sixth

202 82 30
                                    

Bukan perasaan yang di salahkan, tetapi perilaku seseorang yang terlalu perhatian.

.

"DIMOHON UNTUK PESERTA YANG SUDAH DAFTAR UNTUK MENJADI OSIS TAHUN 2020-2021 HARAP BERKUMPUL DI AULA UNTUK MELAKSANAKAN SELEKSI."

Suara yang terdengar dari speaker disudut kelas, membuat suasana kelas menjadi hening dan beberapa dari mereka beranjak pergi menuju aula. Begitu pun dengan Deira dan kawanannya, mereka sudah bersiap untuk pergi ke aula bersama yang lain.

"Kok gua dugun-dugun ya?" ucap Lala sambil memegang dadanya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

(Dugun-dugun = Deg deg-an)

"Iyalah, orang mau ketemu doi," cibir Talitha yang dibalas cengiran cewek itu.

Aula cukup ramai dipenuhi dengan calon-calon anggota OSIS dan para OSIS lama. Didepan mereka terdapat beberapa meja serta kursi yang sudah disiapkan.

Satu-persatu dari calon anggota OSIS telah dipanggil untuk diberikan beberapa pertanyaan. Hanya ada 3 pertanyaan dengan jawaban yang harus dijelaskan membuat beberapa dari mereka yang tidak siap pun merasa terjebak.

Sudah hampir setengah penghuni aula yang mendaftar keluar dari aula karena sudah selesai dengan sesi pertanyaan itu. Sampai Talitha lah orang pertama dipanggil diantara mereka berempat. Cewek itu terlihat biasa saja saat menjawab pertanyaan yang dilontarkan Kak Azel. Lalu berlanjut dengan Deira dan Netta yang meninggalkan Lala sendiri. Tidak lama nama Lala pun terpanggil, cewek itu segera menghampiri Kak Azel yang akan menyeleksi dirinya. Ia menatap Kak Azel dengan wajah datarnya membuat Kak Azel mengernyit bingung dan mengangkat bahu acuh.

"Langsung aja, pertanyaan pertama. Menurut anda, apakah anda pantas untuk menjadi seorang pengurus OSIS?"

"Tentu saja, karena kalau nggak pantes juga nggak mungkin kan gua mau repot-repot daftar? Walaupun sebenernya nggak niat-niat amat."

"Mengapa anda seyakin itu? Melihat anda yang masih kelas sepuluh."

"Karena menurut saya tidak ada aturan yang jelas untuk mengatur tentang pantas tidaknya seseorang menjadi pengurus atau pun pemimpin. Dan untuk masalah kelas selagi saya mempunyai pengalaman berorganisasi kenapa tidak? Lagian juga sebelumnya anda daftar OSIS pas lagi kelas sepuluh juga kan?" jawaban dari Lala jelas membuat perhatian OSIS yang ada disekitar mereka menatap takjub cewek itu, karena baru dia lah yang menjawab pertanyaan dengan wajah yang menantang balik tanpa ada rasa takut.

Ryzard yang tidak jauh dari posisi mereka pun tersenyum tipis, walaupun Lala menjawab dengan blak-blakan tapi masih terselip nada sopan diintonasi suara cewek itu.

Tidak seperti Netta tadi yang terdengar ngegas bahkan hampir mengumpat saat diberi pertanyaan oleh Clara—OSIS lain sekaligus musuh bebuyutannya. Bagaimana tidak bereaksi seperti itu karena disetiap pertanyaan yang diberikan, cewek itu mengucapkan dengan nada yang meremehkan dan senyum mengejek membuat Netta tersulut emosi dan ingin menggaruk wajah cewek itu. Untung saja otak nya masih waras tidak melakukan hal itu, jika iya mungkin sekarang dia sudah dipanggil Pak Item dan diberi sanksi.

"Oke, lanjut pertanyaan kedua. Jabatan apa yang anda inginkan dalam pengurus OSIS? Apakah anda siap mengorbankan waktu luang lebih?"

"Olahraga."

"Kenapa anda memilih itu? Jelaskan!"

'Anjrid ini mah lama-lama udah kayak soal ulangan, jelaskan, jelaskan, jelaskan sekalian aja gua ulangan disini.' gerutunya dalam hati karena tidak mungkin dia langsung bicara seperti itu disaat ada pujaan hati yang sedari tadi memperhatikannya.

Cappucino GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang