🌼7🌼 Dua Hari

13 4 0
                                    


Bel pulang sekolah berbunyi nyaring, membangkitkan semangat pulang para murid-murid yang tadinya sempat kelelahan belajar berjam-jam.

Semua murid bergerak mengemasi buku-buku dan alat tulisnya ke dalam tas, lalu menggendongnya keluar kelas usai guru berpamitan mengakhiri pelajaran hari ini.

Dengan lesu Aurora berjalan di samping Pelangi. Isi pikiran gadis itu kalang kabut tidak karuan, hingga dirinya berpikir ingin menghilang saat ini juga.

Ya, kalian pasti dapat menebak apa yang mengusik kepala Aurora.

Yang ada dalam pikiran Aurora saat ini adalah tugas bejibun, banyak buku-buku pelajaran yang harus dibeli, dan seperti yang kali tebak, terakhir tentu saja tentang Kairo.

"Ampun, Kai! Ampuni anak buahmu ini! Aaaa! Gue nggak bermaksud, suer!" Suara itu terdengar melintas, saat dua orang cowok berkejar-kejaran melewati Aurora tepat di depannya.

Aurora tersentak, dia dan Pelangi berhenti berjalan. Mata mereka mengikuti arah dua orang cowok yang masih berlarian seperti seorang satpam dan maling. Yang satunya mengindar sambil meminta ampunan, dan yang satunya lagi mengejar dengan beringas.

Sebenarnya ada apa ini?

Dari kejauhan tepatnya di dekat pohon kelengkeng, Aurora melihat cowok yang mengejar sudah berhasil menangkap dan kini dia sedang mengacak-acak rambut pelaku dengan sangat brutal seperti orang kesetanan.

Aurora menyipitkan matanya, memandangi kedua cowok yang masih belum selesai bertikai dan kini menjadi pusat perhatian.

Kalau dilihat-lihat kedua cowok itu tidak asing. Aurora pernah melihat mereka.

Seketika mata Aurora melebar sempurna. Anjir! Itu Kairo!

Cepat-cepat Aurora segera berbalik badan, mengabaikan Pelangi dan berjalan pergi begitu saja tanpa permisi.

"Eh Rora, liat deh! Itu kan Kairo, cowok yang ngajak lo kencan, " ujar Pelangi memberi tahu dengan sangat antusias, tanpa menoleh ke samping.

"Ra? Lo dengerin_" Saat tidak mendapatkan respon, Pelangi pun menoleh tetapi ia tak menemukan keberadaan sahabatnya.

Pelangi celingak-celinguk, mencari-cari di mana sahabatnya itu. Sampai mata Pelangi berhenti pada seorang gadis berkucir kuda dengan ransel pink muda yang sedang membungkukkan tubuhnya usai menabrak seorang cowok.

Pelangi pun berjalan cepat menghampirinya. "Aurora! Woy! Lo mau ke mana? Gerbang pulang bukan lewat situ."

Dada Kairo naik turun, menatap kesal pada Bintang yang menutupi wajahnya, melindungi dirinya sendiri. Cowok yang terkenal cool di sekolahan itu kecapekan setelah puas menjambak-jambak rambut Bintang.

Perlahan, Bintang menurunkan lengannya dari wajah dengan sedikit rasa takut. Ia melihat Kairo kini sedang menatap tajam padanya, hal itu membuat Bintang kembali menutupi wajahnya.

"Lo nggak mau temui dia? S-saran gue mending temui sekarang, keburu dia pulang," ucap Bintang berusaha mencari alasan untuk mengusir Kairo dengan halus.

Tatapan elang Kairo masih melekat pada Bintang. Cowok itu menyibakkan rambutnya yang basah karena keringat ke belakang.

Ia diam, mencerna baik-baik saran Bintang tadi. Jelas saja Kairo tahu itu hanya pengalihan agar dirinya tidak lagi memangsa Bintang. Tetapi kalau dipikir-pikir lagi, ada benarnya juga.

Kairo lantas berlari, kembali memasuki gedung, membiarkan Bintang lolos begitu saja.

Kini Kairo telah sampai di depan teras ruang seni, ia berhenti sejenak memegangi kedua lututnya dengan tangan sambil mengatur napasnya yang masih memburu karena letih berlarian.

About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang