Bab 9 : Say Thank You!

40 14 2
                                    

Murph tersenyum dan berjalan menghampiri Reyno. Dia duduk di sebelahnya dengan sedikit menjaga jarak. Murphy mengeluarkan buku dari tasnya dan mencoba membacanya.

"Bolos?" tebak Reyno.

Murphy mengangkat kepalanya dan menengok ke arah Reyno. "Eng-enggak," jawab Murphy gugup.

"Terus ngapain ke sini?" tanya Reyno.

"Gak boleh masuk kelas karena telat, Kak," balas Murphy dengan canggung.

"Santai aja, gak usah gugup gitu."

Murphy tersenyum dan menunduk lagi, mencoba meneruskan kegiatan mencobanya.

"Gimana undangan gue masuk Osis? Mau?"

Murphy mengangkat kepalanya lagi. "Masih belum kepikiran, Kak." Reyno mengangguk. "Tapi kok Kak Reyno ngundang aku masuk Osis, ada apa?" tanyanya penasaran.

"Gue liat kayaknya kinerja lo bakal bagus. Lo juga keliatan pinter," papar Reyno.

Murphy tersenyum. "Ya karena aku pake kacamata, Kak. Seperti kata orang, aku cupu dan anak cupu pasti mau disuruh-suruh," dalihnya.

"Eh gue gak maksud kayak gitu loh. Beneran, gue liat lo punya jiwa pekerja keras dan tanggung jawab," bujuknya.

Murphy tersenyum. "Aku akan pikirin lagi ya, Kak."

"Oke oke."

Mereka terdiam. Murphy kembali membaca bukunya lagi.

"Oh ya Murphy, lo ma-"

"Maaf Kak, aku lagi baca, aku gak mau ketinggalan pelajaran walaupun aku gak masuk kelas," sela Murphy.

Kalo mau baca ya di perpus aja. Batin Reyno. "Oh iya sorry, sorry."

Murphy pun kembali membaca bukunya, dan Reyno kembali memutar musiknya. Mereka pun bergelayut dalam kegiatan masing-masing.

...

Bel istirahat berbunyi. Semua siswa dan siswi berhamburan keluar kelas. Menjernihkan otak dan pikiran mereka.

"Frasaa!!" panggil Rebecca.

Frasa menoleh dan mengangkat kedua alisnya. "Lets go ke kantin, lo kan janji mau traktir gue," sahut Rebecca.

"Tapi gue yang pilih tempat duduknya ya," anjur Frasa seraya memasukkan bukunya ke tas.

"Gampang, udah ayok!" ajaknya kemudian merangkul bahu Frasa. Frasa tersenyum dan mengikuti langkah Rebecca.

Suasana kantin mulai ramai. Meja makan mulai terisi satu per-satu.

"Frasa, lo nyari tempat duduk gih. Gue aja yang pesenin. Lo mau apa?" tanya Rebecca.

"Kayak biasa aja," jawab Frasa singkat.

"Oke!" Rebecca langsung pergi memesan makanan.

Mata Frasa melirik-lirik seluruh isi kantin. Mencari tempat duduk yang kosong dan yang pas untuk dirinya dan Rebecca. Tatapan matanya terhenti. Dia memicingkan matanya dan kemudian tersenyum.

Frasa merapikan baju seragam dan rambutnya. Kemudian berjalan menghampiri sebuah meja makan dengan memasang senyum paling manis sedunia. (Oke, ini alay, maafkan author) Para siswa yang menghalangi jalannya mulai menyisi, seakan-akan sudah menyediakan karpet merah untuknya. Lagian, siapa yang tak kenal Frasa, wajah paling memesona dan suara termerdu di sekolah ini.

M U R P H YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang