VOTE DULU BARU DI SCROLL KE BAWAH. BURU!!
JANGAN LUPA KOMEN YAAA!!!---
"CARA!!"
Suara teriakan itu menghentikan ucapan Cara, dirinya menoleh ke asal suara dan menemukan Vika, Dara dan Sisil yang terlihat khawatir.
Mereka bertiga menghampirinya.
"Lo gak papa?" Tanya Vika cemas.
"Gue gapapa. Gue pergi dulu." Ucapnya dingin kemudian menarik lengan Vallen kembali menjauhi ketiga temannya.
Dirinya terus menarik Vallen, mengabaikan protes dari laki-laki tersebut yang menyorotnya tajam hingga sampai diruangan UKS.
"Obatin dia." Titahnya pada petugas UKS ketika berhasil memaksa Vallen agar ikut masuk.
"I–iya kak." Ucap laki-laki tersebut kemudian berlalu mengambil kotak obat.
"Lo apa-apaan, hah?! Lo gak perlu ikut campur urusan gue!!" Cerca Vallen pada gadis didepannya.
Sementara Cara hanya diam memperhatikan Vallen, "Lo berdarah." Ucapnya datar.
Petugas UKS itu datang sambil membawa kotak P3K ditangannya lalu mendekat pada Vallen.
"Mulai sekarang,lo target Dilions." Bisik Cara mendekat pada telinga Vallen kemudian berlalu keluar ruangan meninggalkan keheningan Vallen dan raut takut petugas UKS tersebut.
"Kak, lo buat apaan sampai jadi target Dilions?" Tanya petugas itu setengah berbisik sambil mengobati bibir Vallen.
"Ssshh.. gue gak tahu. Arghh.. pelan-pelan oy!" Ucapnya sambil meringis.
BRAKK
Suara pintu yang didorong kasar beserta dua cowok yang kini terkekeh saat diperhatikan Vallen dan raut syok dari petugas PMR itu.
Ghani dan Rendi menghampiri Vallen yang kini terduduk di brangkar sambil memegang luka dibibirnya.
"Udah. Biar gue sendiri yang obatin, lo balik aja." Ujarnya mengambil kapas dan obat merah dari petugas UKS tersebut. Laki-laki tersebut mengangguk lalu berjalan kearah meja didekat pintu ruangan itu.
"Lo ada apa sama Cara?" Tanya Ghani menatap sahabatnya itu.
"Dia tadi keliatan marah pas lo berantem sama Shaka."
Vallen menatap keduanya sebentar lalu fokus mengobati pelipisnya yang ikut berdarah. "Gue gak tahu tapi cewek itu beneran sombong! Dia sok mau ikut campur urusan gue dan bilang gue jadi targetnya." Tuturnya.
Rendi menyirit, "Bentar, targetnya? Maksudnya?"
"Target Dilions."
***
Gadis bersurai panjang kecoklatan itu sedari tadi hanya menatap kedepan diatas rooftop sekolahnya. Dirinya tak masuk kelas hari ini. Bolos.
Pintu yang yang menghubungkan rooftop dan lantai tiga itu terdengar terbuka. Cara hanya diam tak ingin merespon.
"Gue harap lo gak ngelakuin hal bodoh lagi sama dia. Gue sayang sama kalian tapi dengan sikap egoisnya elo rasa sayang gue utuh cuma buat dia." Ucapnya menatap punggung Cara menusuk.
Sementara Cara hanya terkekeh pelan seraya menghapus air matanya yang sedari tadi menetes lalu membalikan badan menghadap orang didepannya.
Dirinya hanya menatap orang itu dengan pandangan remeh lalu mengangkat alis sebelah, "Ck, gak ada yang berubah sama rasa sayang lo ke gue seandainya perempuan itu gak ada dari sepuluh tahun lalu." Ucapnya penuh sarkas.
Lawan bicara menatap gadis itu penuh kilatan marah, "Itu bukan salah dia. Jangan memutarbalikkan fakta Cara, jelas-jelas lo yang hancurin semuanya diantara kita bertiga!"
Cara tersulut emosi, "DARI DULU CUMA ADA KITA, GUE DAN LO! DIA DATANG DAN JELAS-JELAS NGEREBUT ELO YANG UDAH JADI BAGIAN DIHIDUP GUE! DIA NGEREBUT ELO DARI GUE!!"
Orang itu terpaku melihat amarah Cara, kemudian tersenyum licik, "Gak ada yang merebut Cara, gue ada malam itu untuk lo dan biarin dia sendirian sampai kecelakaan. Lo egois Car!" Ucapnya kecewa.
"Seandainya malam itu sedikit aja rasa kasihan lo ada, kita nggak akan pernah gini Cara." Lanjutnya yang membuat Cara yang tersulut amarah itu kini tersenyum remeh menatapnya.
"Oke Shak, sikap lo udah buat gue sadar sepenuhnya. Dari dulu sampai detik ini gue gak pernah jadi orang lain didepan lo. Dan di detik sekarang, gue nggak akan kenal sama lo. Gue nggak akan jadi Cara yang dulu buat lo. And then, say hi for new Carastya." Ucapnya dingin dikalimat terakhir.
Shaka membisu, terpaku melihat perubahan tatapan Cara yang biasanya melihatnya penuh ketulusan, remeh, marah kini sudah berganti menjadi tatapan asing yang dingin.
"Emm, pembicaraan kita sudah selesai dan I think you got quickly go from here." Tanpa banyak bicara Shaka yang sejak tadi membisu langsung melangkahkan kakinya keluar dari rooftop.
***
Hanin Ayunda.
Gadis tinggi yang terlihat anggun dan polos itu tiba-tiba menjadi sorotan sebagian penghuni kelas IPA-2. Berbeda dengan teman sekelasnya tampak antusias, Vallen tampak tak nyaman dikursinya.
"Kenapa perempuan itu bisa masuk di kelas ini sih?!" Gerutunya yang masih bisa didengar Rendi didepannya.
Sontak cowok itu membalikan badannya menghadap Vallen, "Kejadian itu udah tujuh tahun, lo harus ikhlas. Biarin cewek itu nikmatin semuanya." Ujarnya menepuk-nepuk punggung Vallen.
Ghani yang baru saja datang melihat interaksi kedua temannya itu menyirit bingung. Namun saat mengikuti arah tatapan Vallen dirinya langsung mengerti. Sepertinya dia harus mengalihkan pembicaraan.
Ghani duduk di kursinya, "Len, kok Cara bisa jadiin lo targetnya?" Tanyanya yang berhasil mengalihkan perhatian Vallen dan Rendi.
"Gue gak tau." Hanya itu yang tertangkap oleh Rendi dan Ghani.
"Gue saranin, jangan biarin Cara menang jadiin lo targetnya." Ujar Rendi menatap Vallen serius.
"Ya, dan gue bakal patahin sifat angkuh itu cewek dan ngehancurin dia."
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Carastya
Подростковая литература• LEADER WOMEN SERIES 2 • Kehidupan seorang Cara dinilai berjalan lurus dan penuh keberuntungan. Kehidupan mewah dengan keluarga harmonis dan disukai banyak orang. Cara yang bersifat angkuh dan seenaknya mencetus orang sebagai targetnya membuatnya t...