prolog

36 13 2
                                    

Aku sudah membaca banyak buku tentang jatuh cinta, banyak buku tentang patah hati, banyak yang menangis bahagia, banyak pula yang menangis karena kesedihan yang tak kunjung reda .

Aku pernah berada diposisi itu, jika bisa kembali kemasa lalu dan menemui diriku sendiri akan aku ceritakan penyesalan-penyesal apa saja yang telah aku perbuat. Seberapa banyak hal yang awalnya aku rasa adalah sumber bahagia ternyata hanyalah fatamorgana.

Aku kerap bertanya-tanya apakah jika aku mengejarmu saat itu kita tak akan berakhir seperti ini?, Atau seandainya waktu itu kita tetap berpegang erat apakah kita tetap menjadi seperti ini?, Ataukah lebih baik aku tak pernah bertanya padamu saat di toko buku itu?.

Kata seandainya kerap menjadi pertanda yang membuatku terjebak. Karna kali ini kali pertamaku melangkah pada arah yang berlawanan denganmu, dan ketika aku berbalik aku hanya bisa melihat punggungmu yang memudar karna air mata yang tak kunjung jatuh.

Aku tak tau ini adalah ucapan selamat tinggal atau hanya ucapan selamat membuka cerita baru, yang aku tau adalah aku kehilanganmu, atau bahkan kau memang tidak pernah menjadi milikku.

Menyebalkan rasanya jika hal yang selalu membuat bahagia berubah menjadi senda gurau tanpa arah, dan harapan-harapan yang selama ini ada berubah menjadi dongeng-dongeng pengantar tidur belaka.

Tapi tak apa

Semesta tak akan selamanya membiarkan butala dijatuhi hujan terlalu lama bukan?

Begitu pun aku, mendung tak akan selamanya ada, saat ini yang tersisa hanya sedu tanpa air mata sekarang yang bisa aku lakukan hanyalah mengiklaskan. Mengikhlaskan kau pergi kearah yang aku rasa bukan bahagiaku, kini aku berjalan kearah bahagiaku walaupun bukan denganmu.

DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang