Bab 12 : Karan Abhimanyu

49 13 4
                                    

*Karan POV*

Sudah hampir sepuluh kali aku meneleponnya. Tak diangkat. Semarah itukah Murphy kepadaku? Apa yang harus aku lakukan supaya Murphy memaafkanku?

Bagaikan sengatan listrik, ide itu tiba-tiba muncul di kepala. Aku segera berdiri, meraih jaket, mengambil kunci motor dan segera keluar dari kamar. Aku berlari menuruni tangga. Tak peduli tatapan asisten rumah tangga yang kini menatapku bingung.

Aku segera membuka pintu rumah. Ku telan salivaku ketika aku menemukan Mom yang akan memasuki rumah. Mom tersenyum. Mati kau, Karan! Habislah sudah rencanamu mengunjungi rumah Murphy.

"Kamu mau ke mana, Karan?" tanya Mom.

Berpikir, berpikir. Carilah alasan paling masuk akal yang akan membuatmu dibolehkan ke luar malam ini. Apapun itu. Pikirkan Karan. Pikirkan.

"Ke luar sebentar, Mom. Cari angin, bosen di kamar terus," elakku. Semoga saja alasan ini begitu masuk akal.

Alis Mom terangkat. Entah dari mana asalnya, Mom menarik lengan seseorang di belakangnya. Seorang gadis-mungkin seumuranku-muncul dari belakang Mom. Dia tersenyum malu-malu.

"Ada tamu, gak sopan kan kalo ada tamu terus tuan rumahnya malah pergi?" papar Mom.

Gadis itu menunduk. Dia memakai bondu pink di rambutnya yang sedikit pirang. Juga memakai dress selutut dengan motif kombinasi putih dan batik. Batik? Waw, dari mana gadis feminin ini, sehingga dia memakai dress batik yang ... sedikit menawan. Maybe?

"Mom, aku buru-buru, mau ke luar, ada urusan juga. Mendadak," bujukku. Berharap Mom mengizinkan. Tapi sepertinya tidak, hanya kecil kemungkinannya.

"Tapi kan kita punya tamu, Karan. Ayo kita masuk saja." Mom mendorong bahuku, memaksaku berbalik. Gadis itu mengekori Mom. Mom segera mengunci pintu, alih-alih mendorongku.

"Ayo, Nak, anggap rumah sendiri aja," bisik Mom kepada gadis itu. Gadis itu hanya tersenyum.

"Mom..." rengekku. Mom melotot ke arahku. Baiklah, pasrah saja Karan. Ingat, itu ibumu.

Mom membawa gadis itu ke sofa ruang tamu. Aku mengekori mereka. Mereka pun duduk, dan ya, tentu saja aku ikut duduk, jika tidak, Mom pasti akan melotot ke arahku lagi. Melihat kami, Bi Tuti membawakan tiga gelas minuman. Asisten di rumahku memang di wanti-wanti harus teratur memberikan minuman jika majikannya atau teman majikannya sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Rembulan, ini Karan. Anak tante," ucap Mom kepada gadis itu. Eh Rembulan. Namanya Rembulan. "Kalo gak salah dia juga seangkatan ya sama kamu. Kamu sekolah di mana?" tanya Mom lagi. Fiks, sepertinya aku akan jadi nyamuk di sini.

"Di SMA Beverly, Tante," jawab gadis yang bernama Rembulan itu. Mom mengangguk. *(So guys, aku ubah latar sekolah di cerita ini ya)

Tunggu, SMA Beverly? Sekolahku? Jadi dia juga sekolah di sekolahku?

Mom mengangkat alisnya. "Kebetulan sekali ya, Karan juga sekolah di sana lho. Kamu gak kenal Rembulan, Karan?"

Aku gelagapan. Terkejut Mom bertanya kepadaku. "Mungkin aku belum ketemu sama dia, Mom. Jadi aku gak kenal," jawabku. Alasanku terdengar tidak logis, tapi memang benar, aku memang belum pernah bertemu dengannya di sekolah.

"Ah bukan gak kenal, tapi belum. Bagaimana kalo kalian mengobrol dulu, tante ada urusan dulu di dapur." Aku melotot ke arah Mom. Mengobrol? Berdua? Yang benar saja. "Karan, awas kalo kamu kabur lagi. Ingat, layani tamu kita dengan benar. Paham?"

Aku menghela napas. Pasrah. "Iya, Mom."

Mom tersenyum. "Ya sudah, tante tinggal dulu ya." Tanpa menunggu respon aku dan Rembulan, Mom langsung pergi. Aku mengumpat dalam hati.

M U R P H YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang