[xiv] no time to die

390 105 13
                                    









was i stupid to love you?
was i reckless to help?
was it obvious to everybody else?












“aku di jepang buat liburan! Yoohoooooo!!!”

“bisa santai aja gak sih?! suaramu ganggu banget!”

“kok marah? aku di jepang ini beneran! udah di tokyo, lagi mau nyari hotel buat nginep.”

lewat beberapa helaan napas, hyunjin netralkan emosinya.

memang berteman dengan yohan butuh stok kesabaran yang besar.

“terus? aku harus apa? aku juga udah mau pulang besok?”

“seriously?! gak asik banget sumpah temenan sama kamu!”

“aku gak minta kamu temenan sama aku perasaan.”

hyunjin ini lidahnya tajam sekali, fakta yang diucapnya selalu tak tergugat—tak ditutupi basa-basi untuk mengurangi sakit hati.

yohan terdengar menghela napas, “aku memang gak berencana buat jadi temanmu sih.”

“tapi, hyun, minum yuk?”

“kamu dateng ke negeri orang cuma buat mabuk?” harusnya hyunjin sudah paham dengan tabiat yohan yang pemabuk itu.

dia suka sekali dengan minuman-minuman beralkohol, apapun jenisnya.

hyunjin jelas menolaknya, “gak, deh. i love myself.”

“i love myself tapi rela disakitin suami orang terus!”

“terusin ya yohan!”

“kamu lagi di mana? jalan sama yunho, ya?”

hyunjin tak bisa membalas dengan 'iya', dia tak ingin membuat yohan tambah berisik dengan memberinya ceramah di hari yang indah ini.

pagi yang indah harus melalui siang dan sore yang indah, kemudian diakhiri dengan malam yang indah pula.

itu baru sempurna.

mendengar ceramah yohan di hari yang sempurna seperti menggores berlian yang dijaga kesempurnaannya.

bikin menyesal seumur hidup.

“enggak. lagi di hotel. kamu check in di hotelku aja, nanti malem aku temenin mabuk. aku temenin aja, ga ikut mabuk juga.”

“ya udah kirim alamatnya.”

“bentar, mau makan dulu. aku matiin.”

hyunjin mematikan telponnya, dia juga harus benahi wajahnya dan segera kembali ke yunho.

dia tak ingin membuat lelakinya menunggu lama.

segera setelah wajahnya kembali lembab dan segar, dia keluar kamar mandi. menuju kursi tempatnya dan yunho menghabiskan waktu untuk bercerita hal indah tentang mereka.

tapi belum sampai sana, kakinya tak kuasa melangkah. kala sang netra temui, kekasihnya bersama seorang wanita.

hyunjin tak akan marah, sebab ia tahu yunho-nya hanya berani berdekatan dengan dua wanita.

yang pertama adalah dirinya, karena yunho suka. yang kedua, sohye, karena itu adalah yang seharusnya.

“mereka kayaknya lagi ngobrolin hal bahagia...”

demi tuhan, hyunjin tidak akan marah. dia juga tak punya kewenangan untuk itu.

bayangan tak berhak untuk berjalan di di depan.

bayangan tak berhak untuk mendahului jejak sang badan.

jadi dia diam, berdiri dan memandang dari kejauhan.

meski bukan dusta, hatinya sakit luar biasa.

apalagi kala sohye mencium bibir yang selalu menjadi candunya, kemudian suguhkan hal yang mengejutkan.

yunho tampak terkejut, hyunjin juga.

bedanya, yunho tersenyum lebar dan langsung memeluk istrinya.

sementara hyunjin membekap mulutnya, berusaha menahan tangis yang sekuat tenaga ditahannya.

dia tak salah lihat, yang diberikan sohye pada yunho adalah alat penguji kehamilan.

kalau yunho berikan reaksi senang begitu, sudah pasti hyunjin bukan lagi jadi orang ketiga di antara dua orang.

tapi pengacau rumah tangga di dalam satu keluarga.

SEPHIA : Jeong Yunho ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang