15th: Punishment

1.2K 214 97
                                    

Ini dia chapter 15 yang ditunggu-tunggu. Happy reading semuanya. Maaf kalau aku apdetnya very very selow pake banget nget nget.

***

Suasana sore hari di daerah yang sejuk memang menyenangkan. Angin kecil yang bertiup, aroma yang begitu hijau dan menyegarkan membuat semua orang betah berlama-lama. Apalagi ada pemandangan matahari tenggelam yang menakjubkan di depan mata.

Sayangnya saat itu Seungwan malah memilih untuk melihat kakinya sendiri. Dia sedang merenungkan, kenapa dia masih bergetar ketakutan seperti orang bodoh? Dia bukan lagi anak miskin yang mengandalkan uang orang lain untuk hidup. Bahkan setelah jadi seorang sekretaris CEO pun dia masih sama lemahnya dengan dulu. Satu saja intimidasi sudah cukup membuatnya teringat horor yang dia rasakan setiap pulang sekolah dulu. Seungwan menunduk semakin dalam, seperti ingin memeluk dirinya sendiri, mengingat berapa banyak lebam yang harus dia sembunyikan sebelum masuk ke pintu rumahnya yang kecil.

"Seungwan-ah?" Seulgi yang tiba-tiba tidak mendengar celotehan Seungwan menoleh ke samping. Dia bingung mendapati gadis itu seperti sedang mengkerut ketakutan. Saat Seulgi ingin meraih lengan Seungwan, Suga menghentikannya. Melihat sikap Suga yang tidak biasa, Kai menarik lengan Seulgi untuk menjauh dari mereka berdua.

"Sepertinya, kita perlu meninggalkan mereka sebentar." Seulgi mengangguk membenarkan ucapan Kai. Mereka berdua menyingkir ke tempat lain, membiarkan Suga mengurus Seungwan.

"Apa lagi yang ada dalam pikiranmu sekarang?" tanya Suga pada Seungwan.

"Tidak banyak, hanya merasa agak menyedihkan. Sudah sepuluh tahun lebih aku tidak bertemu dengan mereka yang dulu merisakku. Tapi kejadian hari ini membuatku bertanya-tanya. Apakah aku akan bereaksi selemah dulu lagi jika nanti mereka mulai mencoba mengintimidasiku lagi?"

Suga diam mendengarkan ucapan Seungwan. Jarang sekali gadis itu mengungkapkan apa yang dia rasakan. Dari dulu, jika Suga bertanya bagaimana keadaannya, tidak peduli sebanyak apapun lebam di tubuhnya, Seungwan akan selalu menjawab bahwa dia tidak apa-apa.

"Bahkan tadi dia bilang kalau aku masih berlindung dibalik dirimu."

"Kalau iya, itu bukan urusannya." Dengus Suga.

"Inilah alasan kenapa aku selalu diganggu." Balas Seungwan kesal.

Suga mengangkat sebelah alisnya "Kenapa ini jadi kesalahanku?"

Seungwan memutar bola matanya. "Kau memang tidak membelaku terang-terangan dan hanya bereaksi seperlunya. Tapi kau terlalu sering membantuku disaat aku membutuhkan bantuan. Fans-fansmu jadi tidak senang."

Suga tertawa kecil. "Terlalu sering membantu? Rasanya kau selalu menangis setiap bertemu denganku."

"Salah siapa kata-katamu begitu menyakitkan."

"Aku hanya mengatakan kenyataan. Ayam saja masih lebih hebat darimu saat bertarung. Kau selalu diam saja ketika di ganggu. Apa aku salah jika bicara seperti itu denganmu?"

"Pokoknya salah."

"Jangan terlalu sering berkumpul dengan Jung Soojung. Kau jadi semakin menyebalkan. Dia sepertinya penganut paham wanita selalu benar." Ujar Suga

"Mungkin. Kasihan Sehun." Seungwan tertawa mendengar nasehat Suga.

"Well, mereka lawan yang seimbang. Selama ini mana ada orang yang berani membentak Sehun balik. Hanya sekretaris sinting itu yang berani melakukan hal nekad macam itu."

Pria itu diam-diam bersyukur dengan kedatangan Park Jiyeon hari ini. Sudah lama sekali sejak dia bisa bercanda seperti ini dengan gadis di sampingnya itu. Suga tersenyum geli mengingat permintaan absurd Seungwan di hari pertamanya bekerja.

Big babyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang