"Apa sih, ini napa ribut banget?" Suara gadis dari pintu masuk berhasil menghentikan suasana heboh itu. Kaiko sudah rapi selepas mandi, di belakangnya ada tiga gadis lainnya, memasang muka heran.
"Gue Aoi!" sahut 'Tanaka', menunjuk dirinya sendiri.
"Dan gue Tanaka!" yang lain menyahut, menunjuk diri 'Aoi' yang aslinya bukan dirinya. What?
"What in the world..."
𑁍𑁍𑁍
Delapan remaja itu kini berkumpul di ruang tengah untuk mendiskusikan masalah yang menimpa dua diantara mereka. Rei menatap aneh 'Tanaka' yang bersikap sangat panik, dan itu bukan dirinya sekali.
"Woiii, ini gimana gua balik ke badan gue sendiri, anjirr!" 'Tanaka' mengusap kasar wajahnya, menyenderkan tubuh ke sofa sembari menghela napas pasrah.
"Emang caranya kalian bisa tukeran badan gini kenapa dah?" tanya Miyuuki, merasa aneh dengan sikap kekasihnya yang out of character. 'Aoi' yang bersikap kalem menggelengkan kepalanya.
"Gatau. Seinget gue, gue cuma tidur, terus Aoi dateng ke kamar gue. Lu ngapain ke kamar gue, coy?"
Aneh banget rasanya nanya ke tubuh sendiri, kayak ngomong sama kaca.
Yang ditanya menjawab, "bangunin elu! Disuruh sama bebeb."
Semuanya mengerutkan kening. Tanaka yang asli ga bakal manggil Miyuuki dengan sebutan 'bebeb', yang manggil pacarnya begitu cuma si pemuda Sanada. Jangan tanyakan gimana rasanya ngeliat pacar kamu sendiri manggil temen kamu dengan sebutan sayang, tapi bukan ditujukan untukmu. Itu yang Miyuuki rasakan. Dan gimana rasanya dipanggil pake panggilan sayang tapi bukan dari pacar sendiri. Kaiko yang tau.
Rei meringis, merasa masalah kali ini cukup rumit. Dirinya menoleh pada Rai, menanyakan apakah kekasihnya itu punya usulan berguna di situasi sekarang.
Sementara yang diperhatikan diam sedari awal, mengacuhkan keributan yang terjadi di hadapannya antara Tanaka dan Aoi. Diletakkannya dua jarinya menutupi mulut, meletakkan sikut kanan di atas lengan kirinya, menandakan dirinya sedang berpikir.
"Rai..? Ada solusi?" Sachiko yang sadar kalau pemuda yang paling tua tidak mengeluarkan suara sama sekali menepuk bahunya, menyentakkan Rai dari pikirannya.
"Astaga, sabaar. Gue lagi mikir, bentar," setelah berucap begitu, pemuda Akagane itu kembali diam.
"Betewe tadi suara apaan, sih?" Kaiko bertanya ke 'Tanaka'.
"Suara? Suara yang mana?" 'Tanaka' bertanya balik.
"Itu looh, suara bedebum dari kamar Tanaka. Perasaan aku cuma nyuruh kamu bangunin Tanaka, kamu nggak banting dia dari kasur ke lantai, kan?" Sepasang manik emerald itu memicing ke arah Tanaka yang isinya adalah Aoi.
"Dih nggak lah! Eh—tadi sih aku banguninnya agak heboh sih, Tanaka aku tabokin biar bangun, kebo banget, sih."
'Aoi' melotot tidak terima. Iya sih, memang, dia kalau dibangunin susah. Tapi mana terima cuy, dibangunin pake ditabok segala. Malah bikin emosi pagi-pagi.
Kaiko menjitak keras Aoi. "Yeu! Bangunin orang jangan kasar gitu, dong! Awas aja lain kali aku bangunin kamu pake cara itu!"
Tanaka yang berada di tubuh Aoi meringis. Sebenarnya dia berterima kasih pada si gadis Yamaguchi yang sudah membalaskan dendamnya, tapi apa dia ingat kalau yang dijitak itu tubuhnya, bukan tubuh kekasih jahilnya? Yah, terima nasib sajalah.
"Tapi tadi pas gua cek kok kalian udah tepar duluan di lantai?" tanya Itsuki, membenarkan letak kacamatanya.
"Ah, kayaknya gegara gue yang tiba-tiba bangun," celetuk Tanaka dengan suara jenaka Aoi. "Jadi tadi, gegara di bodoh ini bangunin gue pake main tabok, gue kesel, kan. Nah gue mendadak bangun tuh, terus kepentok kepala gue sama kepala dia. Keras banget, ampe mendadak pandangan gue gelap. Trus pas sadar, gini dah situasi gua."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑶𝒖𝒓 𝑫𝒂𝒊𝒍𝒚 𝑳𝒊𝒇𝒆᯽︎
Teen FictionDelapan anak remaja SMA dengan segala kebobrokan dalam lingkaran pertemanan mereka yang unik. Cover : Sachi