chapter 4

11 5 0
                                    


                            "kamu gak akan tau cinta itu apa kalau kamu gak melihatnya secara dekat"

                                                                                                ***


"abil saya masih di depan kamu loh,saya bisa dengar" ingin rasanya abil menjawab "bagus deh kalo denger"

Tapi yang keluar di bibir sangat berbeda dengan yang difikirkanya " hehe"

Jika bisa memilih abil akan memilih untuk tidak hadir kekampus hari ini dengan berbagai alasan atau menghindari pertemuan dengan dosen aneh namun tampan ini, dan menghentikan kerja rodi yang sudah disepakati walaupun dengan amat sangat terpaksa

"bil bisa belikan kopi di kantin sebentar, saya rasa saya mulai mengantuk"

"kan saya lagi meriksa soal pak" tolakan halus yang sengaja dipertegas oleh abil

"tapi saya ngantuk abil, kecuali kamu mau bikinin saya kopi disana" sambil menunjuk mesin kopi yang ada diruanganya

"saya gak bisa pakai mesin kopi pak,saya ini anak kampung saya bisanya bikin kopi secara manual pak,lagian kan disini emang ada mesin kopi kenapa gak bikin sendiri sih?"gerutu abil yang kian memalan sambil melanjutkan memeriksa soal yang tinggal beberapa butir lagi

"yaudah manual saja" tanpa menjawab pertanyaan abil, abil sangat  yakin bahwa dosen itu mendengarnya

Dan mau tak mau disinilah abil sedang berkutat dengan secangkir kopi, ingin sekali rasanya menambahkan bubuk cabe kedalam cangkir kopi ini, namun apalah daya ia masih ingin berkuliah dengan nyaman

"silahkan kopinya pak, berhubung saya sudah menyekesaikan tugasnya saya pamit dulu ya pak, dan ini tugas terakhir saya loh pak" tanpa menoleh abil langsung membereskan barang barangnya, bukan maksud abil tidak sopan pada dosenya satu ini tapi pak alba sangat bisa menghancurkan moodnya

"padahal saya udah bilang saya lebih suka dipanggil kakak sama kamu"gumam alba hampir tak terdengar

"apa pak saya kurang dengar" memang sejak tadi abil sendang mengecek hpnya

"saya antar kamu pulang, udah sore"

"oo makasih pak, tapi saya rasa gak usah karena kang ojol udah didepan" ujar abil sanbil berjalan kearah pintu

"kalau gitu assalamualaikum" dengan sopan abil menutup pintu

Setelah berjalan beberapa langkah abil merasa ada yang sedang mengikutinya, sontak abil langsung menpercepat langakahnya tapi langkah sepatu dibelakangya juga ikut menjadi cepat dengan sangat hati hati abil meoleh kebelakang

dan..

"aaaaaaaaaa" abil langsung terduduk di koridor

"kamu gak apa apa?"

"bapak kalo ada di belakang saya ngomong dong kan saya jadi kaget "  tangis langsung meluncur di bibir abil

"ya maaf...maaf abil, udah dong ntar orang ngira saya apa-apain kamu lagi" alba berusaha menenangkan mahasiswanya

Tanpa mengatakan apapun abil langsung bangun dan berjalan dengan bibir mengerucut, ingin maki-maki tapi yang pingin ia maki itu dosenya, akhirnya abil hanya bisa ngelus dada walaupun jengel belum kunjung hilang di hati.

"gojek kamu mana bil?" tanpa rasa bersalah pak alba bertanya sambil melihat kekiri kekanan

"di depan pak, lagian bapak ngapain ikutin saya" tanya bil dengan nada jengkel

"saya gak lagi ngikutik kamu kok,saya kan juga mau pulang" sontak rasa malu menjalar di muka dan hati abil

"yaudah kalo gitu saya permisi pak" abil tak tau kenapa ia mendadak kesal mendengar jawaban pak alba, walaupun yang dikatakan pak alba itu benar, lihat saja pak alba mengambil jalan yang berlawanan dengannya. Entah kenapa ia kesal sendiri.

Ketika menengok kang gojek mendadak abil merasa sedikit lebih baik, lebih baik pulang kekosan dan tidur, ya tidur adalah tujuan abil saat ini karena penyembuhan yang mujarab tanpa resiko adalah tidur, benarkan?

***

Abil bersumpah tidak akan mengambil mata kuliah yang pak alba sebagai dosenya di semester depan, lagi-lagi ia terjebak diruangan dosen sialan tampan ini dan kembali berkutik dengan soal-soal anak smester 4, ya satu semester denganya hanya beda unit dan ia yang mengoreksi soal-soal itu, memang sih ada kunci jawabanya tapi kenapa harus abil?, abil hanyalah mahasiswa malas yang kerjaanya hanya kukang (kuliah,kantin dan pulang).

Rasa sebalnya semakin menjadi-jadi ketika itu dosen dengan seenak jidatnya menyurunya membuat kopi manual ala abil itu. Tidak puaskah ia telah mengambil waktu ngantinya?.

"pak koreksinya udah ni, saya permisi dulu"

"tunggu abil, kamu belum makankan?"

"emang belum kan saya bantuin bapak bermain sama soal"

"kamu lagi nyindir saya?"tanya pak alba

"nggak tuh" padahal sangat jelas abil sedang mengutuk dosen ini dengan sangat berani, dalam hati.

"yaudah yuk makan siang bareng di kantin"

"bapak naksir saya ya?"


.

.

.

DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang