Vote dulu baru scroll kebawah!
---
Kedatangan gadis bersurai panjang itu disambut oleh kedua orangtuanya. Gaya anggun dengan wajah innocent akan membuat orang-orang enggan melepas pandang kearahnya. Kaki jenjangnya membawa arah mendatangi mobil ayahnya yang terparkir rapi di parkiran bandara.Mereka akhirnya pun menaiki mobil dan menuju ketempat tujuan, "Gimana di sana?" Tanya ibunya dengan raut senang karena mendapati anaknya bersamanya.
"No bad, but i miss someone here." Jawabnya mengulas senyum. "Aku sekolah di GEONATRI kan, Bu?" Tanyanya kini menatap keluar jendela.
"Apapun untukmu." Jawab ibunya.
"Hi, Shaka dan Cara. Semoga menikmati kejutannya." Batinnya.
***
Ketiga gadis berparas cantik itu sedang duduk sambil berbincang serius diselingi pekerjaannya masing-masing. Cara tampak membolak-balikkan kertas didepannya. Mata tajamnya sedari tadi memperhatikan tulisan dikertas itu satu persatu.
"Sil, mereka belum dapet tandatangan lo. Mereka gak minta?" Tanyanya saat memeriksa kertas tandatangan anggota OSIS sebagai bentuk hukuman dari target mereka.
Sisil yang sibuk dengan laptop didepannya menoleh kemudian mengangkat alis sebelah, "Siapa?" Tanyanya.
"Anak dancer palingan," Sahut Dara menatap film drakor dilaptopnya.
Sisil menghela nafas, "Gak ada yang datang ke gue, padahal kan gue juga OSIS."
Cara mengedikan bahu, tak peduli.
"Takut kali, Sil." Ucap Dara
Ruangan kembali hening, mereka masih sibuk dengan urusannya masing-masing. Namun tiba-tiba,
BRAKK!!
Pintu ruangan yang mereka sebut sebagai basecamp itu didobrak keras dari luar, mereka menoleh melihat pelaku yang nampak ngos-ngosan didepan sana.
"Cara! Shaka berantem sama Vallen?!" Pekiknya menatap cemas kepada teman-temannya yang nampak keget.
Kertas yang dipegang Cara terjatuh diikuti raut panik yang nampak kentara. Dia langsung beranjak mengambil jaket dikursi kemudian berlalu keluar ruangan dancer diikuti oleh ketiga temannya.
Tak ada suara yang keluar dari mulutnya karena sibuk mempercepat langkah.
Dara yang tepat dibelakangnya menoleh kesal pada Vika, "Lo abis darimana tadi, beli jajan kok lama banget." Ucapnya.
"Gue tadi emang dari kantin, tapi dijalan ketemu Raka. Ya lo tau lah dia manja banget." Ucapnya sambil meringis kecil.
"Udah diem lo pada, itu kenapa Shaka bisa berantem sama Vallen?" Tanya Sisil jengah.
Vika langsung menoleh pada Sisil. Bola matanya membesar ketika melihat Cara sudah hilang dari langkah mereka.
"Car–Cara, berhentiin dia. Please." Ucapnya dengan raut panik.
Dara menyirit bingung, "Udah nyampe kali, kenapa?" Tanyanya santai
"Dia dateng dan gue jamin Cara gak bakal baik." Ucapnya kemudian berlari meninggalkan Dara dan Sisil yang terus meneriaki namanya dibelakang.
***
Cara mempercepat langkahnya ketika melihat kerumunan didepan kelas duabelas IPA 2. Ketika sampai dia menghela nafas lega seraya mencoba menerobos masuk kedalam kerumunan itu. Matanya membelakak lebar saat menemukan Shaka dan Vallen saling memukul satu sama lain yang disoraki oleh siswa-siswi lainnya
"GUE GAK SUKA CARA LO ANJING!!" Cara membatu. Mendengar suara berat itu berteriak marah dengan sekujur wajah yang memerah dan bibir yang berdarah.
"GUE GAK ADA URUSAN SAMA LO!!" Sahut Vallen sambil melayangkan tinju pada wajah Shaka terus menerus.
Shaka membalas pukulan diperut Vallen kuat hingga cowok itu termundur jauh. Dia meludah kesembarang arah kemudian menoleh pada Vallen,
"Urusan dia urusan gue juga, lo gak usah mimpi bisa nyentuh dia!" Ucapnya dingin sambil menunjuk pada gadis yang kini tertunduk menahan tangis.Cara mengikuti arah tunjuk Shaka, gadis bersurai hitam yang terikat rapi. Anak baru, itu kesan pertama Cara saat melihat kedua tangan gadis itu memegang seragam sekolah dan baju olahraga SKA GEONATRI. Gadis itu sepertinya menangis karena ketakutan.
Hati Cara mencelus begitu melihat Shaka yang menarik tangan gadis itu dan menyeret agar mendekatinya. "Mulai sekarang kalau sampai lo berani nyentuh dia, abis lo!" Ucapnya penuh sarkas.
Cara melihat reaksi gadis itu. Terlihat aneh karena gadis itu tersenyum lalu kembali menunduk dengan wajah sedih. Ketika gadis itu mengangkat kepalanya, Cara seakan terlempar sejauh mungkin.
Nafasnya tercekat ketika manik coklat pekat itu menatapnya. Geraman tak suka itu menyeruak dan gertakan gigi untuk mengeras ketika melihat gadis itu melemparkan senyum kepadanya.
Gadis itu, Hana Ayunda.
"Brengsek!!" Ucap Vallen kembali melayangkan tinju bertubi-tubi pada wajah Shaka sampai hidungnya ikut berdarah.
Melihat kondisi semakin buruk dan tak adanya satu guru pun yang melihat aksi itu membuat Cara semakin tak tahan.
"VALLEN CUKUP!! BERHENTI!" Teriaknya. Raut khawatir dan takut sudah berubah menjadi raut marah.
Hening.
Semua orang menoleh padanya dengan tatapan berbagai macam. Vika, Dara dan Sisil yang sudah mendekat pada kerumunan itu mendadak berhenti.
Vallen berhenti memukul wajah Shaka kemudian berbalik menatap tajam gadis dibelakangnya. Dia mendekat menghapus jarak diantara keduanya, "Apa?" Tanyanya dengan nafas memburu. "Lo, jangan ikut campur urusan gue." Tunjuknya pada Cara kemudian berbalik menatap Shaka marah.
Nafas Cara tercekat, dirinya menoleh pada Ghani dan Rendi yang nampak santai memperhatikan temannya sedang beradu jotos. Cara memperlihatkan wajah meminta tolong seraya mendekati Ghani dan Rendi.
"Lo gak usah cemas, itu urusan Vallen." Ucap Rendi menyorot Cara seakan maklum dengan kelakuan temannya.
Cara geram sendiri. Kemudian dengan sorot tajam menghampiri kedua orang tersebut, dirinya langsung menarik kuat lengan Vallen yang menduduki Shaka yang terbaring hingga berdiri
"Udah! Lo gak usah sok jagoan!" Ucapnya lalu menyeret sekuat tenaga Vallen keluar dari kerumunan itu.
Dari ekor matanya dia sempat melihat Shaka yang dibantu berdiri oleh Raka dan Hana kemudian tatapan bingung dari beberapa siswa.
"Lo apa-apaan, Hah?!" Ucap Vallen seraya menghempaskan tangan cara dilengannya kasar. "Gak usah campurin urusan gue Cara!" Ucapnya dengan nafas memburu.
Belum sempat Cara menjawab, suara teriakan mengalihkan perhatiannya.
"CARA!"
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Carastya
Novela Juvenil• LEADER WOMEN SERIES 2 • Kehidupan seorang Cara dinilai berjalan lurus dan penuh keberuntungan. Kehidupan mewah dengan keluarga harmonis dan disukai banyak orang. Cara yang bersifat angkuh dan seenaknya mencetus orang sebagai targetnya membuatnya t...