnya gimana coba? Masa' iya ada yang masuk organisasi tanpa seleksi, mana masuk pas udah kelas dua, emang bisa Sa?" Aksa mengernyit kemudian mengambil alih papan tipis itu. Membacanya dengan seksama, tangannya juga menyapu atas bawah. Sebelah bibirnya terangkat, ada sesuatu yang menarik.

Osis Wijaya Kerja

HannahC. Join the grup

QiranzaGabriela

@Hannah Loh, kok lo gabung grub? Lo kan bukan anggota?

HannahC.

Gue udah jadi anggota, sejak dua hari yang lalu,

Kok bisa?

HannahC.

Harus banget di jawab?

Aksa mengumpat pelan. Ada sesuatu yang tidak beres. Mana bisa anak kelas dua masuk osis begitu saja? Umpatan itu masih dilanjut, dengan nada pelan. Adine mengalihkan atensinya, menatap dua laki-laki itu.

"Masalah kekuasaan ini mah, uang paling," dengus Aksa. 

"Kenapa kak?" Aksa menggeleng, mengembalikan ponsel itu ke pemiliknya. Wajahnya terlihat lebih suram, tapi tidak sesuram tadi. Seperti ada sesuatu yang mengganjal dipikirannya. Adine diam, meminum es yang Aksa angsurkan padanya. Laki-laki itu duduk kemudian mengecek tugas Adien.

"Lo nanti mau gabung osis juga?" Adine terlihat berfikir kemudian mengangguk, sedikit ragu, tapi 99,9% yakin.

"Nggak usah ragu-ragu, hasil kerja lo bagus, gue yakin lo bakal dapet posisi yang bagus juga nanti,"

"Iya bagus, cita-cita aku nanti lengserin kak Aksa, terus jadi ketuanya," Aksa mengernyit, kemudian menoyor dahi mulus Adine.

"Skinker mahal," rutuknya sambil mengelus dahinya sendiri.

Will Go AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang