Tuhan, aku tak pernah sebahagia ini selama bernapas dalam semesta yang Engkau cipta. Aku tak pernah menemukan pahatan terindah surga yang jatuh ke bumi sampai hari ini tiba. Aku tak pernah merasa sepenuhnya lengkap, bahkan ketika sudah mengangkat satu jiwa sebagai tanggung jawab hidup dan mati. Aku tak pernah tahu kalau doa yang kupanjatkan sembari menangis akan Engkau dengar dan kabulkan sekarang. Tuhan, maafkan aku yang terlalu meremehkan segalanya sampai lupa kalau aku tidak pernah berjalan sendiri di sini.
Aku mencium seorang yang kucinta hari itu, di antara Paris yang penuh cerita romansa dan sang bayu yang melipir ke surai rambutnya. Aku mencium seorang yang begitu indah, tak sanggup diriku menjelaskan seberapa anggun dirinya. Aku mencium seorang yang menggenggam penantian lama dan mimpi yang kuhempaskan ke laut waktu itu. Aku mencium seorang yang akan mengisi lembar demi lembar buku baru ini. Aku mencium masa depanku yang memiliki segala keping tubuh ini.
"Aku mencintaimu, Jeno."
Aku tidak tahu kenapa air mata sialan itu meleleh dan turun mengaliri kedua pipiku sekarang. Kalimat yang terangkai dari mulut kecil nan manis itu terdengar seperti lantunan puisi pujangga. Hatiku seperti digulung ombak dan diajak menyelami laut yang penuh dengan terumbu karang, serta ikan beraneka ragam. Hatiku membuncah, detak jantungku seperti berlomba lari dengan miliknya. Aku menangis dan ia ikut meneteskan air mata karenaku. Aku panik, segera menghapus tangisnya dengan ibu jari.
"Aku lebih mencintaimu, Jaemin." Aku berujar sembari mengusap tangisnya dengan ibu jari. Kuberanikan diri untuk mengecup pipi kanannya sebentar. Ia tak mendorongku ketika aku mengecup pipi kanan itu lembut, lalu aku mencium pipi kirinya. Ia bersemu cantik seperti bunga mawar yang merekah saat semi. Aku ingin memetiknya setiap waktu dan merawatnya kembali di dekapku. Aku ingin menjadi mentari pagi yang jatuh di kelopak merah anggun itu. Aku ingin menjadi hujan yang mengguyur tanah tempatnya tumbuh besar.
"Jangan pernah takut untuk menjadi dirimu, Jeno. Bersinarlah seperti sirius di langit malam yang suntuk." Ia berujar lembut, manik matanya menatapku lekat. Aku tersenyum mendengar kalimat teduh yang ia tuturkan. Tidak ada yang pernah mengatakan itu kepadaku sebelumnya. Tidak ada yang pernah menyuruhku untuk hidup bebas sesuai dengan apa yang kumau. Tidak ada yang pernah melepasku dari belenggu dan ragam tuntutan tak berujung ini. Mereka semua ingin aku hidup sesuai permintaan mereka yang fana.
"Terima kasih, amour. Kamu telah membebaskanku dari belenggu ini." Aku berujar dengan senyum, lalu ia mengecup bibirku sekali lagi. Aku menikmati cara bibir itu mencumbu bibir bawahku lembut. Ciuman yang manis sekali untuk dikecap, inikah rasa dari penantian yang hampir membuatku menyerah? Inikah rasa dari kebebasan yang memeluk manusia di bumi yang bebas mencinta? Inikah rasa dari masa depanku di ujung senja Paris yang hangat itu?
♡
You would use your songs to say
The words you couldn't sayLagu dari Cigarettes After Sex itu melambai di apartemenku bersama langit yang mulai kedatangan warna jingga dari ufuk barat. Aku menatap punggung Jaemin yang sedang menuangkan air panas di cangkir teh milikku. Lelaki manis itu juga membuat secangkir teh untuknya, sementara aku menatap setiak gerak-geriknya lekat. Aku jadi mengesampingkan A Tale of Two Cities yang ditulis Charles Dickens hanya untuk menatap pujaan hatiku melakukan hal sederhana.
"Aku baru tahu kamu senang membaca." Ia berujar lembut sembari menaruh kedua cangkir teh itu di meja. Ia menatap jendela di samping yang menyajikan pemandangan senja di ujung kota damai ini. Netranya seperti menelan berkas cahaya jingga di kanvas bumi itu. Luar biasa, ia begitu indah sampai langit membaur dengan manik itu tanpa keberatan. Ia lalu menyesap teh di cangkir dengan matanya yang masih terfokus pada pemandangan di luar jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
bloom ♡ nomin
FanfictionKarena aku sebatas monokrom, tidak seperti kamu yang bermekaran layaknya bunga dan pelangi selepas hujan. - story by vy ♡ ⚡ I'm re-doing the plot #1 nomin - 27 April 2019 ⚠️ mentioned of: depression, abusive partner, toxic parents, suicide