"Merangkak ke kasur dan puaskan aku." Kalimat itu menusuk keberadaan Jaemin dalam hitungan detik. Tangisnya yang cukup terdengar langsung teredam karena takut. Benak dan hatinya berhenti bekerja, terlalu hina dan menyudutkan Jaemin hingga jatuh ke jurang. Kepalanya mengangguk setuju, bergerak sendiri tanpa diperintah. Bahkan anggota tubuhnya mengkhianati.
"You're such a cry baby, aren't you?"
Senyum licik mengembang di bibir Reya, puas dengan sisi Jaemin yang begitu lemah, begitu mudah dimanfaatkan. Semua akan digerogoti habis tanpa sisa ketika dini menjemput. Bagaikan hidangan lengkap, tanpa perlu mengucapkan terima kasih. Tak ada cinta yang mengikat, hanya sebatas nafsu yang ingin dipuaskan semata. Jaemin tidak berhak menolak, ia sendiri yang mengatakannya tadi.
Melakukan semua yang kau mau.
Hidup menertawakan eksistensi Jaemin yang bernilai nol besar. Tubuh penuh cela yang tak pernah cukup karena dipenuhi kekurangan. Hati yang mencelos pergi. Harga diri yang mati terinjak keji. Otak yang enggan bergerak sesuai tata kelakuan. Di sela-sela tangis yang mengendap, Jaemin masih mau menuruti Reya. Membiarkan pria itu menghajarnya habis-habisan hingga berbekas.
Tak apa, setidaknya aku masih punya seseorang di dunia ini.
♡
"Makeup artist mu mengundurkan diri karena penggemar fanatikmu mulai mencampuri urusan pribadinya." Doyoung berujar tiba-tiba setelah memberikan ice americano yang dipesan Jeno. Sang manajer menatapnya, sementara pria jangkung itu hanya mengangguk. Atensinya masih berada di layar ponsel, membaca beberapa pesan yang masuk dan menonton video kucing di Youtube. Bisa dibilang kalau Jeno tidak peduli.
"Hey! Aku itu sedang berbicara denganmu!" Doyoung berujar kesal, lalu menyenggol bahunya. Jeno berdecak kesal, kemudian mematikan ponselnya. Kini pria jangkung itu menatap sang manajer datar, tidak bereaksi sedikitpun dengan perkataanya tadi. Ia malah mengambil kopi pesanannya dan menyesap kopi itu dengan tenang. Hal itu membuat pria yang lebih tua merenggut, pasti Jeno tidak mendengarkannya tadi.
"Kamu itu ya-"
"Iya, aku dengar. Penggemar fanatik yang mencampuri urusan pribadi Renjun 'kan?" Jeno berucap, netra kelamnya menatap Doyoung lamat. Sejujurnya ia sudah muak dengan segala perilaku penggemar fanatik itu. Mereka dengan kurang ajarnya mengusik kehidupan pribadi orang terdekat Jeno. Demi secercah informasi lebih mengenai dirinya. Ironis memang. Siapa pula yang ingin kehidupannya diganggu dengan hal busuk semacam itu?
"Sangat disayangkan. Padahal aku suka eye look yang dibuat Renjun." Jeno berujar kecewa. Lelaki mungil yang sudah menjadi make up artist nya selama satu tahun itu memang ahli di bidangnya. Jeno sangat suka dengan kepribadiannya yang penuh kasih sayang. Tetapi di satu sisi, ia juga tidak mau Renjun semakin diganggu karenanya. Ia ingin Renjun hidup tenang kembali, jadi lebih baik ia merelakan Renjun undur diri.
"Kau suka eye look buatannya atau Renjun?" Doyoung bertanya sembari tertawa. Membuat Jeno tersedak kopi dan mendorong bahu Doyoung menjauh. Ia memang sempat menyimpan rasa pada Renjun, tetapi rasa itu harus dibuang jauh-jauh setelah melihat cincin pertunangan di jari manisnya. Bagaimanapun juga, Jeno tidak mungkin mau merebut kekasih orang lain. Kini netranya menebar pandang, tak lagi berfokus pada sang manajer, entah hilang ke sudut sebelah mana.
"Kamu harus cepat memilih pengganti Renjun yang baru, Jen. Pemotretan akan terus berlanjut dan seperti biasa, kamu hanya mau dipakaikan make up oleh MUA yang kamu pilih. Cepat pilih atau aku yang mendandanimu." Doyoung berujar, menyadarkan Jeno yang tadi melamun. Mendengar kalimat terakhir itu membuat Jeno bergidik ngeri. Doyoung saja tidak bisa membedakan maskara dan eyeliner!
KAMU SEDANG MEMBACA
bloom ♡ nomin
FanfictionKarena aku sebatas monokrom, tidak seperti kamu yang bermekaran layaknya bunga dan pelangi selepas hujan. - story by vy ♡ ⚡ I'm re-doing the plot #1 nomin - 27 April 2019 ⚠️ mentioned of: depression, abusive partner, toxic parents, suicide