05 - Seeker

1.1K 259 65
                                    

Sesuai dengan rencana, Jaemin bersama dengan teman-temannya akan mulai mencari keberadaan anak yang hilang. Melakukan hal ini memiliki resikonya sendiri. Warna langit berganti dengan cepat menjadi malam yang gelap—lorong begitu sepi seperti biasanya, lampu remang-remang menyinari seadanya.

Bunyi jam besar membuat Jaemin bersiap-siap, mengenakan pakaian olahraga berwarna hitam, sepatu yang di ikat dengan kencang. Kali ini bersama dengan YangYang untuk keluar dari kamar.

Tok. Tok. Tok. Tok.

"Ayo pergi," ajak jaemin, sinar senter dari luar kamar meyakinkan jika itu adalah jeno dan mark—Yangyang sejak tadi meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja.

Berulang kali menghembuskan nafasnya panjang, Jaemin membuka pintu kamar melihat Jeno dan mark yang menggunakan pakaian serba hitam; kelompok kecil ini seperti mau pergi melayat saja.

"Ayo—ke kamar Fullsun." Ajak jeno, tangannya menarik Jaemin untuk terus berada dalam jangkauan sedang mark berada paling belakang menjaga YangYang. Hampir tidak terdengar suara dari langkah mereka.

Berhati-hati agar tidak menimbulkan bunyi sekecil apapun.

Semakin jauh melangkahkan kaki, Mark menyadari ada hal aneh. Guci-guci seukuran manusia menghiasi lorong menuju kamar paling ujung. Berbeda dengan lorong kamar mereka yang bersih dari guci.

Sregh. Sregh.

Terdengar bunyi seretan dari ujung lorong, membuat langkah mereka terhenti.

"Bersembunyi." Bisik YangYang, yang masih bisa didengarkan oleh ketiga temannya. Bersusah payah menyelipkan tubuh di antara Guci besar. Berharap tidak bertemu dengan dia.

Bunyi seretan dan gesekan semakin terdengar, langkah kaki yang familiar masuk ke dalam telinga Jaemin, detakan jantung berpacu dengan cepat. Jaemin merapatkan diri di dinding dengan mata terpejam erat—jeno yang berada berseberangan dengannya menatap lurus menenangkan melalui tatapannya.

Tap. Tap. Tap.

Berusaha memejamkan mata seerat mungkin, namun rasa ingin melihat membuat mereka berempat membuka mata dengan lebar. Tangan menutup mulut dengan sangat erat.

Tubuh jangkung, jubah hitam yang menutup setelan hitam di dalamnya, tudung menutup sebagian wajah, sepatu mahal yang mengkilap dan tangan yang memegang sebuah tongkat; berjalan dengan tegas melewati guci-guci besar tanpa melirik sedikit pun.

Aroma busuk menyeruak saat sosok jangkung itu melewati, membuat keempatnya harus menahan diri sebaik mungkin.

Sekilas, namun mereka bisa melihat sepasang netra yang bersinar dalam gelap. Tidak terlihat hidup seperti manusia namun memancarkan aura penuh ancaman.

Langkahnya semakin menjauh, seolah tidak ada yang menarik perhatiannya selain terus melangkahkan kaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkahnya semakin menjauh, seolah tidak ada yang menarik perhatiannya selain terus melangkahkan kaki.

Yang sejak tadi memantau keempat anak itu adalah Yuta, seulas senyuman tipis terpasang di wajahnya yang sedikit tertutup rambut gondrongnya. Anak-anak itu berhasil melewati si pencari-sosok yang menyeret dan membawa anak-anak pergi dengan bersembunyi di balik guci; yang konon katanya tersimpan abu pembakaran orang suci. Aroma khas dari dalam guci menyamarkan aroma tubuh manusia.

1》I Can Hear Your Voice : Secret | Nomin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang