Bagian 2: Mencari gelas permata (1)

57 11 9
                                    

"Kalau begitu, salam kenal! Reza Saputra..."

Mataku membulat, mulai merasakan keanehan.

¤¤¤

"Apa maksud, Paman?"

Orang itu tersenyum sinis, "Ah, tidak apa-apa! Aku tadi cuma salah bicara."

Aku menghela nafas lega, namun entah kenapa pikiranku masih menaruh curiga pada paman ini.

"Bagaimana? Kau terima tugas dariku?"

Aku mengangguk.

"Bagus! Terimalah!"

Ping!

Bilah notifikasiku muncul, menampilkan sebuah quest. Tertulis bahwa aku harus mengambil gelas permata di reruntuhan kota tua.

"Cari gelas itu, bayarannya akan sangat tinggi," Pria itu berjalan pergi, menghilang.

Aku membaca rincian quest itu, sepertinya aku butuh bantuan Ray. Bilah sistemku muncul, mulai mengetik pesan.

"Sekarang tinggal pergi ke reruntuhan kota tua."

Kubuka peta milikku, baru menyadari jika benda itu ada di dalam "iventory"-ku. Kuperhatikan setiap jengkal peta dunia ini, ternyata cukup besar. 1 menit memperhatikan, aku menekan gambar yang bertuliskan "Reruntuhan Kota Tua". Saat kutekan, sesuatu seperti panah terlihat melayang, sepertinya petunjuk arah. Aku langsung berlari mengikuti arahan panah itu.

***

"Kau mau apa di tempat ini, Rez? Lagian ini hampir malam," Ray menunjukkan bilah statusnya, di sana ada petunjuk waktu dalam permainan ini.

"Aku tahu, bagaimana caranya kita mendapat banyak uang!"

Mata Ray membulat, seperti orang miskin menemukan harta karun, nyatanya memang begitu sih...

"Ini," Aku menunjukkan bilah notifikasiku.

Ray membaca sekilas.

"Gelas permata... Aku tidak menyangka jika benda itu ada di reruntuhan kota tua."

Aku mengangguk, membuka "iventory" milikku, mengambil 2 buah roti dan 2 buah kentang bakar.

"Kau mau? Aku dapat ini secara gratis tadi!"

Ray mengangguk, menerima 1 roti dan 1 kentang bakar dariku. Memakannya.

"Baiklah! Kita pergi ke daerah bawah tanah, jika gelas itu memang benar ada di sini, kemungkinan benda itu ada di bagian bawah tanah," ujar Ray semangat.

Aku tertawa, mungkin misi ini akan mudah.

¤¤¤

Napasku tersengal, jangankan mencari gelas permata, mencari jalan masuk ke area bawah tanah saja kami kesulitan.

"Hei, Ray! Kau adalah petualang, kenapa kau tidak tahu jalan ke bawah tanah!"

"Diam! Swordman sepertimu tidak tahu apa-apa!"

Aku mendengus kesal, sebagai petualang, harusnya mencari lokasi adalah tugas Ray. Sayangnya dia lebih memilih mengurus ramuan miiknya. Kulihat dia mendekat ke arahku sambil membawa sebuah botol.

Wizard Online: Adventure of SwordmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang