-8-

126 20 1
                                    

Sesuai janjinya, Nana mengajak semua member Dark Media Club beserta Seungcheol untuk berkumpul di ruangan mereka setelah pulang sekolah.

Dengan wajah bingung sekaligus penasaran, mereka hanya menuruti permintaan Nana untuk hadir saat itu juga.

"Ada yang harus aku ceritakan kepada kalian semua. Terutama Seungcheol!" ucap Nana membuka percapakan.

Dengan posisi duduk melingkar. Semuanya pun memasang wajah serius mencoba mendengarkan apa yang diucapkan oleh Nana.

Didukung oleh Irma, Nana pun menceritakan semua yang dialaminya dari awal ia bisa mendengar suara makhluk halus sampai kejadian ia bertemu dengan si pemilik suara itu.

Nana menjelaskan kalau pemilik suara itu adalah salah satu siswi yang pernah bersekolah di sini. Ia menjadi arwah gentayangan karena tidak tenang memikirkan nasib sang adik yang kini menjadi pembunuh berantai. Awalnya mungkin ia tidak terlalu takut karena ia mengira kalau sang adik hanya mengalami gangguan jiwa. Ia tidak menyangka kalau hal itu malah menjerumuskan sang adik ke dalam lingkaran setan.

Kini sang adik benar-benar menjadi seorang psikopat sekaligus penganut ilmu hitam. Ia mendapat bantuan dari para makhluk halus dalam melancarkan aksi jahatnya.

"Nana-ya, jadi maksudmu, semua ini ada hubungannya dengan dunia lain?" tanya Seungcheol yang sepertinya masih tidak bisa mempercayai hal itu.

Nana terdiam. Ia tahu hal ini memang tidak masuk akal. Apalagi untuk orang seperti Seungcheol.

"Seungcheol-ah, mungkin ini memang sulit dipercaya. Tapi, bagi kami yang sudah berkecimpung di dunia ini selama dua tahun lebih semuanya memang mungkin sekali terjadi." jelas Irma.

Seungcheol kini terdiam. Memang sulit baginya mempercayai hal semacam ini, tapi saat melihat wajah Nana semalam, tidak dapat dipungkiri kalau ia pasti sudah mengalami hal yang mengerikan.

***

Seusai meeting. Nana mengajak Irma dan Seungcheol untuk ikut dengannya ke rumah sakit. Ia ingin memastikan sosok Brina yang ia lihat semalam. Apa benar semua yang dikatakan perempuan bernama Somi itu? Kalau ia memakai raga anak bernama Brina untuk mengawasi sang adik di sekolah. Rowoon pun menawarkan tumpangan dengan mobilnya.

Keempatnya pun berangkat menuju rumah sakit yang dimaksud oleh Somi. Nana memimpin langkah mereka menyusuri kamar tempat Brina dirawat.

Benar saja. Begitu keempatnya memasuki kamar yang dimaksud. Mereka langsung bisa melihat seorang perempuan yang terbaring di ranjang tersebut. Tertera nama Im Brina di sisi depan ranjang itu.

Keempatnya tampak terkejut melihat sosok Brina yang mereka kenal sedang terbaring koma di ranjang rumah sakit ini. Bahkan Nana yang sudah diberitahu tentang hal ini pun masih dibuat terkejut.

"Bagaimana bisa?" ucap Seungcheol yang bingung bukan main.

"Perempuan bernama Somi itu bilang kalau dia hanya bisa memakai raga Brina disaat tertentu. Karena itu dia sering tidak masuk sekolah." tutur Nana yang masih terpaku pada Brina.

"Tapi, bagaimana mungkin? Lalu bagaimana bisa dia mendadak mendaftar di sekolah kita?" tanya Seungcheol beruntun.

Nana mengingat kembali penjelasan Somi semalam.

"Itu suatu kebetulan. Sebelum kecelakaan itu terjadi. Brina memang sudah mendaftar sebagai siswi pindahan. Somi mengetahui hal tersebut, karena itu dia memilih Brina." jelas Nana.

"Lalu, apa maksud dari dia hanya bisa menggunakan raga Brina di waktu tertentu?" kali ini Rowoon ikut bertanya.

"Keluarga Brina biasanya datang untuk menjenguk dan merawatnya. Saat itu terjadi, Somi tidak mungkin menggunakan raga Brina. Karena otomatis pasti mereka akan mengira Brina sudah sembuh saat mengetahui sosok Brina yang tidak ada di ruangan ini."

"Jadi, maksudmu perempuan bernama Somi itu memakai raga Brina di saat tidak ada siapa pun di sini?"

Nana mengangguk.

"Tapi, Nana-ya... Sepertinya hari ini keluarga Brina tidak berkunjung. Kenapa dia tidak datang ke sekolah?" ucap Irma bingung.

Nana terdiam sejenak. Ia berbalik, menatap ketiga temanya yang sedari tadi berdiri di belakangnya.

"Karena Somi sudah memutuskan untuk mempercayakan hal ini pada kita. Sebab itu dia tidak memerlukan raga siapa pun lagi." ungkap Nana.

***

Saat hendak masuk ke mobil, tiba-tiba Nana mendengar suara Somi. Ia pun menghentikan langkahnya sementara ketiga temannya sudah berada di dalam mobil.

"Bisakah nanti malam kita bertemu lagi di tempat kemarin? Aku mohon datanglah!"

"Nana-ya, ada apa?" tanya Seungcheol melihat Nana yang masih mematung di depan pintu mobil.

Nana pun tersadar. Tanpa menjawab perkataan Seungcheol, ia langsung masuk ke dalam mobil dengan perasaan bingung.

Nana menatap Irma yang sudah duduk di bangku belakang sedang menantinya. Dengan raut wajah bingung Nana duduk di samping Irma. Dan mobil pun mulai melaju.

Nana merasa ada yang aneh. Irma yang biasanya bisa mendengar apa yang di dengarnya tampak biasa saja. Ia seperti tidak tahu apa-apa.

Terlebih Somi mendadak minta bertemu nanti malam. Kenapa dia baru mengatakannya sekarang? Kenapa tidak saat semuanya sedang berkumpul di sekolah tadi. Atau di ruang kamar Brina.

"Teman-teman..." Nana tiba-tiba memecah keheningan.

Irma dan Seungcheol langsung menoleh. Sementara Rowoon menyaksikannya melalui kaca spion yang ada di hadapannya.

"Aku... mendengar suara Somi lagi. Dia memintaku untuk datang ke tempat kemarin nanti malam." ungkap Nana.

Ketiganya tampak terkejut mendengar itu. Mereka merasakan hal yang sama, penasaran kenapa hantu itu meminta bertemu lagi. Apa ada yang belum ia beritahukan pada Nana kemarin malam?

"Kapan dia mengatakan itu?" tanya Irma.

"Barusan, di tempat parkir."

"Mwo!? Tapi... Kenapa aku tidak mendengar apa-apa?" ucap Irma bingung.

Nana menggeleng. Bahkan Irma sendiri bingung kenapa dia tidak mendengar suara Somi. Padahal beberapa hari yang lalu jelas sekali ia bisa mendengar suara Somi. Layaknya Nana.

"Haruskah kita memberi tahu yang lain?" ujar Rowoon.

Seungcheol tampak tidak bisa memutuskan. Ia malah menoleh ke Nana. Seperti menunggu jawaban.

Nana terdiam sejenak. Ia bingung. Kemarin malam, Somi hanya mau bertemu dengannya secara empat mata. Tapi, kalau diingat kembali, malam itu Somi memutuskan untuk mempercayakan hal ini pada Nana dan yang lain.

"Aku rasa, kita sebaiknya pergi bersama... Somi memutuskan untuk percaya pada kita. Alangkah baiknya kita semua bertemu dengannya secara langsung." tutur Nana.

Rowoon melirik Seungcheol yang duduk di sebelahnya. Seungcheol sontak meresponnya dengan sebuah anggukan. Wajahnya tampak serius.

Ia pun langsung mengeluarkan handphone-nya. Bersiap untuk menghubungi semua orang yang bisa mereka mintai tolong. Begitu pula dengan Irma, ia langsung memberitahukan Riss untuk bersiap nanti malam.

--- BERSAMBUNG ---


PSYCHO (Red Mask) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang