Kita pasti tau kodrat pertemuan yang hanya menjadi sekedar pertemuan, kita juga tau bahwasanya kita juga tak dapat melawan takdir. Seperti aku dan dia. Awalnya aku fikir ini akan menjadi sekedar pertemuanya yang tak di sengaja kemudian berlalu pergi dan menghilang.
Tapi siapa yang tau takdir akan membuatnya sedemikian rupa sehingga kita tak hanya menjadi sekedar tanya
"kak, bisa minta tolong ga?" akhirnya aku memberanikan diri meminta orang yang disampingku untuk membantuku, tapi bukanya menjawab dia hanya mengangkat sebelah alisnya seakan menyuruhku melanjutkan perkataanku tadi
"itu loh kak, kakak bisa bantuin aku ambil buku itu gak?" tunjuku kearah buku yang sedari tadi hanya bisa aku pandangi tanpa bisa aku raih, salahkan tubuhku yang hanya 153 cm ini
"yang ini tunjuknya" untuk pertama kalinya ia membuka suara dan hanya aku sahuti dengan anggukan kepala yang bisa di bilang tidak santai
"psikologi?, untuk apa anak SMP baca buku psikologi?" tanyanya, aku tau ia hanya heran tapi ini sedikit membuatku terhina dan merasa kotor
"kak aku udah kuliah semester 4" kesalku sambil mengulurkan tangan bermaksud meminta buku yang sedari tadi masih berada di tanganya
"ah.. saya gak nyangka kamu udah kuliah" aku bisa melihat senyum yang aku tau hanya untuk menahan tawanya
"iya aku tau aku pendek, makasih lo atas infonya"sambil menarik buku yang ada ditanganya
Pemuda berkemeja putih yang digulung sampai siku dengan celana bahan yang berwarna hitam itu hanya memandangiku sambil menahan senyumanaya, menyebalkan.
"mentang-mentang tinggi, iya sih aku pendek tapi gak pendek-pendek amat...'kan? Lagian pendek kan imut" bermonolog pada diri sendiri sampai sebuah intruksi membuatku berbalik
"kamu belum ucapin makasih loh" sontak saja aku membelokan mata sipit yang berusaha sepenuhnya untuk terbuka lebar melongak kearahnya
"ya ampun..apa bener?"lagi lagi bertanya pada diriku sendiri
"iya bener"jawabnya santai sambil menyilangkan tanganya di dada
"kok denger sih?"gumamku
"soalnya kamu mikirnya sambil ngomong sih" ujar pria itu lagi
"masa sih kak, yaudah deh makasih ya udah bantuin"ujarku sambil melambaikan tangan yang aku gak tau kenapa aku lakukan itu
***Semester baru di mulai, setelah libur yang cukup panjang akhirnya aku kembali menjadi anak kosan yang miskin, tapi gak apa setidaknya aku memiliki rutinitas dari pada dirumah kerjaanya hanya rebahan dan dimarahi menjadi agenda setiap hari
"abila inshira?"
"saya pa....k" abil merasa tak asing dengan wajah dosen baru di depanya
Karena sibuk melamun, abil menjadi tidak memperhatikan kuliahnya hari ini sehingga tidak memperhatikan dosen yang mengajar dengan baik, ini tidak boleh ditiru.
"abila inshira, kita ketemu lagi" hanya satu, bener-bener cuma satu kalimat yang tak bertanggung jawab dari dosen yang sedang berlalu melewati pintu keluar sukses membuat hampir satu kelas menoleh kearah abil dengan tanda tanya
Abil menoleh kearah samping dan mendapati saira menatapnya dengan tatapan yang sama,lalu abil kembali melihat kearah depan dengen leher kaku dan mendapati nama ALBARCIO GRADY tertulis dengan huruf capital sebagai dosennya untuk satu semester yang akan datang, langsung saja kilasan memori kembali berputar tentang kejadian ditoko buku satu bulan yang lalu
Mati kamu bil
----
Abil memasuki kosanya dengan langkah gontai. dengan tanpa tenaga abil merebahkan tubuhnya diranjang dan kejadian satu bulan yang lalu kembali mengingatkanya kepada dosen yang baru saja ia temui
"kok bisa jadi dosen sih?" sebenarnya ini pertanyaan bego yang hari ini untuk kesekian kalinya abil pertanyakan.
"kalau tau akan menjadi dosenku semester ini , aku berani sumpah gak akan nyapa itu dosen dengan sok akrab" abil kembali terduduk
"kakak?...aghhhh abill! kak? berani beraninya kamu abil aghh" sambil mengacak rambutnya sendiri mengingat dia dengan sok akrabnya memanggil dosenya dengan sebutan kak.
"bil gak papa bil kita hanya perlu pura-pura gak pernah ketemu aja sama itu dosen, mudahkan hahaha" jelas itu adalah tawa sumbang
Setelah menenangkan fikiran abil kemudian langsung beralih kedunia mimpi
Tapi realita selalu mengkhianati ekspetasi, niat hati ingin menghindari pak alba hanya menjadi ekspetasi belaka, karena dengan mudahnya semesta membuatnya bangun kesiangan sehingga mau tak mau ia jadi pusat perhatian saat memasuki ruang kuliah
"permisi pak" suara abil mengecil hampir menghilang saking gugupnya yang tak beralasan itu, padahal pak alba hanya memandangnya sebentar kemudian mengarahkan dagunya seakan memberi izin untuk abil masuk
Setelah kejadian itu abil selau berusaha bangun pagi dan duduk di bangku tengah paling pinggir karena ia merasa aman dan bisa berbaur dengan yang lain dan ternyata berhasil
---
Entah ini hari sial atau apa abil sudah duduk kaku dengan pak alba yang duduk didepannya sambil meminum teh diruang tamu rumah pak alba, iya RUMAH PAK ALBA.
"abila inshira" tiba tiba pak alba membuka suaranya
"abil aja pak"jawab abil seadanya dengan cepat beriringan dengan jantungnya sudah marathon dari tadi
"abil, kamu tidak sedang pura-pura tidak mengenal saya bukan?"
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN
RomanceAku mencintainya sesederhana menatap langit tapi dilakukan disetiap hari, ya begitulah aku ~ABILA INSHIRA ~