Liburan Telah Tiba

91 10 0
                                    

Satu minggu kemudian...

Bali, Indonesia.


SETELAH menempuh penerbangan selama kurang lebih lima jam, akhirnya pesawat mendarat di bandara Ngurah Rai. Sejak tadi, Willa sudah memandang ke bawah dari balik jendela, sudah tidak bersabar untuk segera sampai.

Bali. Tempat yang selalu ingin ia datangi dari dulu. Salah satu pulau terindah di Indonesia, dan juga terkenal dengan salah satu pulau romantis di dunia.

Willa menghela napas. Andai saja Vidi ada di sini, bersama mereka. Mungkin akan menjadi liburan terindah dalam hidupnya.

"Akhirnya sampai juga," kata Melfa sembari menghirup udara segar saat sudah berada di luar bandara. "Ini pertama kalinya aku bepergian sejauh ini tanpa orang tuaku."

"Oh, ya?" timpal Martin. "Tapi lebih menyenangkan, bukan?"

"Kurang," gumam Willa dengan suara pelan namun mereka semua bisa mendengarnya.

"Karena tidak ada Vidi?" tukas Nando. Dia lantas menyalakan ponselnya.

Tepat sekali! Tak perlu orang pintar untuk menebaknya.

Ketika Willa masih diam, Nando menebak lagi. "Kau ingin Vidi datang?"

"Apa kau ada ide, Do?" tanya Endrico.

Nando menekan nomor telepon Vidi. "Kita coba saja," sahut Nando, lalu menekan tombol loudspeaker di ponselnya.

Menunggu sambungan terangkat, entah kenapa terasa begitu lama. Semua orang di sana menatap ponsel Nando penuh harap. Tiba-tiba terdengar,

"Haloo?"

"Vid!" panggil Nando, mendadak suaranya menjadi panik. "Willa ditangkap!"

Sontak semua orang terkejut saat mendengar apa yang diucapkan oleh Nando barusan. Willa menggigit bibir, jantungnya berdebar keras menunggu jawaban Vidi.

"Terus apa hubungannya samaku?"

Willa tersenyum kecut. Memangnya apa yang diharapkannya dari Vidison Lawrence?

"Aku cuma mengabarimu. Baiklah kalau begitu, sampai jumpa.."

"Tunggu"

"Hm?"

"Bagaimana ceritanya?" tanya Vidi. "Aku cuma mau memastikan kalau kau tidak sedang berbohong padaku," jelasnya.

Seulas senyum langsung tersungging di bibir Nando. "Aku tidak tahu dengan begitu jelas ceritanya, yang pastinya Willa dijebak." Nando mulai mengarang. "Saat keluar dari pesawat, beberapa petugas langsung mendatanginya dan memeriksa seluruh tubuhnya. Siapa sangka mereka menemukan barang haram di kantong cardigannya."

Nisya menggeleng-geleng dan tertawa pelan, lalu memberikan dua jempol untuknya. Sedangkan Melfa membekap mulut dengan tangan, menahan tawa.

"Memang saat di pesawat tadi, Willa duduk dengan orang asing. Dan menurutku orang asing itulah yang menjebak Willa. Pasti barang haram itu berasal dari mereka dan pasti mereka juga yang menyuruh petugas untuk memeriksa Willa."

"Lalu di mana gadis itu sekarang?" tanya Vidi dengan suara rendahnya.

"Masih dalam tahap pemeriksaan," sahut Nando. "Baiklah, aku tutup dulu, Vid. Aku dan yang lainnya mau mencari cara dulu untuk menyelesaikan masalah ini."

Panggilan berakhir. Tawa Melfa, dan Nisya kembali pecah, mereka berdua tertawa, diikuti oleh Widinie, Nando, Martin, dan Endrico.

"Bagus sekali ide dan aktingmu," puji Martin sambil bertepuk tangan.

Love Me Or Leave Me [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang