Part 5 (Ha? beneran?)

1.1K 142 11
                                    

~o0o~

Raut dingin terpancar dari wajah (Nama kamu). Moodnya sangat hancur saat ini. Yang biasanya cerewet seperti anak kecil, kini ia hanya menampilkan wajah datar nan dingin tanpa berniat membuka suara sedikit pun. Matanya membengkak dan memerah akibat tangisannya digudang tadi.

Ia pun sampai didepan kelasnya.

Brak!

Pintu itu dibuka kasar.

Keadaan didalam kelas yang semula ricuh tidak jelas, kini berubah menjadi hening tak bersuara.

(Nama kamu) berjalan tanpa bersuara.

Tak ada suara yang kini menyahuti keheningan kelas itu. Suasananya mendadak sepi.

"Tumben diem." Celetuk Kiki, sang wali kelas yang tiba tiba datang dan sengaja mengunjungi kelas itu. Semua tatapan tertuju pada Kiki.

Krik krik.

"Apa?" Tanya Kiki pada semua muridnya bingung.

Krik krik.

"Saya mau ke (Nama kamu). Kenapa?" Sambung Kiki terlihat lebih bingung.

Tak ada suara yang menyahuti. Semuanya tampak menatap Kiki.

"Woy! Gue ngomong sendiri. Gak ada sopan santunnya anjer! Mau gue hukum keliling lapangan berjamaah ha?!" Ucap Kiki sedikit ngegas.

Tersadar dengan penuturan Kiki yang sedikit ngegas, semua berlari kalang kabut menempati kursinya masing masing kecuali (Nama kamu).

Sang adik hanya menatapnya datar.

"Apa?" Tanya (Nama kamu) datar.

"Anjir kek triplek!" Gumam Kiki yang masih terdengar oleh seluruh siswa yang berada disana.

(Nama kamu) menatapnya sinis.

"Bapak inget ini dimana heum?" Sindir (Nama kamu) sedikit sinis.

Kiki menggaruk tekuknya yang tak gatal.

"Its calem baby." Kata Kiki berusaha mencairkan suasana. Kiki tercengir kuda.

"Pak, aku juga mau dipanggil baby kayak (Nama kamu) dong."

"Pak, senyum bapak meluluhkan hatiku."

"(Nam) gue siap jadi kakak ipar lo!"

"Huaaaa.. gak kuad."

Kelas mulai riuh akibat ulah Kiki yang tercengir kuda dan menyebut sang adik dengan panggilan "Baby."

(Nama kamu) memutar bola matanya malas.

"To the point." Ucap (Nama kamu) malas.

"Gak disini juga (Nam). Ini penting." Ucap Kiki sedikit memohon.

(Nama kamu) mendengus kesal.

"Image bapak harus lebih dijaga dihadapan para siswa!" Ucap (Nama kamu) sedikit menyindir.

'Shit. Ni anak.' Batin Kiki kesal.

Tanpa aba aba, Kiki langsung menarik (Nama kamu) untuk keluar dari kelas itu. Yang ditarik pun hanya menghela napas dan pasrah dengan seretan abang biadabnya.

Kini mereka sudah berada diruangan Kiki.

"To the point deh. Gue gak mau lama lama disini." Ucap (Nama kamu) malas.

Kiki menatap sang adik tajam.

"Kenapa lo langsung nyelonong berangkat ke sekolah tanpa pamit sama bunda? Jawab gue!" Ucap Kiki setengah berteriak.

"Lo kira gue mau dijodoh jodohin sama anak om herry ha?!" (Nama kamu) membentak kesal kakak laki lakinya.

Kiki mengepalkan tangannya.

"Kalo lo gak mau, kenapa lo gak nolak (Nama kamu) Arabelle Candrana." Ucap Kiki sambil menahan emosi.

"Dengan kelakuan kekanak kanakan lo, bunda sedih (Nam)!" Sambung Kiki yang sudah tersulut emosi.

"LO TAU KAN, SERIBU KALI PUN GUE NOLAK PERJODOHAN ITU, KALIAN PASTI AKAN TETEP NOLAK PENOLAKAN GUE." Teriak (Nama kamu).

Air matanya menetes tanpa sang empu sadari.

Rasanya berat melihat sang adik menangis dihadapannya. Kiki merengkuh sang adik kedalam pelukannya.

"Sssttt.. Kita obrolin lagi sama Ayah dan Bunda yah? Kamu juga belum tau siapa lelaki itu kan?" Nada bicara Kiki mulai melunak.

"Siapa lelaki itu Ki?" Tanya (Nama kamu) sambil mendongakan kepalanya menatap sang kakak.

"Kamu yakin kalo kamu akan menolak laki laki itu?" Tanya Kiki meyakinkan.

"Sebutin dulu. Mana tau dia cogan yang aku tau hehe.."

Suasana mulai mencair.

"Cogan mulu kampret. Eh apa lo bilang tadi. Ki? Gue abang lo kalo lo lupa." Ketus Kiki kesal.

"Aishhh.. cepet siapa cowoknya bang!" Desak (Nama kamu) tak sabaran.

"Iqbaal. Iqbaal Arkana Leonarld. Kenapa? Gak jadi nolak?" Ketus Kiki masih agak kesal.

"WHAT?! BEBEB IBAAY AKOH BANG?!" Nada bicara (Nama kamu) mulai meninggi. Tepatnya ia berteriak kegirangan.

"Ah abang, bilang sama bunda adek mau kok. Adek mau kalo nikahnya dimajuin. Adek bersedia." Ucap (Nama kamu) berubah histeris.

Kiki menjauhkan telinganya dari suara cempreng sang adik.

'Budeg gue.' Batin Kiki

"Iye iye. Dasar mata cogan!" Cibir Kiki.

"Hehe.. maafin aku babang zheyeng." (Nama kamu) tercengir tanpa dosa.

"Lo gak mau ke kelas? Udah bel. Mana pelajaran gue! Masuk lo!" Perintah Kiki tegas.

Wajah (Nama kamu) memelas. Ia lupa dengan sesuatu yang seharusnya ia kerjakan malam tadi. PR.

"PR dari abang belum yah? Kok melas." Ujar Kiki tersenyum miring.

"Abanggg..." (Nama kamu) melasssss.

"Gak ada toleransi sayang."

Kiki menyeret adiknya untuk menuju kekelasnya. Masa bodo, dengan PR yang ia berikan kepada sang adik. Nyatanya, adiknya sangat malas. Dan...

"Maaf saya terlambat!"

Suara itu sukses membuat seluruh penghuni kelas diam mematung.

Satuu..
Dua...
Tiga..

"PRNYA SUDAH ADA DISAYA PAK!" Lapor Aldi.

"Kecuali (Nama kamu)." Sambung Aldi melapor.

"Kamu! Hormat menghadap tiang bendera sekarang!" Perintah Kiki tegas tanpa melirik sang adik.

"O--ok."

(Nama kamu) pasrah. Ia berjalan gontai kearah lapangan upacara. Namun langkahnya terhenti ketika ia mendapat sebuah ide yang melintas dipikirannya. Ia tersenyum miring.

"Pintu tetap dibuka. Dan Pak Iqbaal akan mengawasi hukuman kamu. Hukuman itu berlaku sampai istirahat pertama dimulai." Celetuk Kiki yang seolah olah dapat membaca pikirannya.

"Hapal banget sih. Untung babang!" Gerutunya kesal.

Kiki tersenyum miring melihat adiknya yang terpaksa menerima hukuman itu.

'Mampos kau hahaha. Selamat panas panasan adekku tercintaa hahahaha..' Batin Kiki tertawa jahat.

Seperti cenayang yang bisa membaca pikiran orang, itulah Kiki pada adiknya. Ia sudah terlalu hafal dengan kelakuan buruk sang adik perempuannya itu.

'Selamat PDKT sama Iqbaal.' Batin Kiki lagi.

"Ok kita lanjutkan dengan pelajaran selanjutnya!"

Suasana kelas pun kembali kepada keadaan semula.

"Sial." Gerutu (Nama kamu) yang jelas terdengar ditelinga Kiki.

~o0o~

Bersambung!

Follow insta : @ngwidiaa

MR. IQBAALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang