Quadruple Date Night?

86 9 0
                                    

Malam pun tiba. Sesuai janji, Nisya membawa ketiga temannya ke nightclub untuk bertemu dengan Nando dan ketiga temannya. Pertemuan diawali oleh keterkejutan dari dua pria teman Vidi, ketika mendengar perjodohan Nando dan Nisya yang sangat tidak terduga itu. Hanya Vidi yang bereaksi santai, karena sebelumnya dia sudah tahu hal itu dari Willa.

"Kau dijodohin?" pekik Martin Ziraluo terkejut. "Di zaman seperti ini?!"

"Bagaimana ceritanya?" tanya Endrico Winardi meminta penjelasan.

"Ibuku dan ibu Nisya dulu adalah teman baik. Karena sudah berkeluarga dan punya kehidupan masing-masing, mereka berpisah. Dan baru-baru ini mereka bertemu setelah dua puluh tahun hilang kontak." Jelas Nando. "Sekarang kalian kenalan dulu!" serunya. "Nisya, Melfa, Willa dan Widinie, ini Martin, pria jahil, dan ini Endrico, pria playboy."

Martin mengerutkan kening dan mendecakkan lidah. "Perkenalan macam apa itu?" lalu ia memandang keempat gadis itu, tersenyum dan menyalami mereka satu per satu. "Salam kenal, mulai sekarang kita akan sering bertemu."

Endrico menyiku lengan Nando dan berbisik, "Tidak lagi setelah bertemu yang satu ini," dia lalu menyalami Widinie dan menatapnya dalam, seolah terhipnotis dengan mata indah gadis itu dan kecantikan naturalnya yang tanpa polesan make up.

Alis Nando terangkat dan ia berputar menghadap Endrico. "Kau suka Widinie?" tanyanya sambil menggerakkan tangannya menunjuk Widine.

"Wah, rupanya cinta pada pandangan pertama," goda Martin.

Widinie bergidik, lalu berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Endrico.

"Ya, aku menyukainya," tegas Endrico tanpa mengalihkan pandangan dari Widinie.

Sontak mereka semua terkejut mendengar pengakuan langsung Endrico, setelah itu pandangan semua orang terarah kepada Widinie yang dari tadi hanya diam.

"Maaf, aku membuatmu terkejut," lanjut Endrico. "Tapi aku serius. Aku akan berusaha mendapatkanmu bagaimanapun caranya."

Widinie menyipitkan mata menatap Endrico, seulas senyum kecil tersungging di sudut bibirnya. "Mungkin kau memang bisa dengan mudah mendapatkan hati para wanita di luar sana, tapi jangan berharap kau bisa dengan mudahnya mendapatkan hatiku."

Martin memukul kepala Endrico. "Jangan ngomong lagi!"

Endrico menatap Martin sambil memberengut dan mengusap-ucap kepalanya.

"Tidak segampang itu mendapatkan hati Widinie," ucap Melfa memberitahu.

"Lupakan saja apa kata Endrico tadi, Wid," ujar Nando pada Widinie. "Dia memang seperti itu setiap kali melihat gadis cantik."

Endrico menatap Nando dengan alis terangkat. Ia baru akan membantah tetapi sudah duluan dipotong Martin. "Eh? Kenapa kalian tidak berkenalan dengan Vidi?" Ia baru tersadar kalau dari tadi Vidi hanya duduk diam sambil menyesap vodkanya.

"Kau masih marah dengan Willa soal kejadian hari Minggu itu?" Martin bertanya lagi, dan Vidi lagi-lagi tidak menjawab.

Nando otomatis tertawa, perkataan Martin mengingatkannya tentang kejadian semalam. "Atau kau marah karena kejadian semalam?"

"Semalam? Ada apa dengan semalam?" tanya Martin bingung.

Nando merangkul pundak Martin. "Semalam itu hari yang indah, karena ada dua insan yang akhirnya berbaikan setelah enam belas tahun tidak bicara."

Mata Martin melebar. "Benarkah?!" pekiknya sambil menepuk kencang bahu Vidi. "Mari kita rayakan!" Ia mengangkat gelasnya tinggi-tinggi, tapi Vidi langsung merebutnya.

"Lebih baik kita merayakan perjodohan Nando dan Nisya." Vidi membuka suara dan mengangkat gelasnya tinggi. "Bersulang!"

"Tunggu," sela Endrico sebelum mereka mendentingkannya. "Kita juga harus merayakan bergabungnya four ladies di geng kita."

Mereka semua tersenyum mengangguk, lalu serempak mendentingkan gelas dan meminumnya secara bersamaan.

Endrico menyandarkan punggung ke kursi dan tersenyum. "Ngomong-ngomong sudah lama sekali kita tidak liburan. Bagaimana kalau Minggu depan kita liburan ke Bali?"

Martin terperanjat dan tidak sengaja memuntahkan kembali minumannya ke dalam gelas. Endrico melihatnya, namun ia mengabaikan reaksi berlebihan Martin dengan menambahkan, "Four ladies juga harus ikut!"

"Aku setuju saja," jawab Nando santai.

"Aku tidak ikut," tolak Vidi langsung.

"Aku juga," ujar Widinie ikutan.

Melfa, Willa, dan Nisya langsung melotot ke arah Widinie secara bersamaan.

"Tapi aku ingin.." rengek Melfa dan Willa barengan.

"Kalau kau tidak mau ikut, jangan ikut kita pulang!" ancam Nisya membuat Widinie langsung merangkul pundak Nisya.

"Aku malas kalau ada Endrico," bisiknya.

Nisya tersenyum. "Dia tidak akan melakukan apa pun. Aku akan menjagamu."

Widinie mendecakkan lidah dengan pelan. "Tapi tetap saja.." Ia berhenti melanjutkan karena malas berdebat, lalu menghela napas. "Ya sudahlah."

Senyum Nisya mengembang. "Kita berempat ikut!"

"Bagus!" sahut Endrico girang. Ia memutar tubuh, kembali menghadap Vidi. "Lihat, semua sudah mau, lalu kau tunggu apalagi, Vid? Ayolah!"

"Hei, aku belum bilang mau!" seru Martin sambil memukul lengan Endrico.

Endrico dengan sigap menutup mulut Martin dengan sebelah tangannya. "Diamlah, kau sudah pasti ikut!"

Vidi meneguk minumannya sampai habis. "Kalian saja yang pergi. Aku tidak ikut!" tegas Vidi seraya berdiri dari kursi dan menepuk pelan bahu Endrico. "Aku cabut dulu," pamitnya, lalu melangkah pergi meninggalkan semua teman-temannya yang hanya mematung melihat kepergiannya.

Love Me Or Leave Me [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang