11 |Haruskah Aku Pergi?

351 41 26
                                    

Halo Semuanya🙃
.
.
.
.
.

Di minggu pagi ini Farah sudah berjanji bersama keempat sahabatnya untuk berkumpul di sebuah taman yang sering kelimanya kunjungi.

"Pa, Farah pamit pergi kumpul sama Yasha dan lain ya di taman biasa" pamit Farah. Melihat putri bungsunya yang akan pergi bersama sahabatnya Fadlan pun mengangguk.

"yaudah kamu hati-hati ya, jangan pulang lama" jawab Fadlan. Farah pun tersenyum lalu mencium tangan papanya dan segera pergi meninggalkan rumah.

Walaupun sudah di negara yang sama kelimanya juga jarang berkumpul, Farah lebih sering berkunjung kerumah sakit karena perkejaannya sebagai seorang dokter dan itu membuat Farah semakin sering bertemu Arvan.

Sesampai di taman Farah pun langsung menghampiri keempat gadis yang sudah Farah pastikan sedang menunggu dirinya.

"Assalamualaikum! Semuanya!" Salam Farah semangat.

"WAALAIKUMSALLAM!" jawab Bila.

"ngegas mulu lo" kata Kirana. Yang membuat Farah terkekeh pelan.

"seperti biasa tamanya sepi" gumam Farah. Namun masih bisa di dengar oleh nita. "ya iyalah sepi orang-orang mana ada yang tahu kalo sebenarnya taman ini itu nyaman banget ya gak!" ucap Nita.

"bener tuh rugi sih kalo gak tahu tempat kaya gini" balas Yasha.

Taman yang tidak begitu ramai bahkan bisa terbilang sepi bukan karena ada apa-apa justru orang-orang banyak belum mengetahui taman ini.

"Adem deh disini rasanya tuh pengen gue ungkapin semua unek unek gue beberapa bulan ini!" ucap Kirana.

"sok silahkah neng semesta akan mendengarkan semua keluh kesah mu keluarin semua unek unek lo kir" kata Yasha. "kok gue sih? Gue cuma bilang aja kali yang harusnya kaya gitu itu si Farah" ucap Kirana.

"harus banget aku ungkapin semuanya disini?" tanya Farah ragu. Perempuan itu pun melihat sekitar yang memang terlihat sepi tidak ada siapapun selain dia dan keempat sahabatnya.

"HARUS BANGET FAR! HARUS!" kata bila semangat. "tanpa aku ungkapin kalian semua juga udah tahu yang aku rasain kan" jawab Farah. Perempuan itu menundukkan kepalanya.

"udah ungkapin lagi aja kita tahu kok selama bertahun tahun ini lo mendem itu semua! Meskipun kita gak tahu persis yang lo rasain gimana tapi setidaknya bagi bagi kesedihan lo sama kita!" ucap Nita.

Farah mendongakkan kepalanya dan menatap satu-persatu keempat sahabatnya itu lalu tersenyum hangat.

"gak ada kata lain dari mulut aku selain kata capek,lelah dan sebagainya. Setiap kali aku mau berhenti tapi selalu gak bisa gagal terus, bertahun- tahun aku pendem yang aku dapet cuma rasa sesak. aku pikir setelah aku pulang dari Perancis aku akan dapat kesempatan tapi apa? Bahkan sebelum aku pulang ke Indonesia dia sudah bersama yang lain. Aku tahu Arvan udah menikah sama Afifa bahkan sampai mereka punya anak rasa ini pun masih ada gak pernah hilang sedikitpun!" kata Farah dengan panjang. Dan setetes air bening yang tertahan itu akhirnya jatuh, dia tidak bisa menahanya jika harus bercerita tentang hal ini.

Jadi itukah yang Farah rasakan dia harus terjebak oleh rasa yang sudah diperkirakan tidak terbalas itu.

"pengen peluk!" kata Yasha. Kelimanya pun berpelukan seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan teman barunya.

"gue gak tahu mau bilang apa Far, bahkan sekedar kasih saran atau solusi pun gak bisa" ucap Kirana.

"apa perlu aku pergi yang jauh bahkan sangat jauh supaya rasa untuk laki laki bernama arvan itu hilang?" tanya Farah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Air Mata FarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang