Start

4.6K 398 17
                                    

Awan sedikit gelap diatas sana, menutupi matahari hingga dia tak bisa membagi sinarnya ke bumi. Burung-burung bersuka dengan siulan yang bagaikan lagu merdu. Jeno menatap lurus keluar sembari menarik seulas senyuman kecil di wajahnya. Memperhatikan bagaimana hewan-hewan bisa terbang bebas disana dan tak perlu bersusah payah untuk melakukan sesuatu.

"Barangmu tidak ada lagi yang tertinggalkan jen?" Tanya Wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang hampir mencapai 50 tahun. Si cantik di dalam keluarga Lee-ibu dari Lee Jeno dan Lee Sehun, Tiffany Lee.

Menggelengkan kepalanya, jeno tersenyum hingga sepasang netranya tenggelam dibalik kelopak mata yang membentuk bulan sabit. "Sudah semua Umma, nanti kalau ada yang tertinggal nanti kutelepon." Tahun ini adalah awal tahun di SMA. Bersusah payah untuk masui disalah satu sekolah favorit di Jeonju. Lokasinya memang jauh dari perkotaan dan cenderung terisolasi dari dunia luar tetapi hal itu yang membuat semangat jeno menggebu-gebu.

"Baiklah. Rasanya baru kemarin kau masuk SMP dan Sekarang sudah mau masuk SMA." Keluh Nyonya Lee, membuat Tuan Lee terkekeh pelan. Istrinya sering mengatakan hal tersebut ketika mengeluhkan anak-anak yang mulai sibuk dengan dunianya masing-masing.

Perlahan rintik jatuh ke bumi, membasahi secara perlahan hingga mengenang dan membentuk kubangan air. Mobil berhenti tepat di lampu merah, jeno menurunkan kaca dan mengeluarkan tangannya, menampung cairan bening itu dan memainkannya.

Ia melirik ke arah mobil seberang, melihat seorang anak lain tengah memainkan air hujan dengan senyuman di wajahnya. Tatapan jeno tertuju seolah tidak bisa mengalihkan pandangan. Matanya memperhatikan dengan seksama tidak melepaskan pandangan dari sana.

"Hey, apa kau suka Hujan?" Ungkapan kalimat yang secara spontan keluar dari celah bibir jeno. Bertanya pada anak dengan surai gelap dan senyuman indah diwajahnya.

Kerjapan mata penuh kebingungan sebelum seulas senyuman terbentuk. Anak itu menganggukan kepalanya, menuliskan sesuatu pada kaca yang basah. 'Aku sangat suka hujan, bagaimana denganmu?'

"Tidak terlalu suka jika dibandingkan dengan musim gugur." Nyonya Lee mendengarkan percakapan anaknya dengan anak di mobil sebelah. Ia tidak perlu khawatir melihat bagaimana anak itu bisa mencari teman dengan mudah. Hanya saja, Kenapa ia tidak mendengar suara anak itu?

Lengkungan bibir terlihat sedih karena jawaban jeno, anak itu mengambil kertas dan menuliskan sesuatu disana lalu menunjukannya pada jeno. 'Hujan itu harus kau sukai,'

Menggelengkan kepala dengan senyuman, "Tidak. Aku tidak ingin menyukai hujan sebanyak aku menyukai musim Gugur." Jawab jeno, bertanya-tanya dalam hati mengapa anak itu memilih menulis daripada berbicara secara langsung. Apa ada yang salah dengannya?

'Payah.'

"Hehehehe-siapa namamu?"

Anak itu kembali menuliskan sesuatu di kertas miliknya dengan senyuman lebar. 'Na Jaemin, lalu siapa namamu?'

"Jeno, Lee Jeno."


••••


Mobil memasuki parkiran asrama, matanya tidak berhenti menatap kagum bangunan yang terkesan kuno namun mewah. Secara keseluruhan semua sangat luar biasa. Matanya memperhatikan sekitar lalu kerutan menghinggapi wajahnya. "Umma, kenapa asramaku berbeda dengan asrama sebelah?"

Nyonya lee merangkul pundak anaknya, memperhatikan bangunan-bangunan itu. "Umma juga tidak mengerti, Kenapa bisa berbeda. Nanti kita tanya ya, sebentar lagi anak teman Umma akan datang membantu kita." Tuan Lee bersama anak sulungnya mengeluarkan barang-barang milik Lee bungsu. Mereka tidak mendengarkan percakapan dari Nyonya Lee dan jeno.

1》I Can Hear Your Voice : Secret | Nomin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang