"Wah! Jadi ini pusaka tanah! Entah kenapa rasanya seperti pusakanya orang kaya ya!" cerocos Blueta. Mata safirnya memantulkan gemerlap keemasan dari lempengan dua emas hati yang memiliki lambang tanah yang berpendar di dalamnya. Ketujuh putri itu sudah mendarat di kerajaan Nworba, kerajaan Ground Rose, untuk beristirahat. Matahari semakin terbenam ke ufuk barat, pertanda sebentar lagi langit akan berganti warna dari jingga dipadu semburat merah muda awan dan biru langit menjadi perpaduan antara gradasi warna biru gelap.
"Benar, rasanya seperti pusaka yang mahal, hehe...." timpal Moona.
"Sebenarnya apa gunanya pusaka ini?" Greysha ikut melihat pusaka itu lebih dekat.
"Kamu tidak tahu itu? Setiap pusaka memiliki kekuatan khusus masing-masing. Tapi kalau dikumpulkan ketujuh pusaka di satu tempat, maka permintaanmu bisa dikabulkan. Untuk pusaka tanah, dapat mengendalikan tanah dalam skala besar, mungkin bisa hingga satu negeri," jelas Greenia.
"Benarkah? Luar biasa! Tapi hanya satu permintaan ya... rasanya terlalu sedikit."
"Tapi bukannya itu hanya legenda? Karena ketujuh pusaka sebelumnya tidak pernah berada di satu tempat bukan?" tanya Sunniva, ia mengambil Qalbun Dzahabiyyun dari tangan Blueta, "lihat sebentar," ucapnya cepat sebelum Blueta memprotes.
"Tak ada asap kalau tidak ada api. Menurutku, meski pun benda-benda pusaka itu dapat mewujudkan permohonan. Aku lebih suka mewujudkan keinginanku sendirian, tanpa bergantung pada hal lain." Sunniva mendelik mendengar perkataan yang Greenia lontarkan, tebersit perasaan iri di hati kecilnya.
"Yah... kak Greenia sih enak, masih muda sudah jadi pengantar pesan ratu, disebut-sebut jenius, cantik, sopan dan bertanggung jawab, tapi tahunya sifatnya begitu."
"Memangnya ada apa dengan sifatku? Kamu tidak suka?" Greenia tersenyum, namun matanya tidak sependapat dengan bibirnya. Nworba menepuk tangannya dua kali, menarik perhatian keenam temannya.
"Sudah! Sudah! Ayo kita berangkat ke tempat selanjutnya!" ajak Nworba saat. Kelima pelindung itu membelalakkan matanya. Sedangkan Greysha terlihat menganggukkan kepalanya.
"Apa kakak bilang?" tanya Lazuly, tidak mempercayai pendengarannya.
"Kubilang kita harus segera ke tempat pusaka berikutnya."
"Kakak bercanda bukan?" tanya Sunniva, ia mempersiapkan dirinya untuk menarik napas lega apabila Nworba mengiyakan pertanyaannya. Berbanding 360 derajat dari prediksinya. Jawaban Nworba dengan wajah datar itu membuatnya kehabisan kata-kata.
"Apa aku terlihat seperti bercanda?"
"Tapi kak, bahkan belum ada setengah hari kita beristirahat!" Alis Nworba mengernyit mendengarkan protesan yang berasal dari Blueta, matanya mendelik. Blueta buru-buru menunduk.
"Ya-yah! Bukan berarti aku ingin bersantai-santai, tapi kita masih ada waktu melakukan hal lain seperti tidur, makan dan berkeliling bersama-sama di kerajaan kakak, baru besok atau lusa kita bisa berangkat melanjutkan perjalanan...." suara Blueta semakin mengecil, bersamaan dengan kecepatan bicaranya yang semakin mengencang.
"Selagi kita bersantai di sini, dia bisa saja sudah beraksi mencuri pusaka lainnya!" Nworba menaikkan nada suaranya.
"Kompasnya belum bercahaya, sepertinya tidak ada salahnya kalau kita beristirahat lebih lama kak," Lazuly berusaha menenangkan suasana dengan melembutkan suaranya.
"Kalau kompasnya sudah bercahaya sudah terlalu lambat!" bantah Nworba kasar.
"Memang benar, tapi kita bisa melawannya dan mengambil pusakanya dari tangannya. Kita juga lebih baik menyusun strategi dulu. Bagaimana kalau kamu diserang seperti tadi?" Greenia melipat tangannya, dia sudah menahan kantuk sejak lama dan dia tidak terima kalau harus kembali bertarung tanpa istirahat. Nworba menatap tajam Greenia, merasa dikhianati oleh sahabatnya karena tidak mendukungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Gardenia (Hiatus)
FantasyPlanet Holy Krystal adalah planet yang terdiri dari berbagai macam elemen yang berabad-abad telah dilindungi oleh ketujuh pusaka. Pemilihan dua puluh tahun sekali untuk menjadi pelindung pusaka pun diadakan dan terpilihlah tujuh orang putri element...