🌟11. Pramuka Ambalan

598 44 43
                                    

"Minta perhatian semuanya tenang," teriak Syila, ia baru saja dari kantor mengambil jadwal pramuka Ambalan yang akan di laksanakan satu kali selama kelas 10.

Meskipun jamkos kelas Ips 5 ramai mengalahkan seluruh pasar di Indonesia.

Setelah keadaan hening Syila berdeham, suaranya hampir habis. Sabar, Ips 5 memang begini. "Jadwal pramuka Ambalan untuk Ips 5 adalah sekarang, jadi gak ada alasan buat gak ikut. Kalian udah pakai pramuka lengkap, untuk buku saku bisa beli bagi yang belum punya. Ada yang di tanyakan?"

Caca mengangkat tangannya.

"Iya ca?"

"Pasti pembinanya ganteng kan,"

"Jelas, tau gak yang bina pramuka Ambalan itu kak Antariksa?" tambah Syila.

Seisi kelas bersorak senang, sebelum pulang ayo cogan di pandang.

"Duh, idaman banget ya. Udah ketos, ketua band The Rocket, pembina pramuka Ambalan. Ya ampun, kenapa masih jomblo ya?" Caca saja mulai menyadari ketampanan Antariksa.

Hati Rinai tentu gelisah, pembinanya Antariksa bukan berarti nanti cowok itu akan modus padanya.

Bel istirahat Rinai gunakan membeli buku saku di koperasi.

"Del, lo seneng gak?"

Wajah Adel tadi biasa saja. "Ya kalau pramuka wajib gak usah bolos. Lagian masa-masa SMA kan harus seru," Adel memasukkan buku sakunya ke dalam buku novelnya.

Seperti biasa, kami istirahat di perpustakaan markas rahasia.

Rinai duduk di lantai. Terasa sejuk, kipas yang ada di kelasnya meskipun berfungsi masih terasa panas. "Gue aja kurang suka pramuka, pas SMP pembinanya galak. Kalau kak Antariksa ya, kesenengan mereka."

"Gak usah di ladenin, kalau mau sekolah lo tenang ya jauhin kak Antariksa Rin." Adel saja sudah muak dengan sikap diamnya Rinai yang bukannya membalas Caca waktu itu.

"Jauhin gimana?"

"Misalnya nanti waktu pramuka wajah lo jutek, gak perlu respon kak Antariksa." nasehat Adel, percuma bagaimana pun semua cowok dengan yang jutek itu tambah suka. Karena yang ia kira bisa setia.

"Oke, gue bakalan coba."

"Terus kalau waktu baris, deket gue aja Rin. Kalau Caca sampai macem-macem, gue giles tuh mukanya." Adel memukul tangannya, layaknya meninju seseorang. Beruntung Rinai punya Adel, si pembela yang suka memberikan bogem keras.

***

Selama pelajaran, Caca terus mengoceh tak sabaran kapan bel pulang di bunyikan.

"Lebay banget," sindir Adel.

"Udah ah, jangan ribut." Rinai memilih membaca novel milik Adel.

"Kalau kak Antariksa jadi pembina, uww pasti ganteng." Caca memegangi kedua pipinya, cewek itu jika baper memang gemes dengan cogannya.

Terus berlanjut sampai bel pulang akhirnya menyambut. Caca paling dulu keluar kelas.

"Del, jangan lupa buku sakunya dibawa." Rinai mengingatkan, Adel itu pelupa.

"Kayaknya masih 30 menit lagi, mending makan dulu Rin. Gue bawa bekal nih," Adel membawa nasi kuning, ayam goreng, dan ikan teri.

Ada beberapa yang belum keluar kelas, malah terlihat santai dengan bekalnya.

Adel memberikan satu sendok pada Rinai. "Ayo di makan Rin, gak usah sungkan. Pasti uang lo cuman buat ngojek kan?"

ANTARIKSA S1 & S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang