"kamu adalah pilihan yang seringkali kuragui untuk kumiliki."
Vote dulu sebelum scroll kebawah!
---
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Kini Cara, Vika, Dara dan juga Sisil sedang berdiri diparkiran sekolah.
"Lo bertiga deluan aja, gue bisa tungguin tuh orang sendiri." Ujar Cara melihat ketiga temannya yang kini sudah kepanasan akibat terkena sinar matahari.
"Gue nunggu Raka, hari ini katanya biar gue balik sama dia aja." Ucap Vika sambil mengipas dirinya mengunakan buku tulis.
"Kita berdua tungguin kalian juga, sekalian cuci mata liat cogan lewat." Ucap Dara diangguki Sisil.
Cara mengangguk.
"Wah, ketua OSIS kita ganteng juga ternyata." Pekik Dara melihat Gio, ketua OSIS SMA GEONATRI yang berjalan melewati mereka.
"Itu juga. Eh tapi kelas sepuluh," Celutuk Sisil sambil melihat-lihat siswa-siswi mereka yang lewati mereka. Tempat mereka berdiri sekarang adalah tempat strategis untuk melihat apa saja.
Saat temannya sibuk berceloteh, Cara melihat beberapa siswa kelas IPA 2 sudah berada dilantai satu, sebagian menuju lapangan dan sebagian ke arah parkiran. Dia menghela nafas ketika menemukan Vallen, kedua temannya, Shaka dan juga Raka yang berjalan dibelakang mereka.
Raka dengan senyum sumringah langsung berlari menghampiri Vika. "Maaf ya nunggu lama." Ucapnya dengan nafas ngos-ngosan.
Vika mengangguk sambil mengeluarkan tisu dari kantongnya yang kemudian digunakannya untuk mengelap keringat diwajah Raka. Dara dan Sisil yang melihat itu mendengkus kecil, "Woy jangan depan kita napa, pamer amat lo berdua!" Seru Dara protes.
Belum sempat Vika membalas, suara Vallen tiba-tiba mengangetkan Cara. "Lo mau ikut gue atau sendiri aja?" Tanya Vallen.
"Gue sendiri aja. Lo kasih tau alamatnya aja." Jawabnya melihat Shaka yang kini sudah menaiki motor Vespanya dan berjalan menjauhi parkiran.
"Lo naik apa?" Tanya Ghani dibelakang Vallen.
"Gojek. Nanti gue ikutin lo dibelakang." Jawabnya singkat.
"Lo ikut gue, boncengan sama gue." Titahnya tegas.
Cara melebarkan matanya, "Apaan ga–"
"Ya udah sih Car, dari pada lo cari gojek lagi. Lo juga cuma berdua sama Vallen kan?" Tanya Dara yang diangguki Vallen.
"Tap–" ucapnya kembali terpotong karena tangannya sudah ditarik oleh Vallen.
"Naik. Jangan ribet deh." Ucapnya. Cara mendengkus namun tak urung naik dimotor besar milik Vallen.
Ketiga temannya cekikikan, "Bye-bye Cara!" Seru ketiganya lalu tertawa.
"Gue deluan ya." Ucap Vika lalu menarik tangan Raka menuju mobil Raka.
"Gue sama Dara deluan. Hati-hati lo bawa temen gue." Ujar Sisil pada Vallen kemudian berjalan keluar gerbang sekolah.
Melihat teman-temannya sudah tidak berada diparkiran, Cara dan ketiga orang itu terdiam sebentar.
"Ren, gitarnya." Ucap Vallen meminta gitar yang minggu lalu dirusak oleh Cara. Tidak terlalu banyak namun tetap harus diperbaiki.
Rendi pun dengan sigap memberikannya pada Vallen yang kemudian diberikan lagi pada Cara. "Nih pegang. Awas jatoh atau rusak lagi." Ucapnya pada Cara yang sedang meletakan gitar itu ditengah-tengah dirinya dan Vallen.
Ghani dan Rendi yang melihat itu tertawa terbahak-bahak, Cara seakan membuat penghalang dirinya dan Vallen. Vallen tak peduli, setelah memastikan Cara duduk dengan benar dirinya langsung menyalakan motor.
"Gue deluan." Ucapnya pada Ghani dan Rendi.
"Yo! Hati-hati lo berdua." Ucap Ghani.
Vallen pun mengendarai motornya menjauhi area sekolah bersama Cara dibelakangnya.
Ghani yang melihat punggung temannya itu sudah tak terlihat, "kok mereka keliatan lucu ya?" Gumannya lalu ikut menyusul pada Rendi yang sudah siap diatas motornya.
***
Motor yang dikendarai oleh Vallen berhenti dipinggir jalan yang belum jauh dari sekolah. Cara tersentak kaget, lalu menyirit ketika Vallen menyuruhnya turun. Ini gue diturunin dipinggir jalan nih?! Batinnya. Namun belum sempat dia protes, Vallen juga memarkirkan motornya didepan sebuah toko.
Cara menghampirinya, "Kita ken–"
"Tunggu disini jangan kemana-mana." Ujar Vallen langsung melengos pergi memasuki toko yang Cara lihat sebagai toko perlengkapan motor.
"Emang motornya kenapa?" Gumannya pada dirinya sendiri. Memilih tak acuh, Cara meletakan gitar Vallen disamping motor dan mengeluarkan ponsel untuk mengabari ibunya kalau akan pulang telat.
Setelah selesai mengabari ibunya, dirinya kemudian melempar pandang pada jalanan yang dipenuhi orang yang berlalu lalang. Seketika dirinya teringat ketika pulang sekolah tadi Shaka sama sekali tak meliriknya. Bohong jika dia tidak merasa sakit, namun alih-alih menangis dan murung dirinya malah tersenyum miris.
"Nih, pake yang bener." Tiba-tiba suara Vallen menyentaknya sambil memberikan sebuah helm bermotif girly pada Cara.
Cara menyirit heran, "Pake. Nanti ditilang polisi, tempat gue benerin gitarnya agak jauh." Ujar Vallen kemudian berlalu menuju motornya.
Cara tak banyak protes, dirinya memasang helm itu dikepalanya lalu berjalan menaiki motor Vallen.
Mereka pun berlalu melanjutkan perjalanan. Perjalanan mereka diisi dengan keheningan, tak ada yang bersuara sejak tadi.
"Kalau lo takut jatuh pegang aja tas gue, gapapa." Ujar Vallen yang langsung dibalas pegangan Cara pada tasnya dengan cepat karena sejak tadi takut terjatuh akibat motor besar Vallen.
***
Setelah memperbaiki gitar Vallen yang harus ditinggal tiga hari ditempat langganan gitar Vallen akhirnya mereka berjalan pulang menuju rumah Cara.
Masih sama seperti tadi, tak ada yang bersuara. Keduanya larut pada pemandangan sore hari dijalan raya sambil menikmati angin yang menerpa keduanya. Perlahan senyum diwajah Vallen terukir ketika melihat Cara yang tampak menikmati perjalanan sore mereka. Setidaknya Vallen merasa Cara tidak menyebalkan.
Setelah sampai didepan rumahnya, Cara langsung turun dari motor Vallen dan melepaskan helmnya.
"Makasih udah nganterin gue pulang." Ucapnya datar.
"Hm, makasih juga lo mau tanggung jawab soal gitar gue."
"Nih." Ujar Cara sambil memberikan helmnya pada Vallen.
Vallen menyirit, "itu buat lo. Gue pulang dulu." Ucapnya membiarkan tangan Cara yang memegang helm mengambang diudara lalu menyalakan motor melaju membelah jalan.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Carastya
Teen Fiction• LEADER WOMEN SERIES 2 • Kehidupan seorang Cara dinilai berjalan lurus dan penuh keberuntungan. Kehidupan mewah dengan keluarga harmonis dan disukai banyak orang. Cara yang bersifat angkuh dan seenaknya mencetus orang sebagai targetnya membuatnya t...