Empat tahun kemudian...
"Ah kau sudah pulang Damar" ucap seorang gadis cantik kepada Damar yang baru saja memasuki rumahnya
"... Iya..." jawan singkat Damar
"Kalau Tina datang kami selalu tertolong. Kau bisa jadi istri yang baik nih" ucap ibu Damar
"Aduh... Baru 16 tahun" Tina tertawa malu mendengar ucapan ibu Damar
"Nggak terlalu cepat, kok. Iya kan Damar!?" Tanya ayah Damar kepada putranya yang bersiap masuk ke kamarnya
"Ya..." Lagi lagi jawaban singkat yang terkesan dingin yang diberikan Damar kepada keluarganya
Setelah itu Damar masuk ke kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat
"Anak itu jangan-jangan masih bertemu nona Vivian, anak tuan Sutan Tamrin" gerutu ibunya Damar dari luar kamar
"Dasar, kalau sampai dibenci tuan Sutan Tamrin, kita nggak akan bisa tinggal di desa ini lagi" sambung neneknya Damar yang ikut menyalahkan sikap Damar yang mengharapkan sesuatu yang dia tidak bisa dapatkan.
"Habis. Nona Vivian sudah punya tunangan kan!?" Ucap ibu Damar
Mendengar percakapan ibu dan neneknya Damar merasa seperti dihujam dengan pisau dan dadanya seperti ditusuk dengan pisau mendengar gadis yang dia cintai bertunangan dengan orang lain.
Disisi lain dikediaman tuan Sutan Tamrin
"Tunangan...?" Vivian membelalakan matanya tak percaya dengan apa yang barusan dia dengar
"Putra kedua tuan Narita tuan tanah desa sebelah. Nanti mereka akan berkunjung" ucap ayah Vivian tanpa meminta pendapat dari putrinya terdahulu
"Katanya kau bermain dengan anak-anak petani itu. Jangan bertemu lagi dengan pemuda yang bernama Damar" ucap ayah Vivian menyudahi pembicaraan mereka dan pergi meninggalkan putrinya.
Vivian merasa dia harus bertemu dengan Damar untuk menghilangkan beban yang menumpuk di kepalanya
"Damar" Vivian mengejutkan Damar dan memeluknya dari belakang
"U...uwaaa!" Damar yang dengan membersihkan tanaman dari rumput terkejut dengan kedatangan Vivian
"Lagi-lagi aku pergi diam-diam dari rumah" ucap Vivian
Lalu mereka sedikit menjauh dari perkebunan dan mencari tempat yang lebih sepi karena tatapan warga desa terasa menusuk dan menyesakan dada
"Katanya kau punya tunangan?" Tanya Damar sambil menunduk
"Gimana menurutmu?"
"Hei bagaimana kalau aku jadi pengantin Damar duluan!?" ucap Vivian menatap Damar yang sedari tadi hanya menunduk menatap tanah dengan tatapan kosongSetelah itu pembicaraan mereka berakhir dengan luka didalam hati Damar.
Aku tidak tahu harus mengatakan apa dan harus berlaku seperti apa.
"Katanya dia mendekati nona Vivian" ucap seorang petani dengan temannya
"tuan Sutan Tamrin jadi marah besar" ucap yang lainnyaDamar sudah biasa mendengar yang seperti ini rasanya dia sudah kebal dengan hal ini
"Kau itu anak laki-laki sulung dirumah ini" ucap ibu Damar mengingat Damar akan statusnya dan nona Vivian
"Damar" panggil Tina kepada Damar yang selesai bertani
Bagi mereka... Desa kecil ini adlaah segalanya di dunia.
"Minggu depan... Katanya tunanganku akan datang" ucap Vivian kepada Damar yang saat ini sudah berdiri di hadapannya
"Vivian... Kita... Lewati pelangi nya, yuk. Semoga kita bisa selalu bersama" ucap Damar kalut
"Apa...? Itu kan hanya..." Vivian mulai takut dengan sosok Damar yang ada di hadapannya ini
"Dulu kita kan pernah berjanji. Kita bertemu disini... Saat mata haru terbenam" ucap Damar putus asa
Gluduk... Zashhh
Hujan turun dengan derasnya melihat hal itu Vivian perkataan dan tingkah Damar hari itu dan mulai bermunculan ingatan-ingatan tentang pelangi dan lainnya
Pelangi nya muncul di arah hutan
"Jangan pergi kehutan bahaya"
"Tak ada jalan dan andai tersesat tak akan bisa ditolong"Aku yang menjadi penghalang ini, jangan-jangan mau dibunuh...?
Vivian berjalan tanpa arah.
"Ah... Lagi-lagi mau kabur ya nona" ucap Oki sang pengasuh
"Aku nggak akan pergi kemanapun..." Vivian masuk kedalam kamarnya dan mengunci diri sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow Color Love
FantasyBanyak legenda yang beredar. ada yang berbunyi "jika didekati, jenis kelaminnya bisa berubah" sampai "jika dilewati permohonannya bisa terkabul" dan permohonanku... Semoga kita bisa bersama selamanya