14

834 170 29
                                    

Panas, jantungnya seperti terbakar. Pandangan mata Jeno perlahan menjadi kabur, dia tidak bisa melihat dengan jelas. Sesuatu mengalir dari wajahnya, mengalir dengan cukup deras dan membasahi pakaiannya. Penciumannya menjadi tumpul, tidak bisa menemukan aroma apapun. Jeno tersedak, batuk keras, dari dalam mulutnya keluar sesuatu yang berukuran besar. Dia mulai kesulitan bernafas, mulutnya terbuka lebar berusaha mengeluarkan sesuatu yang menutup tenggorokannya. Berulang kali, mengerjapkan mata untuk memperjelas penglihatannya, jeno mengusap wajahnya kasar.

"Je-jeno." Ucap Haechan ketakutan. Senternya mengarah pada Jeno yang bermandikan darahnya. Aroma besi begitu kental, menyengat dan membuat nafas orang lain sesak. Tangan haechan gemetar hebat, kekuatan dalam kakinya menghilang, dia terus menyenter ke arah jeno yang tak tampak lagi seperti manusia. Darah terus mengalir dari tubuhnya, urat-uratnya terlihat menghitam, tatapannya kosong, jiwanya seperti tidak berada di tempatnya.

Mark kebingungan, dia tidak tau harus melakukan apa. Suara-suara aneh masuk ke dalam telinganya tetapi dia tidak bisa menggerakkan sekujur tubuhnya karena ketakutan yang menguasai. Sama seperti Haechan, senter mark diarahkan kepada jeno, bibirnya sewarna darahnya, tatapannya kosong dan sangat menakutkan. "A-aku, jeno? Kau baik-baik saja?"

"Tidak bisa bernafas." Jawab jeno susah payah. "Uhuk uhuk uhuk." Darah kembali keluar dari tubuh Jeno, mengalir dengan deras, darah bergerak diantara ukiran aneh di lantai. Lilin lilin menyala, gemuruh guntur diluar terdengar sangat jelas. Pandangan mata Jeno menjadi kabur tetapi hanya butuh beberapa saat saja kesadarannya menghilang. Semua menjadi gelap.

Prang. Prang. Prang.

Entah kaca dimana yang pecah, suaranya terdengar sampai ke ruangan tempat mereka. Gerak api pada lilin bergerak acak, simbol yang terukir dilantai mulai berdenyut seperti hidup, seolah Mark dan yang lainnya berada dalam perut makhluk hidup.

Renjun dan Winwin bergerak panik, keduanya mengangkat tangan yang mulai transparan, kulit yang tidak pernah merasakan dingin mulai merasakannya. Rayapan dimulai dari ujung kaki, kesan dingin ini menakutkan. "MERUNDUK!" Raung Winwin dengan mata semerah darah.

Dari arah dinding kiri dan kanan muncul beberapa benda tajam yang dalam sekejap bisa memutus kepala. Wajah anak-anak pucat pasih, mereka tanpa sadar mengikuti petunjuk dari suara aneh. "Semua hati-hati." Seru Mark. Dia menarik tubuh Jeno, menepihkannya dengan tangan sedikit menguncang tubuh itu. Ditengah ketakutan, mark berusaha untuk bisa mengarahkan kelompok kecil ini.

Haechan dan Yangyang saling mencengkeram tangan, keduanya berbicara lewat mata, bertanya apa yang harus dilakukan.

•••

Jaemin menelan ludah gugup, tubuh jeno cukup berat sehingga dia mengalami kesulitan untuk mengeluarkan Tubuh itu dari lift barang. Bersama dengan telinga yang berusaha menangkap suara yang mendekat. Nafasnya terdengar berat, bohong jika saat ini ketakutan tidak barada ditempat pertama. Mereka berdua harus segera mengakhiri omong kosong ini, Jaemin masih ingin hidup dan merasakan banyak hal.

Tangannya menepuk pelan pipi jeno, tidak ada nafas, pria itu seperti mati. "Ayolah jen, jangan seperti ini. Bangun kumohon." Suara jaemin terdengar seperti rintihan dengan keputusasaan yang kentara. Gemerisik yang terdengar masih jauh, waktu yang mereka miliki kurang lebih dua jam. Suara yang mengarahkannya mengatakan dengan jelas, sebelum matahari terbit taruhan harus segera diakhiri.

Mata Jungwoo menyipit tajam sebelum akhirnya membuang muka kearah lain. Dia tidak bisa melihat anak itu, tidak ada kesempatan bagi jeno. Sudah terlambat untuknya, persembahan darah telah diberikan, Jeno sudah ditandai oleh Mereka. Tidak ada yang bisa menang. "Mungkin masih ada kesempatan." Bisiknya pelan. Dia menggelengkan kepala pelan saat ini lebih baik fokus menemukan tubuh Renjun.

1》I Can Hear Your Voice : Secret | Nomin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang