Aurora tertawa miris memandangi jam yang tertempel di dinding kamarnya. Jarum jam sudah menunjuk pukul 18.30, itu artinya masih tersisa sekitar satu jam lagi untuk pergi ke restoran Milenial's.Sebetulnya, Aurora masih bimbang akan pergi atau tidak. Karena kalau pun dia pergi, atau memilih untuk tetap di sini, keduanya memiliki risiko masing-masing.
Aurora mengacak rambutnya frustasi. Kalau ditanya, dominan ingin memutuskan yang mana, jawabannya adalah Aurora tidak ingin pergi.
Tetapi balik lagi ke konsekuensi atau risikonya.
Gadis itu sangat takjub dengan rencana Kairo yang sangat tidak bisa ia tebak.
Sudah dapat dipastikan, Kalau Aurora tidak datang, cowok itu pasti akan menjemputnya karena sudah tahu alamat rumah ini dari Pelangi.
Dan jika dia datang, apa yang harus dia lakukan di sana nantinya?
Aurora terus berjalan kesana kemari, mondar-mandir seperti setrikaan. Sesekali ia akan mengacak rambutnya karena frustasi dengan solusi yang ia pikirkan tidak tepat.
"Duh, Lala kenapa nggak ngasih alamat palsu aja sih?" kesal Aurora ingin sekali mengatakannya di depan orangnya langsung. Akan tetapi, orang itu kini malah sedang asik-asik apel dengan pacarnya.
Sekali lagi Aurora mengacak rambutnya, kali ini lebih brutal. Ia tak peduli jika sekarang kondisi rambutnya telah mengembang seperti rambut singa.
"Gue harus gimana?!"
"Saat ini juga gue bisa pindah rumah nggak?"
"Oh! Atau gue suruh tukang kontruksi angkat rumah ini dan pindahin ke tempat lain aja kali ya?"
"Ide bagus kan? Tapi mau dipindahin ke mana?"
Aurora berhenti berjalan, matanya mengerling menatap langit-langit kamarnya, ia sedang mencoba mencerna baik-baik ide randomnya barusan.
"AGRH!!" teriak Aurora semakin stres.
"Sialan si Arab! Nyusahin banget!"
"Hahaha!" tawa Aurora seperti orang gila. Kakinya melemas, merosot dan tubuhnya pun kini terduduk di lantai.
Jika melihat kondisi Aurora saat ini sangat pas apabila gadis ini disuruh untuk cosplay menjadi orang gila, gelandang, pengemis, atau semacamnya.
Aurora melirik ngeri pada jam dinding yang kini telah menunjuk pada pukul 19.00.
Mata Aurora melotot, bahkan dia sudah menghabiskan waktu satu jam hanya untuk membuat dirinya serta pikirannya acak-acakan tak karuan.
Ting!
Bunyi notifikasi barusan, secara otomatis menghentikan tawa miris Aurora.
Dengan malas, gadis itu bangkit dan menghampiri ponselnya yang tergeletak di atas nakas dekat tempat tidurnya.
"Siapa sih orang iseng yang chat malem-malem!" Aurora membuka matanya lebar-lebar, lalu menggeleng untuk menampis pandangannya yang buram.
ASix. Gang
Udah jam 7. Lo udah siap-siap kan?Lagi, Aurora pun tertawa saat membacanya. Semakin lama tawanya semakin berubah mengerikan seperti tawa Mak Lampir.
"Lo punya dendam apa sih sama gue! Awas aja lo, pokoknya gue nggak akan datang!" ujar Aurora lantang dan tanpa ketakutan sedikit pun.
Detik selanjutnya, ekspresi angkuh Aurora seketika berubah jadi ketakutan. "Kalau dia jemput gue gimana?"
Aurora merengek, sembari menghentak-hentakkan kakinya. "Gue gamau, gamau, gamau pokoknya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
About You
Teen Fiction[Follow akun yang nulis dulu, biar semangat update] Gara-gara sayembara helm, Aurora harus bertemu dengan ketua salah satu geng di sekolahnya yang bernama Kairo. Tak disangka-sangka, ternyata cowok itu adalah seseorang yang pernah Aurora temui di ma...