🌟6. Enaknya di kawal

817 57 2
                                    

Dadi pingin mangan srinthel ngenteni wulan sapar

Sesuai yang di perintahkan Antariksa, cowok itu ke kelasnya membuat kerumunan kaum hawa saling dorong ingin bertemu dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai yang di perintahkan Antariksa, cowok itu ke kelasnya membuat kerumunan kaum hawa saling dorong ingin bertemu dengannya. Minta foto, peluk, modus, dan menarik-narik seragamnya. Sampai Antariksa harus menyingkirkan mereka dengan kasar.

"Minggir!" sentaknya, diberikan jalan. Mereka takut-takut.

"Rinai, ayo ke kantin." ajak Antariksa membuat kelas hening menoleh pada Rinai, benarkah ini?

Adel sampai heran. "Itu beneran kak Antariksa? Ngapain ngajak lo ke kantin Rin?"

"Cepetan Rinai," Antariksa gregetan, ia gerah berada di kerumunan para fans-nya.

Rinai menghampiri pangeran galak, lalu tangannya di tarik oleh Antariksa. Membelah kerumunan tersebut, mereka tak akan berhenti akan mengikuti kemana Antariksa melangkah, hingga di kantin.

Cica yang sedang membawa mangkuk mie ayam panasnya pun sampai oleng dan jatuh bersama mangkuk-nya yang pecah. "Duh, ngapain sih rame-rame?" Cica mencoba bangkit tapi kakinya sakit seperti terinjak sepatu, kalau bukan Antariksa pasti ia marahi.

Tasya yang melihat Cica duduk santai di lantai pun membantu. Tasya membantu Cica berdiri. "Wah ca, parah banget ya fans-nya Antariksa. Tadi bawa cewek itu lagi loh,"

Cica tak ikhlas hati. "Masa? Enak banget makan bareng my honey ku,"

"Mau kesana? Ngerusak suasana? Yang ada tinggal nama ca,"

Tasya ada benarnya, dengan keadaan miris, rambut berantakan yang tadinya sudah di sisir rapi, seragam kusut, kaos kaki putihnya ternodai cap sepatu. Cewek sialan itu benar-benar menarik hati Antariksa.

Sasa memberikan bekal roti selai kacangnya pada Cica, kasihan. "Buat lo, tadi mie ayamnya tumpah kan?"

Cica meraih kasar roti itu. "Iyalah! Siapa lagi kalau bukan dia,"

Tasya mengelus bahu Cica. "Sabar ca, cemburu gak boleh emosi. Nanti darah tinggi, cepet tua loh."

"Ya gak bisa lah. Gue kan setiap hari maskeran, pakai serum, sabun wajah, minum vitamin E. Gak mungkin keriput," ucap Cica tak terima. Tasya bungkam, mengalah saja. Adu mulut dengan Cica sama halnya debatnya Antariksa dan Brian yang tak pernah akur.

Antariksa membuka bekal tersebut, sejenak ia menatap pinguin lucu itu. Tersenyum, lalu menatap Rinai. "Bagus,"

Rinai mengangguk kikuk. "Biasa aja kak, aku sendiri yang pilih. Waktu itu gambarnya ada Doraemon, polos, kelinci. Ukurannya besar, cuman ini yang sedang."

Brian? Ia duduk dengan Rafi dan Agung, jaraknya agak jauh dengan Antariksa.

"Si Antariksa mana nih?" tanya Rafi, Brian malah memakan rujaknya dengan lahap. Terutama timun, waktu dikunyah terdengar berisik.

"Gak tau, mungkin sama anu," lirih Agung, tapi Brian masih dengar sehingga cowok itu meminum es teh-nya lalu meletakkannya dengan kasar hingga cipratan itu mengenai wajah Rafi. Beruntung Agung berada di ujung, aman wajahnya.

Rafi mengusap wajahnya. "Biasa mas kalau marah,"

Sedangkan Antariksa mulai makan nasi kecap itu, rasanya agak aneh biasanya ia nasi jagung, atau goreng. Terlihat sweet makan satu bekal dengan Antariksa, seisi kantin terutama para ciwi memotret dan play video untuk di viralkan di lambe turah biarlah apa kata alam.

Habis, Rinai belum kenyang. Perutnya berbunyi, Antariksa terkekeh. "Mau makan apa?"

"Gak usah, udah kenyang kok." Rinai belum puas, hanya Antariksa yang makannya banyak tadi. Dirinya hanya kebagian krupuk.

Di dalam hati Cica ia tau pelajaran terbaik untuk dia apa. 'Gampang, kalau bisa sampai di keluarin.'

Bel istirahat selesai, sangat menganggu Antariksa. Tolong waktunya di undur lgi, agar lebih lama dengan Rinai.

"Aku anterin ke kelas," yang pasti Antariksa tak ingin Rinai celaka setelah dirinya begitu dekat sekarang.

Dan Rinai yang tak ingin menambah masalah pun menolak. "Gak usah kak, aku bisa sendiri."

Brian menghampiri Rinai, akhirnya ketemu. Tempat duduknya terhalangi dengan cowok-cowok yang tinggi. Padahal tingginya sudah ideal, masih kurang kah?

"Sama aku aja,"

"Gak boleh,"

Sebagai sahabat paling dewasa, Agung melerainya. "Udahlah, gimana kalau Rinai di kawal aja sekalian?"

Ide bagus, jadi Antariksa tak perlu mengalah. Tapi bagi Brian bisa saja Antariksa sok modus nanti.

Sekarang Rinai seperti Ratu yang harus dijaga, tak boleh lecet. Para ciwi jelas iri, beruntung sekali Rinai.

Cica? Ia sedang berunding untuk besoknya Rinai harus malu.

"Setuju kan?"

Ide bagus Cica di angguki Tasya dan Sasa.

Cica merencanakan ingin membawa Rinai ke dunia hitamnya sebentar.

Sampai dengan selamat, Rinai berterima kasih kepada keempat prajurit baik hati.

"Iya cantik, biar abang Antariksa dan Brian gak adu banteng." ucapan Agung membuat yang tersindirkan mencubiti pinggang Agung. Bukannya sakit malah Agung meminta teruskan, lumayan pijat gratis.

"Kasihan masa di cubiti," Rinai membela, Antariksa tersenyum, Brian merangkul bahu Rinai. "Gak sakit kan gung?"

Antariksa mendorong Brian. "Sana,"

"Bel-" belum selesai Antariksa berbicara ia terekejut. Menoleh ke bu Pipit.

Antariksa di tarik kerahnya oleh bu Pipit. "Kenapa kalian tidak masuk?" ucapnya garang.

Antariksa kehabisan nafas. "Le-pasin bu,"

"Jangan bu, mereka baik kok. Malah anterin saya sampai kelas, gak tau kenapa." Rinai membela Antariksa, akhirnya bu Pipit melepaskannya.

☁☁☁

ANTARIKSA S1 & S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang