Bagian 22-Kejutan untuk Jae Eun

49 11 3
                                    

Walaupun sudah dibantu oleh Seungmin dalam memahami pelajaran yang yang tidak ia pahami, Jae Eun masih merasa tidak terbiasa tanpa kehadiran Chanyoung. Kebiasaan yang dilakukan selama lebih dari enam bulan tidak mungkin bisa hilang secepat itu.

Ingin sekali Jae Eun menghampiri Chanyoung dan mengajaknya pulang bersama seperti biasa akan tetapi egonya menolak. Chanyoung disini yang salah, ia tidak tahu yang aslinya akan tetapi sudah menuduh bermacam-macam juga menghina tentangnya dan kakaknya.

"Jae Eun-ah, mau pulang bersama?" tawar Seungmin setelah selesai membereskan barang bawaannya.

"Eoh? Rumah kita kan berlawanan arah. Aku bisa pulang sendiri kok menggunakan bis." Tolak Jae Eun.

Rumah Jae Eun dan Seungmin memang berlawanan arah. Rumah Seungmin ke arah barat sekolah sementara rumah Jae Eun sebelah timur sekolah. Entahlah bagaimana bisa kemarin Seungmin menunggu di halte dekat rumah Jae Eun hanya untuk berangkat bersama.

"Beneran tidak mau pulang bersama?" Tanya Seungmin memastikan lagi. Jae Eun mengangguk menegaskan bahwa ia benar-benar mau pulang sendiri.

"Ya sudah, ayo kita bareng sampai ke halte." Ajak Seungmin.

"Eung, Kajja!!" Balas Jae Eun. Mereka pun berjalan beriringan meninggalkan kelas.

Saat Seungmin dan Jae Eun berjalan bersama banyak siswa siswi yang menggunjingkan keduanya. Apalagi setelah Gaeun mengungkap masa lalu Jae Eun, ia menjadi topik hangat di sekolahnya. Banyak sekali umpatan dan hujatan yang ia terima di dalam lokernya selama ia tidak masuk. Namun, Jae Eun lebih memilih cuek dan membuang semuanya ke tempat sampah.

"Seungmin kenapa jadi sering menjadi sama si gadis pengonsumsi itu sih?"

"Dikasih apa sih Seungmin sama si cacat itu."

"Seungmin gak takut apa ketularan penyakit mentalnya."

Seperti itulah kira-kira gunjingan yang didapat Jae Eun dan itu masih banyak lagi.

Seungmin bergerak menutup telinga Jae Eun agar ia tidak mendengar gunjingan yang malah menyakiti hatinya dan itu tidak baik untuk kecemasannya. Tidak menjamin kan saat pulang Jae Eun kecemasannya tidak kambuh.

"Eung, Seungmin-ah, wae?" Jae Eun menyadari telinganya yang ditutupi oleh kedua tangan Seungmin yang besar.

"Biar gak denger." Jawab Seungmin singkat dengan wajah cengengesannya.

Jae Eun melepaskan tangan Seungmin dari telinganya. "Tidak usah sampai begini, aku tidak apa-apa. Sudah biasa, bahkan di SMP lebih parah kok." Ucap Jae Eun dengan tersenyum.

Seungmin menghela nafas. Lee Jae Eun tetaplah Lee Jae Eun yang tidak suka akan perhatian berlebih dan seorang yang rapuh yang menganggap dirinya bisa melakukan segalanya tanpa bantuan orang lain. Mereka pun melanjutkan langkah kaki mereka tanpa memperdulikan gunjingan yang sangat menyakiti orang yang dituju dan mendengarnya.

Mereka benar-benar jalan bersama hingga sampai halte. Lalu duduk dan menunggu bis yang akan menuju ke arah rumah masing-masing.

Bis yang menuju halte dekat rumah Jae Eun sampai terlebih dahulu daripada bis yang menuju halte dekat rumah Seungmin.

"Terimakasih untuk hari ini Seungmin-ah. Kau tidak perlu melindungi banyak-banyak, menemaniku saja sudah lebih dari cukup. Aku pulang dulu, hati-hati dijalan." Ucap Jae Eun lalu masuk kedalam bis.

Seungmin melambaikan tangan begitu bis yang ditumpangi Jae Eun bergerak pergi. Jae Eun membalas lambaian itu lalu setelahnya ia menikmati pemandangan malam Cheongdam yang indah.

Jae Eun telah sampai dirumahnya dengan selamat. Ketika membuka pintu ia melihat ada dua pasang sepatu yang bukan miliknya. Jae Eun menyadari itu adalah sepatu kedua kakaknya. Kakaknya sudah pulang, segera Jae Eun menanggalkan sepatunya dan berlari menuju tempat kakaknya berada.

ADRONITIS [KIM SEUNGMIN] Sedang Revisi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang