4. Feeling

42 12 16
                                    

(Song recomend instrumental Meteor Garden, bebas yang mana aja)

Yesha kembali ke rumahnya dengan tubuh yang sangat lelah. Seharian ia jalan-jalan bersama teman-temannya dan itu sangat melelahkan untuk seorang Park Yesha. Kalau boleh jujur gadis ini sebenarnya bukan tipe perempuan yang senang jalan-jalan.

Yesha lebih suka menghabiskan waktunya untuk belajar banyak bahasa atau sekedar rebahan di kamarnya yang sudah seperti surga baginya. Bagaimana tidak, kamar Yesha di design khusus oleh sang ayah sehingga tampak sangat menakjubkan.

 Bagaimana tidak, kamar Yesha di design khusus oleh sang ayah sehingga tampak sangat menakjubkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Gambaran kamar Park Yesha)

Sebelum merebahkan tubuh langsingnya Yesha sempat memikirkan kejadian saat ia bertemu pria aneh di museum itu. Oh Lord bagaimana bisa pria itu tahu nama Yesha?

Apakah sebelumnya mereka pernah bertemu? Jika pernah kapan dan di mana? Sepertinya Yesha merasa tidak pernah melihat wajah pria itu bahkan dalam mimpinya sekalipun. Tatapan pria itu, Yesha masih mengingat jelas tatapan tajam pria itu.

"Siapa dia?" Tanya Yesha kepada dirinya sendiri.

Yesha akhirnya merebahkan diri di atas ranjangnya dan melepaskan penatnya setelah seharian pergi.

Di lain tempat, seorang pria yang hampir mendekati kata sempurna tengah asyik dengan sebuah buku yang selalu ia bawa kemanapun pergi. Buku yang penuh misteri dan konspirasi, bahkan zaman pun belum bisa mengungkap pasti tentang apa yang ada di dalam buku tersebut.

"Permisi Tuan Muda apakah anda ingin minum?" Tanya seorang robot bernama Rodi.

"Emm avocado juice jangan lupa dicampur matcha."

"Minuman siap diantar permisi Tuan Muda."

Robot ini pun segera membawakan pesanan pria yang tak lain adalah Na Jaemin. Sosok pria dengan pahatan kesempurnaan yang melekat pada dirinya. Terlahir dalam keadaan kaya raya adalah takdirnya.

"Park Yesha? Perempuan itu … argh dia terlalu manis untuk dipikirkan," ucap Jaemin yang tak sengaja memikirkan Park Yesha.

Tanpa ia sadari sepertinya dirinya mulai jatuh hati kepada Yesha. Gadis yang menurutnya memiliki sisi berbeda. Wajah manis Yesha selalu muncul dalam pikirannya sehingga membuat Jaemin merasa bingung sendiri dengan perasaanya.

Jaemin akui, memang banyak gadis di luaran sana yang mungkin parasnya lebih sempurna dari sosok Park Yesha. Namun entah mengapa mata dan hatinya hanya tertuju kepada Yesha, seakan-akan Tuhan memang sudah menakdirkan Jaemin dan Yesha untuk bersama.

Park Yesha sepertinya aku mulai mencintaimu, maaf jika aku terlalu cepat mencintaimu. Aku hanya merasa kau dan aku memang ditakdirkan oleh Tuhan.
-Na Jaemin

Jaemin tahu dia hanya manusia biasa tapi entah kenapa dirinya merasa bahwa Tuhan memang sudah mengikat benang takdir miliknya dengan milik Park Yesha.

MEMORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang