⚠︎ᴡᴀʀɴ! ʟᴏɴɢ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ⚠︎
Pagi di weekend memang terasa lebih ringan. Tidak perlu bangun pagi, bisa kembali berkencan dengan kasur. Tapi ya ada lah orang yang morning person, tipe yang nggak peduli besok libur atau adanya kesibukan sehari-hari, tetep bangunnya pagi.
Dan itu terbukti dengan terbukanya tiga pintu kamar di waktu yang berbeda. Satunya kekasih dari si pembeli mansion mewah ini, dua lainnya adalah pemegang julukan kutu buku.
"Ohayou, Miyuu, Sachi," sapa gadis dengan rambut yang biasanya terikat tinggi itu kini tergerai. Dia yang pertama turun ke lantai bawah, baru saja selesai menyeduh teh hangat.
"Ohayou..." Si gadis bersurai permen kapas merenggangkan otot-ototnya yang kaku. "Aduh, kok dingin banget sih pagi ini?"
Gadis dengan rambut hitam legam itu melangkah menuju meja pantry dan mengambil gelas dari lemari kabinet atas. "Semalem hujan, makanya dingin," jawabnya, sembari mengisi gelas tersebut dengan air dan meminumnya.
Si gadis Kamitsuki menghela napas. "Yah, tunda dulu deh mandinya. Nanti aja nunggu jam 9 an," ia menjatuhkan diri ke sofa ruang tengah yang terpisahkan dari dapur dengan rak kayu besar, setelah meletakkan gelas berisi teh hangat itu.
"Iihh, kamu belum sikat gigi, ya?" Sachiko menutup mulut, memasang raut muka mengernyit.
Rei mendelik sebal. Ini anak masih pagi udah bikin kesel aja, batinnya. "Udah lah! Orang tadi aku udah sikat gigi sama cuci muka. Kamu kali yang belum!"
"Dih, enak aja. Aku mah anak rajin, ya pasti udah lah."
Miyuuki yang duduk di kursi meja bar, yang otomatis terdapat di antara kedua sahabatnya yang adu bacot, cuma menghela napas. "Yaelah, kalian udah main adu bacot aja, masih pagi loh, ini."
Setelahnya Rei dan Sachiko kembali ke kesibukan masing-masing. Rei sibuk dengan novelnya dan Sachiko yang sibuk— nggak sibuk, sih, cuma dia duduk aja deket Miyuuki, nggak ngomong apa-apa.
Suara langkah kembali terdengar dari arah lorong kamar atas. Kali ini turunlah dua pemuda, satu berambut biru gelap satunya lagi pirang cerah.
"Ohayou," sapa si rambut biru. Masih dengan mata setengah terbuka, padahal dia udah cuci muka, kakinya melangkah ke kabinet yang berisikan gelas dan mulai menyeduh teh.
Sementara si rambut pirang cerah tidak mengucapkan apa-apa, ia kembali tepar di sofa panjang ruang tengah, menyamankan posisi dan kembali mendengkur. Rei merotasikan bola matanya malas.
"Bah, dia cuma pindah tempat buat tidur."
"Kayak nggak tau Aoi aja," suara yang baru terdengar itu menyahut dengan suara serak khas baru bangun tidur. Gadis bermarga Yamaguchi itu menutup mulutnya yang terbuka lebar karena menguap, menggosok sebelah matanya sambil duduk di sofa kecil di pojok ruangan. Ia pun mulai sibuk sendiri dengan ponselnya.
"Ohayou, Kaiko," sapa Miyuuki, yang dibalas dengan suara yang masih serak. Si gadis Otogawa kemudian beranjak dari kursinya dan membuka kulkas besar di dapur. "Pada mau sarapan pake apa?" tanyanya.
Rei yang mendengarnya segera menutup buku novel di tangannya dan menaruhnya di meja di hadapannya. "Aku tadi udah keluar sebentar, beli sup miso sama ikan bakar di restoran kecil di depan. Hangatkan saja, tinggal ambil nasi," katanya.
"Okee," Miyuuki mengambil sebuah plastik besar dari dalam kulkas yang diyakininya makanan yang sudah dibelikan sahabatnya itu. Karena terbiasa di dapur, dengan cekatan terpampanglah sarapan tradisional Jepang di meja makan utama enam porsi dan meja bar dua porsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑶𝒖𝒓 𝑫𝒂𝒊𝒍𝒚 𝑳𝒊𝒇𝒆᯽︎
Teen FictionDelapan anak remaja SMA dengan segala kebobrokan dalam lingkaran pertemanan mereka yang unik. Cover : Sachi