Penyesalan

6 6 0
                                    

Sejak saat itu Damar menghilang dari desa

"Menurut orang rumahnya. Dia meninggalkan surat yang seperti wasiat" jelas pengasuh Vivian "anggap saja dia telah bunuh diri"

"Aku kan nggak datang! Seharusnya dia kembali! Kenapa..." Vivian memukul pelan tubuh pengasuhnya dan berteriak

"Di suratnya... Tertulis perasaanya terhadap nona"
"Walau kembali ke desa, dia sudah tak punya tempat lagi..."

Mendengar penjelasan pengasuhnya membuat Vivian terdiam dan terlemas.

Bagi mereka desa kecil ini adalah segalanya didunia. Aku tidak tahu.

"Kalau begitu Damar... Sendirian... Pergi kemana..." kaki Vivian menjadi lemas dan diapun terjatuh kelantai dan menangis

Sudah tak bisa kembali.

"tuan Narita sudah datang" ucap pelayan dirumah tuan Sutan Tamrin

"Damar"

Vivian mengakhiri hidupnya sendiri dengan membawa penyesalan yang sampai ke kehidupannya saat ini dengan kerinduan mendalam dihatinya

"Dimana...!?" Aku benar-benar merasakan perasaan nyata dari seorang Vivian "ada dimana..." tanpa sadar pun aku menangis didalam hipnotis ku.

"Sebaiknya dihentikan saja" ucap om nya Ran kepada Ran

Ran mendekatiku dan mengusap air mataku dengan hangat

"Hari itu... Aku sendirian masuk kehutan"

Tanpa memiliki tujuan. Apakah dia lebih memilih tunangannya? Apa sebenarnya dia tidak mencintaiku? Ah. Dewa... dengarlah permohonanku.

Legenda tentang pelangi itu ternyata benar. Tanpa menyadari bahwa aku telah melewatin pelangi itu, aku mati permohonan terakhirku, juga syaratnya terbawa sampai dunia ini.

"Syarat agar permohonannya terkabul adalah... 'jenis kelamin yang akan berubah' makanya aku terlahir sebagai perempuan..." Ran menatapku yang hanya bisa menangis dan kata yang bisa ku ucapkan adalah

"Maaf... Maaf ya, Damar..." Aku memeluk Ran sambil menyesali perbuatanku dikehidupanku dulu dan Ran memeluk dengan hangat sehingga aku bisa merasakan kehangatan Damar didalamnya.

Sampai terakhir pun, Vivian tetap mencintai Damar.

"Ran itu... Dalam ya cowok, ya?" Aku naik subway dengan Ran dan saat ini Ran terasa lebih akrab dan lebih ramah dari sebelumnya

"Begitulah" Ran menyandarkan kepalanya kepundak ku dan itu membuat jantungku berdegub sangat kencang

Tapi, dia memang perempuan...

"Aku datang untuk membalas dendam"

Aku ingat ucapan Ran hari saat kami mulai berselisih paham

"Lalu... Permohonanmu... Terkabul?" Tanyaku pada Ran yang berada disampingku

Saat menanyakan hal itu Ran sama sekali tidak menjawab dan hanya diam tanpa sepatah katapun, sampai kami keluar dari subway pun Ran masih diam seribu bahasa.

"Nona Ran. Tunangan anda dari keluarga tuan Wijaya sudah menunggu di rumah" supir pribadi Ran datang menjemput Ran di pintu keluar subway.

"Baik" Ran terlihat tidak bersemangat dan terlihat lesu.

"Eh..." Aku terkejut dengan sikap patuh Ran

"Sebagai ganti aku mau bertunangan, aku minta agar di masukkan ke SMA tempatmu bersekolah" Ran menjelaskan semuanya padaku tanpa aku minta.

"Gara-gara ketahuan soal ciuman itu. Sementara ini aku diliburkan dari sekolah" ucap Ran dengan mata senduhnya mendekatiku dan memberikan payung yang ia pakai kepadaku

"maaf sudah menyeret mu dalam masalah ini"

Ran membalikkan tubuhnya setelah mengatakan itu, aku berpikir jika aku tidak menahannya aku akan kehilangan Ran selamanya dan aku tidak mau hal itu terjadi aku tidak ingin kehilangan dia lagi.

"Tung...tunggu dulu" aku menahan tangan Ran dengan putus asa

Lalu Ran memelukku begitu erat seolah tidak ingin berpisah denganku

"Mungkin saja aku hanya merasa kesal karena kau sama sekali tidak mengingatnya"
"Mungkin juga aku hanya ingin menciummu"
"Dan hari itu permohonanku adalah 'semoga aku bisa bertemu Vivian sekali lagi' dari awal... Memang tidak ada dendam"
"Aku... Hanya ingin bertemu denganmu. Dagh"

Ran melepaskan pelukkan nya lalu mengusap pipiku dan menatap lembut mataku setelah itu dia membalikkan tubuhnya sekali lagi untuk pergi meninggalkanku

Tidak aku tidak mau, aku tidak suka berakhir sepeti ini lagi, aku tidak mau kehilangan dia lagi, aku...

"Aku suka kamu Ran!" kata itu keluar saja dari mulutku tanpa kusadari

Rainbow Color LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang