S & R 17

34 14 2
                                    

Tasya berdiri di atas balkon kamarnya, memandang langit malam bertabur bintang. Semilir angin malam tidak membuatnya beranjak, ia malah menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajah.

Tak ada yang dilakukan Tasya, hanya sebatas memandang rembulan. Letak rembulan itu sama seperti harapan yang tergantung tinggi, jauh dan tak tersentuh. Harapannya seperti dirinya yang berusaha menggapai rembulan, sampai kapan pun tak akan pernah tercapai.

"Hai rembulan, kenapa kamu begitu indah? Aku iri pada keindahan cahaya mu hingga banyak orang yang menyukai mu, dan aku salah satu orang itu. Kenapa kau begitu jauh tak tersentuh, kenapa kamu tidak seperti hujan yang jatuh ke bumi kemudian aku bisa bermain di bawahnya? Kenapa kamu membiarkan semua orang jatuh cinta tanpa tanya? Kamu membuatku tenggelam dalam indahnya cahaya mu, kamu memeluk erat dengan sinar mu, kenapa kau mudah membuat jatuh cinta,"Tasya menarik nafas dalam-dalam "aku mencintaimu wahai rembulan." Setetes air mata jatuh di pipi manis Tasya. Membiarkan bulir-bulir bening berjatuhan. Biarlah air mata itu jatuh sesuka hatinya, air mata yang jatuh untuk sang rembulan.

Sudah larut malam, Tasya melangkah masuk menuju kamar. Merebahkan tubuh lelahnya, dan membiarkan matanya terpejam dan memasuki alam mimpi.

Pukul 08.00
Tasya sudah menyelesaikan seluruh pekerjaan rumah. Meski setiap hari ia juga melakukan hal yang sama, tapi di hari Minggu pekerjaan rumah akan bertambah.

Tasya mengambil nafas dalam-dalam, tugas rumah kali ini sangat melelahkan bagi Tasya, biasanya ia akan menyelesaikan seluruh pekerjaan rumah sampai jam 10, tapi kali ini karena harus segera ke sekolah, dirinya seakan di kejar oleh waktu.

30 menit Tasya mempersiapkan dirinya. Ia memakai celana Palazzo hitam, baju blouse berwana biru muda, Sling bag berwarna navy, dan sendal open toe berwarna hitam. Tak lupa Tasya mengikat rambut panjangnya menjadi satu seperti biasa, karena Tasya tidak pernah menggeraikan rambut lurus nya itu ketika ke sekolah, alasannya agar tidak mengganggu ketika beraktivitas dan agar terlihat rapi.

Kini Tasya Sedang sarapan di meja makan, memakan lahap nasi goreng topping telur mata sapi dengan minumnya susu rasa coklat.

"Tasya berangkat ke sekolah ya Tan," ucap Tasya pada Lilis yang sedang duduk di ruang tamu bersama Fadilla, mereka sedang menonton acara tv.

"Iya, pulang jam berapa?" Tanya Lilis

"Gak tau Tan, tapi kalo pulang nya cepet, Tasya langsung pulang kok," ucap Tasya. Tasya memang sudah izin kemarin malam, lagipula Lilis paham jika Tasya memang aktif berorganisasi sejak masih SMP.

"Kak sya mau sekolah ya?" Fadilla bertanya dengan ekspresi gemas

"Iya adek, maaf ya hari ini kak sya ga bisa main dulu sama Ade," ucap Tasya mengelus lembut rambut Fadilla.

Tasya mencium tangan Lilis berpamitan, kemudian mencium pipi chubby Fadilla. Tepat ketika Tasya melangkah keluar rumah, Tya baru saja sampai di depan gerbang rumah dengan motor matic nya.

Tidak perlu waktu lama, hanya 10 menit untuk sampai ke sekolah, Tya memarkirkan motornya, sudah ada beberapa motor yang sudah terparkir rapi milik anggota OSIS yang sudah datang.

"Hari ini bakalan nge bahas apa ya sya?" Tanya Tya

"Entah, seperti nya penting sampe kita harus ke sekolah di hari Minggu," jawab Tasya.

Rapat di mulai 5 menit lagi, kursi OSIS sudah terisi penuh oleh masing-masing seksi bidang, mereka mengobrol dengan masing-masing seksi bidangnya, bukan hal serius, hanya sekedar mengobrol biasa sambil menunggu rapat di mulai. Hanya tinggal beberapa orang yang belum hadir, Tasya dan Tya salah satunya.

Tasya dan Tya berjalan beriringan, menyusuri koridor kelas, ketika mereka hendak menaiki tangga menuju ruang OSIS yang berada di lantai dua, terlihat dari arah berlawanan dua orang sedang berjalan bersama 10 meter dari lokasi Tasya, mereka juga hendak ke ruang OSIS terlihat dari arah langkah mereka dan siapa mereka. Karena mereka adalah Fandi dan Sinta, jadi sudah pasti tujuan mereka sama seperti Tasya.

Tasya dan Fandi saling menatap satu sama lain, bukan tatapan benci atau suka, tapi lebih ke tatapan heran. Karena setelan pakaian mereka berwarna sama! Fandi memakai kemeja Levi's biru muda, dan celana jeans hitam. Jika Tasya dan Fandi bersisian, maka mereka akan terlihat seperti pasangan couple.

Ketika Fandi dan Tasya saling menatap heran karena warna pakaian mereka sama. Sementara Tya dan Sinta mereka menatap Fandi dan Tasya dengan tatapan tanya?

Langkah mereka semakin dekat, tapi tak ada yang berniat menyapa. Mereka saling diam dengan pikiran masing-masing, dan saling bertanya dalam hati masing-masing. Hanya mereka yang tau kenapa kecanggungan seperti ini terjadi.

Tasya melangkahkan kakinya lebih dulu menaiki tangga, menarik lengan Tya agar mempercepat langkahnya. Tasya tidak ingin langkah Fandi dan Sinta membuat mereka harus bertegur sapa. Tasya merasa dirinya tidak menghargai Fandi sebagai guru dengan tidak menyapa dan pergi begitu saja, rasa cemburunya membuat dirinya bersikap seperti itu.

'Maaf' batin Tasya. Dengan langkah cepat menuju ruang OSIS. Sinta yang merasa ada keganjilan dalam suasana, hanya mengerutkan dahinya. Sementara Fandi hanya menampakkan ekspresi tak terbaca.

Senja dan RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang