hai semua apa kabar? bosenin ya ceritanya?:') dan gajelas gitu haha.
iya kannnnn.
____________________________________
Hari Minggu ya cuma gitu-gitu saja, belum mandi, main hp, dan membosankan terkadang kalau tidak ada rencana keluar.
"Jen," panggil laki-laki bertumbuh tinggi itu.
"What?"
"Ilih sok-sok an lu, ketularan markonah?"
"Ap―,"
"Eh btw tentang Markonah, dia―,"
"Hm? Ooh lo suka sama Yeji?"
Plak
"Kaga bego."
Berakhirlah mereka adu mulut sama main tangan, mungkin orang tua mereka lupa memberi rumah nya ring tinju. Biar seru gitu berantemnya.
"Taee," panggil wanita yang memakai daster itu, berjalan menuju kedua anaknya.
"Dalem bun," jawab Taeyong yang berusaha membangunkan badannya yang ditindihi Jeno.
"Bunda panggil woi, lu mau digampar wajan?" Jeno yang mendengar kata kakaknya itu langsung bangun, mereka berdiri dengan damai sebelum mamanya menghampiri.
"Beliin garam, nih uangnya," katanya sambil memberikan selembar uang sepuluh ribu.
"Dimana bun? IndoJuly tut―,"
"Hmm, cari yang buka dah pokoknya,"
♪♪♪
"Lu ngapa sih ikut juga,"
"Daripada lo digondol perawan ting-ting," jawab Jeno sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku. Dingin katanya.
"Malu tau ga, jigong lo bau, masih ada iler, belum mandi lagi,"
"Hi ilih, iri bilang sahabat," kata Jeno sambil memperagakan...
KAMU SEDANG MEMBACA
différent―Jeno
Ficção Adolescenteperasaan yang sama dengan orang yang berbeda ©hmbergerrr, 2020