Follow dulu baru baca.
Jangan lupa vote dan komen!!---
Ketiga gadis itu menatap Cara serius, gadis itu sedari tadi hanya duduk di sofa ruang tamu tanpa sedikitpun mengeluarkan suara. Vika, Dara dan juga Sisil sepakat untuk mendatangi rumah Cara semenjak gadis itu bolos sekolah siang tadi.
Frisca—Ibu Cara sedari tadi menatap anak satu-satunya itu menghela nafas pelan. Dirinya kemudian berjalan menghampiri Cara dan teman-temannya.
Menyadari keberadaan Frisca, ketiga gadis itu segera menyingkir memberi tempat.
"Cara, temen-temen mu udah ada disini." Ucap Frisca lembut menatap anaknya itu.Tatapan gadis itu memahat manik ibunya lama, kemudian airmatanya jatuh perlahan. "Shaka udah berubah bun," lirihnya pelan.
Vika, Dara dan juga Sisil menghela nafas lega ketiga sahabat nya satu itu mengeluarkan suara, begitu juga dengan Frisca yang langsung merengkuh tubuh anaknya.
Frisca tersenyum tenang, "Semua orang pasti berubah. Kamu jangan bengong lagi, kasihan Sisil sama yang lainnya nunggu kamu ngomong tapi nggak ditangepin." Ujarnya melepaskan rengkuhan.
"Bunda ada perlu di luar sama tante Ratna buat tunangan Nadha. Kamu dirumah aja mainnya," Cara hanya mengangguk kecil, selintas ingatannya melayang pada Nadha—sepupunya yang akan mengadakan tunangan dengan keluarga Pradipta.
"Wah, Nadha sepupunya Cara yang dingin itu ya tante?" Tanya Dara dengan mata berbinar sementara Frisca hanya tersenyum setelah mengiyakan.
"Yaudah, tante keluar dulu. Kalian temani Cara disini." Ujar Frisca yang diangguki ketiganya.
***
"Gue udah pikirin semuanya, eksekusi semua target Dilions di mulai besok." Ujar Cara menatap teman-temannya.
Sisil menyahut deluan, "Apa rencana lo?"
Seketika ruang kamar milik Cara hening, satu persatu dari mereka diam mendengarkan apa yang dijelaskan dari Leader Dilions itu. Vika yang sedari tadi diam mendengarkan menyahut, "Lo yakin?"
Bola mata hitam pekat itu menajam kemudian dengan tegas mengiyakan pertanyaan tersebut.
***
Pukul 6.45
Diruang belakang ekstrakurikuler dancer yang disebut basecamp Dilions yang memang disediakan oleh sekolah karena untuk keperluan itu, kini ditempati oleh keempat gadis yang menginjak kelas duabelas di SMA GEONATRI.
Cara, gadis yang selalu bercepol tinggi itu kini membiarkan surai hitamnya tergerai indah bersama kalung berbandul mutiara kecil yang tampak indah di leher jenjangnya.
"Target pertama kita itu lima anak baru esktrakulikuler, Shaka dan Vallen. Nanti kalau semua siswa udah pada banyak kita bisa langsung serang target pertama." Jelas Vika serius.
"Kebetulan guru hari ini ada rapat kenaikan semester jadi gak ada yang awasin siswa." Imbuh Dara semangat.
Sisil dan Vika berhigh-five senang diikuti oleh senyum kecil Cara. "Lo cantik hari ini Car, gue harap ini awal lembaran baru hidup lo." Ucap Sisil tiba-tiba membuat Vika dan Dara langsung menatap Cara.
"Gilaaa, kalungnya dari siapa tuh?" Seru Vika menatap objek dileher Cara.
"Bukan siapa-siapa," jawabnya acuh seraya mengambil tasnya, "Misi dimulai jam istirahat, gue deluan." Ujarnya kemudian berlalu meninggalkan teman-temannya.
Begitu mendengar bel masuk setelah ucapan Cara, ketiga gadis itu langsung menghambur mencari tas mereka masing-masing kemudian mengejar Cara yang sudah berjalan jauh didepan.
Cara yang melihat tingkah konyol ketiga sahabatnya hanya terkekeh kecil seraya memperlambat langkahnya sampai ketiga gadis itu berada tepat di sampingnya.
"Woii, pelan-pelan jalannya. Gue ngos-ngosan ini." Seru Sisil sambil menarik ujung tas teman-temannya.
Akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti sejenak untuk duduk di kursi yang terletak didepan kelas duabelas–IPA 1.
"Eh, gue sama Dara ke kantin dulu beli minum. Kalian berdua tunggu sini aja, jangan tinggalin kita berdua." Ujar Sisil sambil menarik tangan Dara hingga gadis itu terjungkang sampai berdiri.
"Yaudah, beliin kita berdua juga. Minuman botol biasa aja dua." Ujar Vika sambil merongoh sakunya kemudian mengeluarkan beberapa obat uang dan memberikannya pada Sisil.
"Okeh!" Seru keduanya kemudian berlalu meninggalkan Cara dan Vika.
Seakan sadar dimana tempat mereka duduk sekarang, Vika menoleh pada Cara yang kini memejamkan matanya. "Car, ini kan kelasnya si—" ucapnya tiba-tiba terpotong ketika melihat seseorang sudah berdiri tepat didepan Cara.
"Cara." Panggilnya
"David." Lirih Vika melanjutkan ucapannya.
Cara membuka matanya kemudian secepatnya menegakkan tubuh menatap David yang terlihat didekatnya. Dirinya menatap –entah tatapan apa– pada David yang dibalas tatapan sendu laki-laki itu.
"Kenapa lo gak kasih tau gue?" Tanya Cara dingin yang membuat Vika seketika menoleh menatap kedua orang itu aneh.
"Gue gak ma—" ucap David terpotong ketika mendengar nada sarkas dalam ucapan gadis didepannya ini, "Lo tau kejadian itu David dan seharusnya lo kasih tau gue semuanya dari awal." Desisnya tajam.
"Gue harap lo jauh-jauh dari gue mulai sekarang."
Brukk
David langsung mendekap erat Cara ketika mendengar ucapan yang terlontar dari mulut gadis itu. Sedangkan Vika yang sedari tadi menatap terus kedua orang itu langsung terkejut namun tak lama berpekik senang, secara dia adalah orang yang nge-ship Cara dan David.
"Maaf. Maaf. Maaf." Guman David ditelinga Cara namun tak membuat gadis itu berkutik, "Lo tetap jadi best part in my life, Carastya! Please don't leave me." Ujarnya lagi berbisik di telinga Cara.
Cara masih tak kunjung bergerak maupun membalas dekapan erat David, namun tak beberapa lama matanya sudah berkaca-kaca dan langsung mendorong tubuh David menjauh. Setelah terlepas, sekali lagi dia menatap pria dingin itu tajam, "You know what you should do it, David!" Ucapnya lalu menyeret Vika agar segera pergi.
Setelah sudah berada didepan kelasnya, tanpa aba-aba dia langsung membuka pintu tersebut tanpa memperdulikan kelasnya yang mungkin sedang melangsungkan pelajaran.
Belum sempat diri nya duduk dikursinya, sebuah suara mengintruksi membuat dirinya menghentikan gerakannya, "Dari mana saja kamu Carastya, kalian berdua sudah telat 15 menit yang lalu." Ucapnya seorang–yang diyakini Cara adalah suara Pak Deden-guru sejarahnya.
Cara berbalik menghadap Pak Deden namun sebelum itu dia melihat Vallen dan Rendi sedang berada tepat disamping pintu yang sama sekali tidak dia sadari keberadaan nya.
"Maaf pak, kami tadi sedang berada di basecamp Dilions untuk latihan lomba bulan depan nanti." Ujarnya beralasan menampilkan wajah bersalah.
***
Vallen dan Rendi yang telah diseret oleh Pak Deden karena melakukan keributan kini tengah berada didalam ruangan kelas IPS-2 yang diyakininya sebagai habitat seorang gadis angkuh bernama Carastya.
Vallen menatap Cara yang tampak tenang menjawab–lebih tepatnya memberi alasan– sebab terlambat masuk kedalam kelas dengan tampilan yang berbeda.
Rambut panjangnya dibiarkan terurai kini terlihat berbeda dengan khas cepolan dari gadis angkuh itu di hari-hari biasanya. Dan jangan lupakan riasan tipis yang digunakan gadis itu yang membuatnya terlihat can—, shit!
Ingat Vallen, dia gadis angkuh itu! Batinnya kemudian menatap tajam gadis itu.
"Yasudah silahkan duduk." What the?! Apa-apaan ini! Vallen menghembuskan nafas kesal ketika mendengar jawaban dari guru sejarah itu. Mengapa Cara sama sekali tidak mendapatkan hukuman atau teguran?!
"Terimakasih pak," Ucap Cara kemudian tersenyum mengejek pada Vallen.
TBC.

KAMU SEDANG MEMBACA
Carastya
Jugendliteratur• LEADER WOMEN SERIES 2 • Kehidupan seorang Cara dinilai berjalan lurus dan penuh keberuntungan. Kehidupan mewah dengan keluarga harmonis dan disukai banyak orang. Cara yang bersifat angkuh dan seenaknya mencetus orang sebagai targetnya membuatnya t...