1. Kerusuhan hari itu
—
(Garuda High School, pertengahan semester satu.)
Hari itu seperti biasa, sebuah kelas yang berada di ujung koridor dengan papan bertuliskan "11 IPS 2".
Memiliki gelar kelas dengan dekorasi terindah, membuat siapapun yang masuk langsung terpana dengan mural yang aesthetic di dinding belakang kelasnya, juga beberapa lukisan karya murid kelas ini dan sebuah quotes yang terpampang jelas pada dinding sebelah loker.
"Class means family, and family means nobody gets left behind or forgotten"
Anjay.
Tapi dibalik penampakan kelas yang indah dengan nuansa tembok berwarna Beige itu, terdapat di dalamnya dua puluh murid—atau bisa dibilang para monster langka.
"Kan si Dean mah goblo!"
Yang barusan mengumpat itu namanya Evan. Cowok itu mengumpati Dean yang langsung kabur setelah membuat pulpen gel milik Evan yang tadinya macet, lalu tintanya malah bocor dan mengenai telapak tangan Evan.
"Man, ada tisu ga?" Pinta nya.
Gadis bernama Amanda yang duduk di belakangnya itu terkejut melihat tangan Evan yang berlumuran tinta hitam.
"Gak ada, tuh si Layla ada" katanya sambil menunjuk seorang perempuan yang duduk di barisan kedua.
"Si Udin emang edan!" Pekik Evan yang sedang berjalan menuju meja Layla.
Ah iya btw, di kelas ini emang banyak skandal nama. Dimulai dari Dean Adimas, pengucapan nama yang seharusnya adalah 'Din' tapi orang-orang lebih suka memanggilnya 'Dean', kadang murid kelas memanggilnya 'Udin' kadang juga sampai 'Edan' karena kelakuan menyebalkan nya.
Dean, Edan. Mirip lah.
Ada juga dari seorang gadis berponi bernama Aleesha Sahar. Jelas-jelas orang tua nya memberikan pengucapan namanya 'Alesha', namun beberapa murid kelas ngotot memanggilnya 'Alisa' karena lebih mudah. Berakhirlah ia membuat kesepakatan untuk memanggilnya 'Ale'.
Belum lagi skandal nama di awal masuk kelas antara Eldzar Ahmad Juandra dengan Edbert Arezza Mahardika, keduanya sama-sama memiliki nama panggilan 'Eza'. Karena tidak mau disamakan, mereka gelud, gak mau ngalah.
Dan berakhirlah si Eldzar yang harus mengalah, dan ia sekarang memiliki nama panggilan 'Juan' diambil dari nama belakangnya yang merupakan nama panggilannya dari saudara-saudara nya.
Satu lagi, dari si ketua MPK yang baru saja dilantik Minggu lalu, namanya Refael Jusuf Malik. Anak kelas kadang memanggilnya Rafael, sekali lagi, karena lebih mudah. Tapi dia nya sih santai aja.
"Van, si Farel mana?" Tanya Layla menyebutkan salah satu cowok di kelas.
Evan yang sedang mengelap tangannya dengan tisu mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas, "gak ada, paling lagi ambil latihan soal ke ruang guru"
Satu-satunya cowok normal di kelas ini ya cuma Farrel, si anak jenius yang mengikuti olimpiade Geografi itu memang jadi panutan sekaligus ladang jawaban saat ulangan.
Sebenarnya Refael juga termasuk normal karena ia pintar dan menjadi teladan, tapi si ketua MPK itu galak dan dingin, maka dari itu dia juga disebut monster.
Emang anak kelas itu rata-rata kurang ajar.
"Ck tugas geografi gua belom sama sekali, makanya pengen nyalin punya farel" ucap Layla santai.
"Lah tugas yang mana?"
"Pea, isi otaknya bilyard semua sih lu mah" gerutu nya yang dibalas umpatan oleh Evan.
"WEH WEH WEH ANJIR ZOMBIE NYA NGEJAR!" Teriak cewe berponi rata itu histeris.
"ALE GOBLO JANGAN NGUMPET DISITU"
"EH GILA! GUA GAK PUNYA SENJATA LAGI INI BANYAK TENGKORAK NYERANG GUA"
Ketiga orang tersebut adalah Aleesha, Axer dan Keanne. Tak banyak yang peduli dengan teriakan histeris mereka yang sedang bermain game Minecraft.
"HEH LO BERDUA KENAPA PAKE MATI SEGALA SIH AH" gerutu Aleesha yang langsung left dari world nya.
"Kan apa gua bilang, sok sokan main survival sih, mending creative, bikin rumah-rumahan" Keanne, si cowok yang sudah terkenal karena wajah rupawan nya dari awal MPLS itu mendelik mendengar ucapan Axer yang seperti anak kecil.
"Ih najis mainnya rumah-rumahan" kata si cowok jangkung itu dengan nada lebay seperti bocah TK ngambek yang dibalas umpatan oleh Axer.
"Jiji bodoh!"
"Dah lah mending gua main kucing sama Hanna" Aleesha bangkit dari kursinya lalu berjalan menghampiri Hanna, si cewek tercantik di kelas yang sedang mengelus kucing di ambang pintu kelas.
Refael yang duduk di samping Axer menghela napas pasrah dengan kelakuan abnormal para murid kelas ini. Cowo itu tahu jabatannya tak hanya sebagai ketua MPK, namun juga menjadi ketua kelas. Salah satu tugasnya adalah mengatur para monster aneh ini.
Bahkan ia sering mengumpat dalam hati jika ada murid dari kelas lain yang menyeletuk jika 11 IPS 2 adalah kelas panutan.
Cuih.
Kelas ini emang paling pintar menjaga image nya masing-masing. Tapi kalau di dalam kandang, mereka melepas semua topeng berwibawa nya.
Ah, mereka bisa seperti ini karena memang dari awal kelas 10, kelas nya sudah seperti ini, dan akan tetap seperti ini sampai lulus nanti, namun dulu belum separah ini karena mereka masih menjaga perilaku nya sebagai adik kelas.
Apa jadinya jika seorang raja yang berwibawa memiliki prajurit yang semuanya konyol?
Garing ah males:("Masih awal awal, tenang jangan langsung ngebom" -batinku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEUXOCIAL
Teen FictionParea (n.) a group of friends who gather together purely for the enjoyment of each other's company to share experience in life, their philosophies, values, and ideas and to celebrate the simple things in life. aphrodlight, 2020. WARNING! CONTENT HAR...