03 - The True Story

1.4K 312 86
                                    

Jeritan tertahan di mulut, menutup dengan kedua tangan saat iris orang itu melirik dengan tajam. Lorong yang sepi memantulkan suara dengan pelan, memberikan terror bagi pemilik kamar, mengatakan pada mereka untuk tidak keluar dari dalam kamar. Sinar lampu yang remang-remang membuat wajah itu tidak jelas.

Suara langkah kaki mendekat, menggema hingga membuat buluh kuduk berdiri, orang itu berdiri dan melanjutkan langkah kakinya. Petugas Jaga malam sedang memastikan jika tidak ada anak yang keluar dari dalam kamar.

"Tidak, suaranya berbeda." Bisik jaemin pelan, tenggorokannya sangat sakit tetapi ia harus mengatakan hal ini kepada jeno dan yang lain. Awalnya langkah kaki orang itu sama dengan yang di dengarnya menyeret pelajar malam itu tetapi ketika dia berjalan menjauh langkah itu tidak sama.

Setiap orang memiliki langkah familiar yang mudah di kenali karena hal tersebut merupakan kebiasaan yang tidak bisa di ubah dengan mudah. Seolah orang yang meneror tempat ini ada banyak, jaemin tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata yang sederhana; ada sesuatu yang salah.

Menelan ludah gugup, Haechan menatap lurus ke depan tidak mengalihkan dari sana. Tubuhnya bergetar menahan takut, "—dia tidak pergi, dia masih di lorong." Bisiknya, berharap pemilik pantofel mewah yang diam di depan kamar segera pergi dan tak mengganggu.

3 tahun Haechan menghabiskan waktunya di sekolah tanpa pernah melihat Peneror lorong asrama. Ia tidak mengalihkan pandangan barang sedetik, detakan jantung terdengar jelas sampai mungkin orang lain juga ikut mendengarnya.

Keringat dingin membasahi telapak tangan, jeno menelan ludah berulang kali untuk menghilangkan ketakutan saat ada sesuatu yang terdengar merangkak di dinding dengan ketukan sepatu yang senada. "Jaemin, apa itu suaranya?" Mendekatkan bibirnya ke telinga jaemin, berharap pada jawaban yang akan di lontarkan.

Menganggukan kepala, tetiba kepalanya terasa membesar dan udara menipis. Ketakutan memenuhi sekujur tubuh jaemin, rasa nyaman semakin menghantui ketika langkah kaki itu berhenti.

1

2

3

Plug.

Sebuah kepala jatuh ke lantai, pandangan mata kosong dengan darah mengalir dengan deras.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA—" teriak keempatnya,

Suara mereka berlomba-lomba, menjerit saat darah merembes kemana-mana.

••••••

Yang di ingat oleh Jaemin sebelum pingsan karena ketakutan adalah kedatangan seseorang yang senyuman creepy mengangkat dan mengamankan mereka. Iris gelapnya meneliti sekitar, menemukan ketiga teman barunya sudah duduk bersama orang yang mereka kenal.

"Kau sudah bangun?" Interupsi suara yang membuat jaemin mengalihkan tatapannya. Ia melihat YangYang tersenyum lega. Mencoba untuk duduk sekaligus bertanya tetapi yang telinga tangkap adalah Mark dan Haechan yang sedang di omeli oleh saudara mereka.

"Beruntunglah kalian berempat masih selamat, sudah kukatakan jangan pernah mencari tahu siapa sosok di lorong—kalian terlalu berani." Omel Johnny, semalam bersama ketua asrama dan penanggung jawab keamanan melakukan patroli singkat di lorong. Instingnya berteriak jika sesuatu yang buruk akan terjadi dan benar saja.

Johnny bersama dengan Yuta dan Doyoung menemukan genangan darah yang masuk ke dalam pintu kamar yang dipenuhi oleh teriakan. Saat pintu kamar di buka ia dan rekannya menemukan empat anak yang sekujur tubuhnya dipenuhi oleh darah.

1》I Can Hear Your Voice : Secret | Nomin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang