02 - Who?

1.5K 294 46
                                    

Mark bersama jeno dan Jaemin, mengikuti Fullsun dari belakang. Membujuknya tidak mudah apalagi anak itu sedikit menutup diri dari sekitar. Gerak-geriknya terlihat mencurigakan dan membuat yang lain sedikit mencurigainya. Sekolah akan dimulai 2 minggu lagi karena insiden menghilangnya salah satu pelajar. Penjagaan sedikit diperketat di sekitaran asrama berharap jika tidak ada lagi yang melanggar jam malam.

"Kita mau kemana? Bukankah ini sudah jauh dari asrama—aku takut jika penjaga menangkap kita dan melaporkan pada ketua asrama." Celetuk Mark, mereka melewati jalan setapak menuju tempat yang tidak diketahuinya. Beberapa kali melewati tempat ini tanpa melihatnya lebih jauh karena sedikit menakutkan sekitarannya.

Tap. Tap. Tap

Genggaman Jaemin pada kaus Jeno mengerat, telinganya mendengar suara langkah kaki dari orang yang sama lagi. Disekitar sini tetapi tidak ada siapapun selain mereka. Melirik sekitaran juga tidak akan menemukan apapun. "J-jeno aku mendengarnya lagi." Dengan susah payah Jaemin mengatakan hal tersebut, berharap sedikit menghilangkan perasaan cemas.

Fullsun menghentikan langkah kakinya, mereka sudah sampai di pondok tempat biasanya menghabiskan waktu. Menurunkan penutup kepalanya, Ia duduk sembari memperhatikan sekitar.

Sejak mendengar ucapan Jaemin, Jeno merasakan bulu kuduknya meremang-ketakutan yang tidak tahu berasal dari mana. Kenapa awal memasuki jenjang SMA terasa begitu berat? Mengapit tangan jaemin, membawa temannya untuk selalu dekat. Khawatir jika jaemin menghilang begitu saja. Membuka suara saja membuatnya takut. Takut jika sosok itu menyadari jika mereka mengetahui keberadaannya.

Mengambil tempat duduk dalam pondok, mark cukup terkejut melihat ada pondok tidak jauh dari asrama.

"Apa yang ingin kalian tanyakan?" Fullsun, nama aslinya adalah Seo Donghyuck tapi lebih dikenal dengan Haechan atau fullsun. Matanya menatap ketiga orang yang seusia dengannya itu.

"Dia mengikuti kita bukan? Jaemin mendengarnya." Ucapan Jeno membuat Haechan membeku seketika, sepasang netranya bergerak takut dan terlihat sangat gugup.

Suhu udara terasa dingin, menusuk kulit hingga sampai ke tulang. Langit tidak cerah sama sekali, awan gelap masih bertengger dengan manis diikuti hembusan angin yang samar terasa. Perlahan kabut naik dan menutupi sebagian tempat.

"—itu sebabnya kau membawa kami menjauh?" Mark berpindah tempat duduk disamping Jaemin, mengapitnya ditengah di antara dirinya dan jeno.

Menganggukan kepalanya, Haechan sering mendengar derap langkah kaki dan minta tolong. Ia bersitatap dengan korban, melihat sepasang netra yang berkabut dan ketakutan-menjulurkan tangan meminta bantuannya. Berulang kali mengatakan pada teman-temannya jika yang dilihatnya adalah manusia bukan hantu. Namun yang diterimanya adalah ejekan yang mengatakan bahwa ia aneh. "Itu bukan pekerjaan hantu tapi manusia, aku melihat sepasang kaki dengan pantofel mahal menyeret wanita itu."

Menelan ludah gugup, jaemin semakin yakin dengan apa yang didengarnya. Membisikan sesuatu ke telinga jeno agar menanyakan hal tersebut kepada Haechan. "—apa dia sering melewati lorong yang sama?" Tanya jeno, sepasang netranya bergerak panik ketika kabut semakin tebal.

"Bro—kau yakin disini aman tanpa dia?" Mark bertanya, sedikit gelisah karena kabut semakin tebal dan matanya tidak bisa menangkap apapun diluar pondok. Hanya ada lampu remang-remang di tengah pondok, alasan lainnya mungkin karena disini jarang di datangi sehingga tidak banyak fasilitas mendukung.

Menaikan alisnya, Haechan tidak akan berbohong jika disini adalah tempat yang mungkin tidak dijangkau oleh dia dan juga para jiwa yang berseru penuh dendam mungkin. "Disini aman hanya ada beberapa roh yang tersesat saja, mereka juga sama seperti kita mencari siapa orang itu." Menjadi Indigo sama sekali tidak menyenangkan, terkadang tidak bisa membedakan mana manusia mana yang bukan.

1》I Can Hear Your Voice : Secret | Nomin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang