seventh

150 63 6
                                    

Selamat membaca :)
Maap klo ada typo yak :v

She's jealous because she cares. She accuses you cause she's been hurt. She asks the same questions because she needs reassurance, she cares.

.

Bunyi bel pulang sudah 5 menit berlalu, Bu Nur yang datang dari arah kantor menatap murid-murid X IPS 2 yang masih berjemur dibawah sinar matahari. Ia tersenyum puas karena murid-murid itu mengikuti perintahnya tanpa ada yang melanggar.

"Kalian boleh pulang. Ingat! Kalau besok ada yang melanggar lagi ibu jemur sampai sore nanti!" ujar Bu Nur dan kembali lagi ke kantor.

Setelah guru itu pergi, mereka semua membubarkan barisan dan segera kembali ke kelas. Sesekali terdengar umpatan dari para siswi, melihat kulit mereka yang sedikit merah dan bau sinar matahari.

"Anjirlah, tau begini gua make sunblock dulu tadi.." keluh Ara sambil mengusap kulitnya.

Mendengar itu membuat Lala mendengus pelan, "Injirlih, tii bigini gii miki sinblick dili tidi." Netta terkekeh melihat Lala yang mengikuti ucapan Ara dengan huruf vokal yang diganti 'i' semua.

"Lebay banget," cibir Lala.

"Ya wajar aja sih, soalnya kalau udah masuk jam siang skincare mereka mulai luntur, mukanya udah pada buluk ntar nggak jadi glowing lagi dah." sahut Netta yang diacungi jempol oleh Ara.

From: Deira G.
Gua sama Talitha dikantin

Melihat sederet pesan dari Deira, Netta pun segera menarik lengan Lala ke arah kantin. Sampai disana ia melihat Deira dan Talitha yang sedang mengobrol dengan cowok yang tidak asing menurutnya.

"Woy!" sapa Netta sambil memegang pundak Deira lalu mengambil tempat duduk disebelah cewek itu.

Melihat kursi sebelah yang sudah penuh dengan Deira, Netta dan Talitha membuat Lala terpaksa mau tidak mau duduk disebelah cowok itu. Ia mengeluarkan sebatang Coklat titipan Jevais dan memberikannya kepada Deira.

"Apaan?" tanya Deira bingung, ia merasa tidak asing dengan Coklat yang ada ditangan Lala itu.

"Dari Jev, buat lo katanya." Lala menaruh Coklat itu ditelapak tangan Deira yang segera cewek itu terima dan membolak-balikan Coklatnya.

"Lo nyari apan Dei? Nggak ada suratnya kok," Netta merasa heran dengan Deira yang seperti mengecek sesuatu Coklat itu.

"Nggak, bukan surat cuma... udahlah." ujar Deira menggantung kalimatnya, membuat teman-teman dan cowok itu penasaran.

"Cuma apa?" tanya Netta dengan jiwa keponya.

"Gapapa, jadi kan nanti?" Deira mengalihkan topik pembicaraan membuat Netta yang sudah terlanjut kepo menjadi greget sendiri.

"Jadi, udah ayo keburu sore nanti." Talitha bangkit dari duduknya membuat mereka bertiga mengikuti cewek itu, hanya Matt yang masih diam saja.

"Sorry kak nggak bisa lama-lama, saya duluan ya." pamit Deira yang langsung diangguki cowok itu. Mereka berempat pun segera pergi menuju gerbang sekolah yang masih ramai.

"Siapa? Kok kayak nggak asing sih mukanya?" tanya Netta.

"Rafael Matteo."

"Hah? Anjrod pantes nggak asing! Nggak taunya Kak Matt!" pekik Netta dengan heboh membuat beberapa orang yang masih ada disana menatap mereka bingung.

Deira berdecak kesal dan malu karena suara toa milik Netta, "Bisa pelanin dikit nggak itu suara? Gua kuncir bibir lo tau rasa."

"Eh maap ya ampun." Netta mengacungkan jari telunjuk dan tengah, membentuk huruf V dengan cengiran lebar diwajahnya.

Cappucino GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang