Willa Menghilang ?!

92 9 0
                                    

"Kau tidak balik ke tempatmu?" tanya Vidi, menyadarkan Willa pada kenyataan. "Jangan membuat rekan kerjamu menunggu terlalu lama.."

Willa langsung berdiri dan berlari kecil menuju pintu restoran tanpa mengatakan sepatah kata pun kepada Vidi ataupun teman kerjanya. Ia juga mengabaikan teriakan Vidi yang memanggil namanya. Ia hanya ingin segera melarikan diri dari sana.

Begitu keluar dari restoran, sebutir air mata langsung jatuh bergulir di pipinya. Willa cepat-cepat menghapusnya dengan punggung tangan. Hujan ternyata sudah turun dengan deras. Ia berlari menerobos hujan dan segera masuk ke dalam mobilnya, lalu menyalakan mesin dan tak tanggung-tanggung menginjak penuh pedal gasnya hingga membuat mobilnya melaju dengan cepat menembus hujan malam.

Pikirannya kacau, air matanya masih mengalir. 'Vidi menyukai gadis itu!' Gagasan itu terus bergema di dalam otaknya, dan ingatan tentang kedekatan mereka belakangan ini juga ikut berputar di otaknya, membuat dadanya semakin sesak.

Seharusnya ia tahu. Seharusnya ia sadar. Seharusnya ia tidak boleh terlalu berharap. Ia tahu ia sudah hidup dalam mimpi selama beberapa hari terakhir ini. Dan mimpi itu selalu tidak bisa bertahan lama. Karena cepat atau lambat kenyataan akan mendesak masuk. Dan ketika kenyataan mendesak masuk dan berhadapan denganmu, kau hanya bisa menerima.

Memikirkan semua itu membuat Willa hilang kendali dan menabrak pembatas jalan. Willa segera menginjak pedal rem dan mobil langsung berhenti di tengah jalan.

Willa turun dari mobil dan berteriak keras sampai kerongkongannya terasa pedih di tengah guyuran hujan lebat. Wajahnya langsung dibasahi oleh air hujan, seolah-olah malam ini langit menemaninya menangis.

Hujan yang terlampau deras membuat tubuhnya basah kuyup hanya dalam hitungan detik. Hawa dingin langsung menusuk kulit dan tulangnya, membuat tubuhnya menggigil.

"Salahku.. Salahku karena kembali menyukaimu, Vidi." lirih Willa menangis sesenggukan sembari menahan rasa perih di punggungnya yang terkena guyuran air hujan. "Maafkan aku yang tak bisa menahan perasaanku untuk tidak menyukaimu. Maafkan aku telah melanggar janjiku untuk tidak boleh ada perasaan. Selama enam belas tahun ini, aku hanya menyukaimu seorang."

"Bahkan sampai detik ini, aku masih mengharapkanmu. Aku hanyalah gadis bodoh yang mengharapkan cintaku berbalas darimu," lanjutnya lirih.

Kakinya tak mampu lagi menopang tubuhnya, lalu ia terjatuh dengan posisi duduk di aspal. Dia menutup wajah dengan kedua tangannya, dalam hati merutuki kebodohannya.

Selama hampir dua jam, hujan turun dengan deras dan baru berhenti pada pukul sepuluh malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama hampir dua jam, hujan turun dengan deras dan baru berhenti pada pukul sepuluh malam. Willa masih belum pulang. Melfa, Nisya, dan Widinie khawatir, karena sampai sekarang sahabatnya itu tidak ada kabar. Berkali-kali mereka meneleponnya, panggilannya tersambung, tapi tidak diangkatnya. 

"Haruskah aku menghubungi Nando?" tanya Nisya meminta jawaban dari Widinie dan Melfa. Mereka berdua langsung mengangguk menyetujui. Nisya pun dengan cepat menempelkan ponselnya ke telinga.

Vidi dan Seena sudah berada di dalam mobil dan sekarang sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah Seena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vidi dan Seena sudah berada di dalam mobil dan sekarang sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah Seena. Sepanjang perjalanan, Seena tidak berbicara dan Vidi juga tidak mengajaknya bicara. Mereka berdua masing-masing sibuk dengan pikiran sendiri. Seena menyibukkan pikirannya dengan mengingat jadwal kerjanya selama sebulan ke depan.   Sementara Vidi sibuk memikirkan sikap aneh Willa yang pergi begitu saja saat di restoran tadi. Keheningan itu pun akhirnya dipecahkan oleh dering ponsel Vidi. Ia segera melirik ponselnya, lalu memasang earphone ke telinga. "Ada apa?"

"Vidi, aku butuh bantuanmu," kata Nando dengan napas memburu.

Alis Vidi terangkat heran. "Bantuan apa? Aku peringatkan, jangan mengerjaiku lagi!"

"Willa menghilang," jawab Nando cepat. "Kali ini, aku serius!"

Vidi ragu sejenak. "Sekitar dua jam yang lalu, aku bertemu dengannya di restoran."

Terdengar Nando menghela napas pelan. "Itu dua jam yang lalu, sampai sekarang dia belum pulang ke rumah. Tolong cepat hubungi orang suruhanmu, kita harus segera menemukannya!"

Vidi jelas-jelas masih bingung, tetapi ia memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan langsung memutuskan panggilan. Ia sibuk menekan beberapa tombol dan menunggu hingga hubungan tersambung. Tapi yang terdengar malah suara operator telepon yang memberitahunya bahwa telepon yang dihubungi sedang tidak aktif.

"Ada apa?" tanya Seena yang sepertinya menyadari kegelisahan Vidi.

Vidi mengalihkan perhatiannya dari jalanan untuk sesaat, menoleh ke arah Seena dan menyerahkan ponselnya. "Tolong bantu aku hubungi Willa. Ini nomornya."

Seena dengan cepat menekan nomor telepon Willa di ponselnya dan langsung menempelkan ponsel ke telinga, sementara Vidi sibuk menelepon orang suruhannya.

Vidi mengemudikan mobilnya menelusuri jalan kembalinya ke restoran tadi, usai mengantar Seena pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vidi mengemudikan mobilnya menelusuri jalan kembalinya ke restoran tadi, usai mengantar Seena pulang. Ia melirik ke kiri dan kanan jalanan. Sungguh ia tidak mengerti apa yang terjadi dengan gadis itu. Ke mana gadis itu malam-malam begini? Apa telah terjadi sesuatu padanya saat dalam perjalanan pulang tadi?

Ia mencoba menghubungi kembali ponsel Willa tapi hasilnya masih tetap sama. Ponselnya tidak aktif. Ia bingung harus mencarinya ke mana. Ia tersadar, ia tidak mengenal Willa dengan baik. Siapa keluarganya, di mana tempat yang sering dikunjunginya, di mana kantornya. Vidi benar-benar tidak tahu semuanya. Sangat miris bukan?

Ponsel Vidi berdering. Ia tersentak dan cepat-cepat menjawab begitu membaca tulisan yang muncul di layar ponselnya. Itu panggilan dari salah satu orang suruhannya yang mengabarkan bahwa mereka sudah menemukan keberadaan Willa saat ini.

Vidi langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, tangannya mencengkeram kemudi erat-erat sampai buku-buku jarinya memutih. Perasaannya kacau... gelisah... takut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Me Or Leave Me [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang